Thanks banget, guys. Udah setia ngikutin kelanjutan cerita ini.Selalu di tunggu vote dan komentarnya. :)
******
Maaf ... tak bisa menjadi Ayah yang sempurna buatmu, Ana.
"Maaf ...," lirih Alexander. Tertunduk dalam. Seakan dia tengah menahan kepedihan hati karena membuat hidup putrinya itu tak lagi sempurna. Perceraian dia dengan Clara pasti membuat Anastasia hancur. Meski Anastasia tak pernah menunjukkan kesedihan itu pada dirinya.
********
"Kenapa harus minta maaf, Pa? Papa tidak salah." Dan satu celetukan yang baru saja ku ucap membuat papa menegakkan kepala. Yang semula tertunduk dengan begitu dalam.
Ada segurat wajah sedih tampak di sana, saat dia menatap lekat ke arahku. Kutarik sudut bibir, tersenyum padanya. Berharap agar papa tak lagi menyimpan perasaan sedih itu.
Tanpa sengaja mendengar dia meminta maaf saat aku tertidur, membuatku sempat berfikir apa sebenarnya yang papa pikirkan hingga membuat dia sesedih itu.
Apa ini tentang aku?"Papa mengganggu tidurmu ya?" ucapnya, masih dengan wajah yang terlihat sendu. Seakan dia begitu menyesal karena membuatku terbangun dari tidur. Segera saja aku menggeleng sebagai jawaban.
Bergerak pelan, menarik tubuh mengambil posisi duduk dan bersandar pada pilar tempat tidur. Kini aku bisa menatap lebih dekat seraut wajah papa yang mulai menunjukkan gurat usia tuanya itu. Yang tengah duduk di sisi ranjang, berhadapan denganku
"Pa ...,"
"Hemm ...,"
"Kapan ya, kita terakhir ngobrol berdua?"
"Kenapa? Kamu ingin berbincang dengan Papa?" tangan kanan papa terjulur dan mengacak lembut rambut di puncak kepalaku.
Ada seulas senyum yang begitu lama tak terlihat olehku dari bibir papa. Bahkan manik mata berwarna biru seperti milikku itu, juga lama tak bisa ku tatap hingga sedekat ini.
Miss you Papa ...
Bergerak menggeser posisi duduk ke samping, membuat papa seakan mengerti kalau putrinya ini kini tengah meminta dia untuk duduk berdampingan. Seperti biasanya saat aku ingin ngobrol santai berdua dengannya.
Mengerti dengan permintaan ku, papa beranjak dari sisi tempat tidur dan kini barganti duduk rapi di sampingku. Menyandarkan punggung dengan rileks pada pilar sandaran tempat tidur. Sementara sepasang kaki panjangnya terjulur lurus saling menyilang, bertumpu pada ujung tumitnya.
"Ingin membahas soal apa dengan Papa. Mengenalkan kekasihmu?" papa menoleh sekilas ke arahku. Aku terdiam. Sengaja tak menjawab pertanyaannya.
Ah ... Papa, aku tau kemana arah kalimatmu itu. Meski engkau sengaja tak menyebut nama Francisco padaku.
"Bukan soal kekasih. Aku tidak memilikinya," ucapku datar.
Seiring kulingkarkan sepasang tanganku di lengan papa. Bergelayut manja. Dan kemudian menyandarkan kepala di ujung pundaknya.
"Kalau begitu, besok Papa akan membuat pertemuan keluarga dengan kolega Papa."
"Papa mau menjodohkan aku?" refleks menarik kepala dari pundak papa. Menatap lekat pria paroh baya di sampingku ini.
"Kenapa? Usiamu sudah pantas untuk menikah." Papa membalas tatapanku.
"Aku tidak berniat menikah muda seperti Papa dan Mama," ketusku kesal. Menarik tanganku yang semula memeluk lengan papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love AFFAIR
RomanceCerita 21+ Semua orang akan mengatakan jika jalan yang ku pilih ini salah. Bahkan seringkali mereka juga melontarkan kalimat KAU WANITA JALANG padaku. Sadis bukan? Tapi kini, aku telah terbiasa dengan semua itu. Karena ini pilihanku. Mengambil apa y...