.
.
.
.
.
Pada dasarnya, kasih sayang bunda itu tak pernah terbagi secara rata karena keduanya memanglah berbeda. Taehyung yang lebih manja selalu mendapat apa yang di inginkan dan Abang hanya akan tersenyum sebagaimana adanya. Abang itu kakak yang baik, dia memang baik sebelum bencana itu datang. Bencana yang mengatas namakan pernikahan dan hati hacur sebagai bonus plus-plus untuk Abang.
.
Jungkook berdiri tegap menunggu Abang membuka pintu apartemen mewah yang sungguh terlalu mewah bagi seorang pemilik W.O─Wedding Organizer- yang selalu berpangku tangan macam Abang. Jungkook bahkan tak habis pikir, sebanyak apa uang kompensai yang di berikan untuknya hingga Abang mampu membeli satu apartemen mewah macam ini?
.
"ABANG!!!"
.
Taehyung menghambur masuk sesaat setelah pintu terbuka memperlihatkan laki-laki tinggi dengan alis tebal menjulang dan wajah seram. Oh, jangan lupakan rambut-rambut halus yang berceceran disekitar wajahnya. Singkat kata, Abang itu memang sudah tak tertolong. Mencari jodoh untuknya sudah seperti mencari serpercik air zam-zam di antartika. Mustahil!
.
"Ada urusan apa kemari?" hm, ya. Ini Abang. Manusia penuh emosi sesat yang lebih menyeramkan daripada tukang begal namun berhati selembut permen kapas.
.
"Abang duduk dulu, biar Tae buatin minum. Ayo!" Taehyung memang selalu jadi yang terbaik, terbaik untuk tak mengenal situasi bagaimana Abang tersayangnya kini menatap sengit Jungkook yang ikut masuk dan duduk berhadapan langsung dengan Abang.
.
Bunda?
.
Dia tidak jadi ikut karena teman arisannya datang menjemput. Sudah, bukan itu kini masalahnya. Masalahnya kini adalah bagaimana membujuk Abang untuk memberi syarat yang lebih sedikit bisa dia penuhi agar bisa menikahi Taehyung selain jodoh yang tak diketahui spesies macam apa yang bersedia dijodohkan dengan Abang.
.
"Jadi?" Abang memulai prakata, kaki jenjangnya terpampang nyata dihadapan Jungkook dengan tak senonoh. Mau protes juga nanti dikata durkaha pada abang ipar, lagipula ini rumahnya. Lantas, meneguk ludah kering. Jungkook duduk setegap jarum jam yang tengah terjulur pada angkat dua belas siang. Sial, Taehyung belum makan siang!
.
"Jadi gini bang, gimana kalo syaratnya diubah?" Jungkook sudah ketar-ketir sendiri melihat wajah Abang yang tak beriak sedikitpun.
.
Kaki jenjang itu turun sejurus dengan duduknya Taehyung disamping kiri Abang. Pujaan hatinya yang sungguh luar biasa itu kenapa punya Abang bak preman begini?
.
"Jadi kau nggak serius nikahin adek Abang hah?!" nah, perasaan pemilihan kata Jungkook sudah diperhalus kok ya masih saya tersenggol.
.
"Bukannya nggak serius bang, karena serius itu saya juga merasa ga adil karena syarat dadakan Abang."
.
Abang lagi-lagi diam, tangannya bermain-main manja dirambut Taehyung sedang si empunya masih menatap Jungkook penuh sayang seolah berkata. 'Jungkook yang sabar ya.'
.
Dengan mata tajam dan suara berat Abang mulai berdehem. "Keadilan mana yang kamu pertanyaakan heh? Abang juga minta keadilan. Jadi, syarat tetap gak bisa di ganggu gugat dengan alasan apapun. Kalau kalian senang Abang juga harus senang. Jadi, segera cariin Abang jodoh sebelum ngimpi buat nikah. Paham!"
.
.
.
.
.
[a/n : Abang masih perlu di rukiyah, jadi nama belom boleh disebutkan, kkkk. Sekian. Terimakasih! Salam Go Green! TianLian]