.
.
.
.
.
Berada di antara dua bersaudara Kim itu terkadang lebih menyebalkan. Apalagi di saat bunda tidak ada dan Jungkook sebagai penengah bingung hendak berbuat apa. Mau memihak sang Abang Namjoon pemegang takdir pernikahannya dengan Taehyung yang kurang dari satu bulan atau adek Taehyung sang kekasih tersayang yang tengah memberengut sebal hanya karena insiden puding coklat yang tertinggal satu di nakas.
.
Oke, Jungkook jadi pening sendiri. Lagipula kenapa juga mereka berebut puding?
.
"Kalau kamu pegang puding itu, Abang jamin kalian nggak bakal Abang restuin walaupun kalian sudah dapet jodoh buat Abang."
.
Telak, tak pernah terbantah. Tanpa hati sedikitpun. Abang Namjoon itu memang biangnya manusia rese bin menyebalkan yang harusnya tak diberikan Tuhan jodoh walaupun dia menangis darah sekalipun. Bagaimana tidak, kasian dong sama jodohnya Abang Namjoon entar. Masa iya harus makan hati setiap hari gegara kelakuan si Abang.
.
"Jungkook..." Taehyung merengek, lihat saja bibirnya yangmencebik lucu nan menggemaskan itu. Lihat saja mata beningnya yang menyipit indah, ahhh.. Kang Mas Jungkook tidak kuat rasanya!
.
"Bang, kasih ajalah. Kasian." Jungkook luluh, yakali Jungkook itu tidak pernah bisa kuat menahan godaan dari Taehyung dalam bentuk apapun.
.
Namun, Abang tetaplah Abang.
.
Manusia dengan hati sekeras batu karang itu masih menatap sengit. Mengamati pergerakan mata Taehyung yang masih saja terpaut pada pudding coklat kesukaannya. Sial, Abang tidak bisa mengalah. Jarang-jarang dia bisa makan pudding tanpa dimarahi bunda begini, apalagi gratis. "Nggak bakal Abang kasih!"
.
"Jungkook!! Abang jahati Taehyung!!!"
.
Sial kuadrat, Jungkook benar-benar merasa tengah berdiri diujung jurang diantara surga dan neraka. Mengabulkan permintaan Taehyung dia mati, menuruti Abang dia juga bisa mati. Hadeehhh, kenapa Jungkook jadi seperti bapak dua orang anak begini.
.
Lalu, dengan ide cemerlang yang tiba-tiba saja hinggap dengan tak sengaja di kepala Jungkook. Seulas senyu cerah menguar. Jungkook mengusap bahun Taehyung, pergi menuju ranjang Abang Namjoon yang hanya berjarak satu meter dari ranjang Taehyung dan berbisik.
.
"Bang, pudingnya biar Taehyung makan ya. Nanti Jungkook beli satu lusin sebagai gantinya."
.
.
.
.
.
Bunda itu selalu tahu kelemahan anak-anaknya, jika Taehyung selalu lemah pada banyak hal maka Abang selalu lemah pada satu hal. Coklat. Dan itu untuk semua jenis makanan. Bunda selalu mewanti-wanti Abang agar tidak makan benda bernama coklat yang enak itu sampai berbusa. Berkali-kali setiap hari. Dan hari ini semua itu hilang bagai buih. Semua petuahnya hanya tinggal angin lalu melihat Abang, anak sulung kebanggaan yang sukses dalam banyak hal kecuali jodoh tampak sekarat dengan wajah pucat penuh peluh bergelimpangan.
.
Tanpa perlu bertanya kenapa, tanpa perlu menggubris cekikikan Taehyung yang kurang ajar melihat Abangnya bolak-balik kamar mandi dibantu Jungkook sang kekasih. Bunda dengan sigap menggeplak penuh sayang kepala Abang Namjoon.
.
"KAMU MAKAN COKLAT BERAPA BANYAK?! NGAKU SAMA BUNDA?!! SINI BIAR BUNDA SUAPIN LAGI SUPAYA LEBIH LANCAR BERAKNYA!!"
.
Abang Namjoon diam tanpa kata, matanya menunduk bersalah sedang kernyit kesakitan karena mules masih tampak kentara di wajah tampannya. Dia pasrah, merasakan geplakan sayang bunda. Merasa kalah, dan terkhianati oleh satu lusin pudding coklat ─pemberian Jungkook- lembut nan nikmat yang telah berubah bentuk menjadi nama lain yang tak kalah beken.
.
Coklat memahlah musuh terbesar Abang Namjoon, Abang mencintainya dengan tulus namun coklat selalu menyakitinya secara halus.
.
.
.
.
.
.
[a/n : apadah, dari kemaren yang saya bahas kenapa beerak semua. Kkkk. Udah, tambah ngaco keseringan nulis ini. Sekian, Semoga terhibur. Terimakasih! Salam Go Green! TianLian]