.
.
.
.
.
Jungkook hanya berharap keadaan akan tetap tenang walaupun dia tak tahu bagaimana reaksi Abang Namjoon melihat ulah bunda dan adek kesayangannya sekaligus masa depan Jungkook kini tengah merusuh dalam kamar dengan membawa satu pasukan perawat yang hilir-mudik menuruti apa kemauan sang bunda. Oke, Jungkook melihatnya saja sudah pusing. Namun, biarlah. Sebab yang terpenting Taehyung sudah ditangani dan tampak lebih baik dari sebelumnya.
.
"kami permisi nyonya Kim." Pamit para perawat dibalas anggukan serta senyum menawan bunda. Wainta paruh baya itu kini duduk dengan begitu anggun. Mengusap rambut halus Taehyung yang masih tampak basah karena keringat lalu menoleh pada Jungkook yang berdiri tepat disampingnya.
.
"Abang kemana?"
.
Nah, Jungkook juga tidak tau tuh bunda.
.
"Jungkook rasa Abang sedang jalan-jalan." Ujar Jungkook apa adanya toh Bunda juga tak ambil pusing dengan kelakuan Abang yang sok minta di rawat inap macam bocah SD begini. Hm, tapi ya bunda coba memaklumi saja. Toh, seumur-umur Abang tidak pernah dirawat dirumah sakit kecuali pas habis brojol dari Rahim. Abang itu memang anak yang kuat, kepala bocor karena habis di tabrak motor saja dia masih bisa sampai dirumah dengan selamat sentosa lantas duduk dengan tenang waktu bunda teriak ketakutan melihat darah yang meluber kemana-mana di seragam putihnya.
.
Sedang Taehyung, haduh. Anak bunda yang paling bontot itu demam saja sudaah bikin rempong satu rumah. Yang nggak mau makan, nggak bisa tidur, nggak bisa jalan, nggak bisa ditinggal. Hm, begitulah.
.
Ngomong-ngomong soal Abang, umur si Abang Namjoon itu memang panjang. Baru saja di omongin sudah nampang didepan kamar. Itu si Abang, dengan wajah bak preman pasar dan sesangar tukang begal jalanan. Dengan gerakan tegas menyeret tiang infus di sebelah tangan. Abang Namjoon masuk dan langsung menatap tajam bunda serta dua manusia yang ngebet sekali nikah bulan ini juga.
.
"Ada apaan nih?" suara menggelegar Abang membawa kernyit samar di dahi Taehyung yang tengah tertidur tenang.
.
Bunda maju kedepan, membawa telapak tangan lembutnya pada bahu Abang yang kokoh dan tegap seperti almarhamu suami serta papa keduanya. "shh, jangan berisik kenapa Bang. Adekmu sakit, jadi bunda masukin aja di sini. Sekalian biar bunda nggak repot jagain kalian berdua."
.
"Adek sakit?" raut cemas kini menguar, kasih sayang Abang Namjoon itu memang lebih besar ketimbang rasa jengkelnya yang tak pernah dalam. "Bagaimana bi─?"
.
"Adekmu itu makan mie goreng bunda yang udah dicampur obat pencahar, dan berakhirlah disini. Sekian."
.
Namjoon menatap bunda tak percaya, "Bunda.."
.
"sudah-sudah, adekmu baik-aik aja kata dokter. Hanya butuh vitamin, cairan dan beberapa tindak medis sebelum diperbolehkan pulang. Jadi, jangan dibahaa lagi. Lebih baik kamu istirahat juga, kamu juga barusan nabrak kan, walaupun lukanya kecil kamu butuh istirahat buat nenangin hati dan pikiran."
.
Ya, Namjoon memang butuh menenangkan diri. Dia ingin menghindar. Namun, entah bagaimana kemanapun dia pergi bayang Min Suga selalu saja hadir dan membuat hatinya begitu gundah gulana.
.
Mengangguk, Namjoon tersenyum simpul. Berjalan mendekat pada Taehyung yang masih terpejam dengan Jungkook yang setia disamping ranjang. Dua bocah yang menyebalkan itu bahkan lebih beruntung darinya, maka dari itu Abang Namjoon mencoba bermain-main sejenak. Hanya untuk melihat, dan memastikan jika─
.
"Jaga adek Abang bener-bener, kook." Itu adalah petuah abang yang paling kalem semenjak keduanya bertemu sebangai calon adek ipar serta adang ipar. "Pasti Bang." Dan untuk satu kalimat pendek itu Jungkook menjawabnya lugas, dengan segenap kesungguhan yang selalu penuh tanpa ragu sedetik pun tersemat di dalamnya.
.
Kim Taehyung, dia memang begitu diberkati oleh Tuhan bersama orang-orang yang begitu perduli serta menyayanginya.
.
.
.
.
.
[a/n : hm, hm... sekian, terimakasih, salam Go Green! TianLian]
