.
.
.
.
.
Jungkook meraih handphone yang menjerit nyaring di dekatnya dengan serampangan. Menyipit guna membaca nama kekasih tersayang —Taehyung- yang subuh-subuh buta sudah menelpon puluhan kali. Kenapa? Ada apa? Apakah Taehyung begitu kangen hingga menerornya macam ini?
.
"Ya—"
.
"JUNGKOOK!!! TOLONGIN ABANG TAEHYUNG!!!!"
.
Jungkook sontak bangun, jeritan Taehyung membuat sensor heroiknya bangun tegak. Kenapa dengan Abang?
.
"Tae, tenang dulu ya. Kenapa?" ujar Jungkook kemudian. Taehyung yang ada di sebrang sambungan masih terisak dan coba menjelaskan kronologis saat Abang tercinta menabrak TPA berlapis beton dengan mobilnya karena mabuk dan tak fokus.
.
"Cerita pelan-pelan, Tae. Terus, Sekarang abang ada dimana?"
.
Masih dengan isakan dan suara sedotan ingus yang begitu menggemaskan, Jungkook coba mendegarkan nama rumah sakit yang disebutkan Taehyung serta sebab musabab kenapa dia malah menelpon Jungkook sambil menjerit macam ini. Hm, ya. Kediaman keluarga Kim masih dikerubungi wartawan dan Jungkook sampai kaget mendengarnya. Min Suga adalah mantan calon kakak iparnya, hm. Sehebat apa Abang hingga hampir mendapat artis itu.
.
"Sekarang Taehyung tenang, Jungkook ke rumah sakit sekarang. Tenang, oke."
.
.
.
.
.
Langkahnya berderap, semakin dipercepat saat tulisan UGD tampak begitu bersinar dan masuk tanpa perlu undangan lalu menatap satu-satunya manusia paling menyeramkan di ujung sana.
.
Abang Namjoon, calon kakak ipar dengan syarat mutlak diluar nalar agar pernikahan nya dengan Taehyung tetap terlaksana itu tampak masih begitu kejam dengan banyak perban berhias manja di kepala serta tangan kanannya.
.
"Bang..."
.
Namjoon menatap Jungkook sekilas sebelum memutar matanya jengah. Tch, dia pikir Jungkook kesini tanpa pengorbanan heh. Abang Taehyung ini benar-benar.
.
"Taehyung khawatir, dia nangis-nangis di telepon karena abang masuk rumah sakit." jelas Jungkook sembari berdiri disamping ranjang Namjoon.
.
Disini ada begitu banyak jeritan meraung dan isakan. Ada begitu banyak orang kesakitan, dan Abang. Dia satu-satunya yang tampak begitu tenang. Seolah lilitan perban itu hanya rekayasa.
.
"Bilang Taehyung, Abang nggak apa-apa. Cuma baret dikit."
.
Mengangguk paham, Jungkook mendial Taehyung untuk kali kesekian di subuh penuh drama ini. Bunyi sambungan terdengar, menunggu detik-detik sebelum suara Taehyung kembali memekakkan telinganya.
.
"JUNGKOOK! ABANG GIMANA?! PARAH?! SEBERAPA PARAH?! APA ABANG GEGAR OTAK?! DIA NGGAK INGET DONG KALO MINTA DICARIIN JODOH?!"
.
Sial, Jungkook tadi sengaja me-loudspeaker panggilannya. "Uhm, Tae.. Abang Namjoon nggak apa-apa kok. Cuma kegores, dan nggak gegar otak."
.
"oh—"
.
Hanphone Jungkook di ambil alih Abang Namjoon. "Kim Taehyung."
.
Suaranya yang begitu tegas. Begitu penuh otoritas, begitu menakutkan untuk Taehyung seraya adek kandung Abang Namjoon.
.
"A-abang,"
.
"Abang nggak bakal izin kamu ketemu Jungkook mulai detik ini." Taehyung baru akan protes saat suara Abang kembali menguar. "Jungkook jadi asisten Abang sampai Abang pulang dari rumah sakit. Paham!"
.
"ABANG!!!! JANGAN AMBIL JUNGKOOK ADEK!!!! JUNGKOOK ITU JODOH ADEKK!!! ABANG GA BOLEH DURHAKA GITU SAMA ADEEK!!! ABANG!!!!—"
.
Telepon dimatikan sepihak, Namjoon mendengus malas. Melempar handphone Jungkook pada pemiliknya yang menatap Abang tak percaya.
.
Hell, musibah macam apa lagi ini. Kenapa Jungkook harus selalu berada di tengah-tengah neraka begini?
.
"A-abang nggak serius kan?" hanya coba memastikan, Jungkook hanya memastikan kelangsungan hidupnya setelah ini dan masa depannya.
.
Namun, lagi-lagi Abang hanya menunjukkan wajah sangar tak berahabat. "Kenapa? Keberatan? Gausah nikahin adek Abang kalo kamu nggak sanggup."
.
Terkadang, musibah itu memang mengejutkan. Saking mengejutkannya Jungkook sampai tak bisa berkata apapun dan hanya tersenyum kecut pada Abang.
.
.
.
.
.
[a/n : yeeeaaayyy... Abang balik lagi, oke. Sekian, terimakasih udah mampir. Slam Go Green! TianLian]
