7. I'm so sorry

201K 2.7K 34
                                    

Francisco terlihat mengenakan kemeja slim suit warna biru laut yang baru saja dia pilih. Membalut sempurna tubuh atletis yang menjulang dengan tinggi 192 centi itu. Menautkan satu persatu kancing kemeja, hingga berakhir pada kancing manset lengan.

Pagi ini suasa hati Francisco sama sekali tak nyaman. Karena setiap kali dia mengingat pergumulannya semalam dengan Jessica, membawa Francisco pada perasaan bersalah yang teramat dalam.

Merasa jika telah berkhianat atas cintanya pada Anastasia. Sungguh, rasa jengah itu kian menumpuk. Membuat Francisco semakin tak betah untuk bertahan terlalu lama di rumah.

Dan pagi ini, secepatnya Francisco ingin segera menuju kantor. Bukan untuk urusan pekerjaan, tapi hanya untuk menghindar dari Jessica dan juga ...

ceklek

Suara knop pintu kamar yang hendak dibuka itu sungguh membuat Francisco kesal. Seluruh otaknya seketika berpusat pada Jessica.
Wanita jalang!

"Tak cukup kah semalam kau ..."

"Pa ..." Suara bocah itu seketika terhenti karena mendapati suara keras dari Francisco. Kepala yang sejenak tadi terlihat menyembul di balik pintu kamar Francisco, mendadak menariknya kembali.

Bersembunyi di balik pintu. Tak jadi masuk.

Francisco yang hendak memasang dasi, hanya bisa menghela nafas. Saat menyadari kalau kalimat umpatannya ternyata salah orang.

Bocah itu ...

"Masuklah," ucap Francisco kemudian dengan nada dingin. Bahkan sedikit kesal. Karena selain Jessica, bocah itu lah yang juga menjadi salah satu alasan buat Francisco tak betah berlama-lama tinggal di rumah.

Muncul dari persembunyian, bocah perempuan delapan tahun itu perlahan melangkah masuk. Langkahnya terlihat ragu, bahkan dia tak berani menatap sosok Francisco yang tengah berdiri di ujung ranjang tidurnya. Menekuk kepala, tertunduk dalam.

Merasa jika sikap pria yang ada di depannya ini sangat dingin. Seolah sama sekali tak peduli akan kehadirannya. Karena Francisco memang lebih memilih sibuk memasang dasi yang melingkari lehernya. Meski yang terlihat justru dia tak kunjung selesai merapikan benda itu.

Wajah Francisco berubah kesal. Saat dia menyadari, kenapa sedari tadi dia tak bisa memasang dasinya dengan benar.

"Ck ..., ada apa dengan dasi sialan ini," gerutu Francisco. Pada akhirnya memilih menarik dasi itu dari kerah kemeja. Menghempaskan pantatnya di ujung tempat tidur. Duduk.

Helaan nafas kesal terhembus, saat Francisco mengalihkan tatapan dingin ke arah sosok bocah yang kini sudah berdiri di hadapannya. Mengenakan balloon dress warna pink yang jadi salah satu warna yang kerap kali Francisco lihat setiap kali bocah itu mengenakan dressnya.

"Ada apa?" tanya Francisco kemudian.

"Eng ..., boleh aku bantuin pasang dasinya, Pa?" Tak memberi jawaban atas pertanyaan yang dia berikan, bocah di hadapannya ini justru menawarkan bantuan. Meski Francisco tahu ada nada gugup saat dia bicara.

Untuk sejenak Francisco hanya menatapnya dalam diam, sebelum kemudian mengulurkan sehelai dasi dengan motif garis itu ke arah bocah di depannya.

Love AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang