.
.
.
.
.
Adek itu juga butuh di dengar, dia tak hanya butuh di sayang atau di perhatikan layaknya benda paling berharga yang akan di curi jika mereka lalai menyembunyikannya barang sekejab mata. Adek juga bisa dewasa. Ya, tentu saja. Taehyung memang sudah dewasa. Namun, nyatanya dia masih dianggap sebagai anak kecil belaka oleh kedua orang yang begitu berharga dalam sepenggal hidupnya. Lantas, melihat drama dadakan di hadapannya Taehyung mula-mula hanya diam. Dia mengamati dengan seksama bagaimana wajah datar abang tampak begitu menyedihkan secara tiba-tiba.
.
Abang juga manusia, dia hanya manusia yang juga merasa sakit saat terluka seberapa pun kuat dia bisa menahan segalanya. Dan abang Namjoon, adalah abangnya. Abang yang selalu melindunginya apapun kenakalan yang Taehyung perbuat. Abang bahkan rela merusak taman bunga tetangga hanya karena anak mereka melempari Taehyung dengan kerikil kecil─mengolok jika Taehyung hanyalah anak sialan yang tidak punya ayah. Abang Namjoon, dia adalah segala hal yang penuh keajaiban untuk Adek Taehyung.
.
Baik itu dulu, sekarang dan selamanya..
.
"Abang mau pergi buat apa?" Taehyung sudah menahan lengan Abang Namjoon dengan tangannya. Matanya sudah penuh air mata namun enggan untuk ia umbar jika jatuh dan tak menghasilkan apa-apa kecuali basah di pipinya. Jadi, dengan mata berkaca ia tamatkan tatapannya agar Abang Namjoon menatapnya tetap tinggal.
.
"Abang musti pergi," lagi, balasan singkat itu masih tak menjawab apapun kecuali hatinya yang kini bertambah lara. Taehyung merasa dia begitu terabaikan oleh Abang nya sendiri hanya karena para wartawan yang tengah berjubel penuh di depan kamar.
.
"Abang tega sama adek! Adek masih disini dan Abang milih pergi?!" nah, sekarang malah bunda yang tak habis pikir dengan anak bontot kesayangannya. Kenapa anaknya yang manis itu jadi mirip ibu-ibu hamil yang tengah memasuki masa trisemester pertamanya?
.
"Adek kenapa sih, Abang udah sembuh dek. Dia juga butuh kerja buat nyumbang dana di pernikahan kamu ama Jungkook." Nah ini lagi, Bunda itu memang sesuatu sekali dalam hidup keduanya. Bunda selalu benar dan apa adanya.
.
"Nggak! Abang baliknya bareng Taehyung! Taehyung maksa!" Oke, Abang kini mengernyit heran. Apa adek lagi pms? Hm, tidak. Adeknya memang selalu seperti itu. Tapi, ini yang paling parah. Namjoon pada akhirnya memilih diam. Menahan kedua bahu Taehyung lantas menatapnya tegas. "Adek dengerin abang." Jungkook hanya jadi penonton yang kini mengupas jeruk di belakang bersama bunda yang juga memilih duduk daripada pusing dengan tingkah kedua buah hatinya. "Abang juga butuh pulang dek, kaktus peliharaan abang nggak ada yang ngasih makan. Mengertilah dek."
.
"Abang yang harusnya ngertiin adek!" Taehyung berteriak kesal, airmatanya tumpah sudah. Iya, sudah. Kini tak ada satupun yang bisa menganggap ini tidak serius. Ada apa dengan adek?
.
"Hei, Tae. Tenang dulu, ambil nafas. Cerita sama Jungkook. Ada apa heum?" datang dengan pelukan ternyaman. Jungkook mempersilahkan Taehyung menelusupkan wajahnya pada dada bidang hasil betukan gym yang benar-benar penuh usaha. Dalam sepersekian detik singkat Taehyung terisak, menepelan semua air mata serta ingus pada baju yang Jungkook kenakan sebelum berbalik lagi pada abang yang masih berdiri menjulang.
.
"Jadi, abang tetep mau pergi?" Namjoon diam, tak mengerti kenapa lantas dengan tindakan yang sungguh di luar nalar sang Adek tersayang itu menyeret Namjoon biadab. Membiarkan namjoon keluar tanpa pertahanan dan Taehyung, bocah itu malah menatap datar para pencari berita yang kini mengalihkan fokus pada keduanya.
.
Tiang infus bisu dan cairan ditangan Taehyung tetap tak mengurungkan apapun yang akan dilaksanakan Taehyung pada Abang tersayang yang suka menyiksa dirinya sendiri ini. Taehyung tahu, ini semua harus di perbaiki. Maka, karena Abang masih saja bertindak pengecut Taehyung akan maju dengan menyeret serta Abang sebagai jaminan bahwa dia tidak akan pernah kenapa-kenapa.
.
"Bukankah itu Kim Namjoon?"
.
"Astaga, benar! Itu Kim Namjoon!!"
.
Teriakan bersahutan, wajah horror Abang Namjoon hanyalah awal. Lantas ketika semua blitz kamera tertuju pada keduanya Taehyung hanya tersenyum menatap mereka. Abang tak bisa selamanya sembunyi dan Taehyung tak tahan lagi dengan drama murahan yang tengah Abang lakonkan. Jodoh? Jodoh yang dia jadikan persyaratan bagi pernikaannya adalah orang yang sama yang telah melukai Abang. Orang yang sekarang tengah berada di lantai yang sama bersama mereka, orang yang selalu Abang jenguk ketika dia terlelap.
.
Taehyung tahu semuanya, ia mengetahuinya tanpa perlu bertanya. Sebab Abang memang tak pernah bisa berbohong padanya.
.
.
.
.
.
[a/n : oke, Abang hadir kembali untuk mengisi sedikit waktu luang kalian yang berharga. Terimakasih sudah mampir! Salam Go Green! TianLian]
