*15 menit kemudian.
"Frans ... Ponsel kamu bunyi terus itu," ucapku. Sesaat usai aku keluar dari kamar mandi. Dan mendapati ponsel Francisco yang terus berdering tanpa disentuhnya sama sekali.
Perlahan aku duduk di samping Francisco. Pria itu tengah menyandarkan kepala pada sandaran sofa dengan sepasang mata yang terpejam.
Sepertinya dia sengaja tak ingin merespon teguranku. Membuatku pada akhirnya bergerak mengambil ponsel yang tergeletak di meja tepat di depanku. Hendak memberikannya pada Francisco. Tapi sepasang mataku seketika tercenung saat membaca satu nama di layar ponsel itu.
"Jangan diangkat, biarkan saja," ucap Francisco. Membuatku menoleh ke arah pria yang masih menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa itu.
"Ini dari Melody, Frans. Kenapa kamu tidak mau menerimanya. Siapa tau dia ingin bicara penting denganmu."
"Sudah ku bilang. Jangan menyentuhnya!" Kesal, Francisco menyambar ponsel dari tanganku dan meletakkannya kembali dengan kasar di atas meja. Ke tempat semula. Hingga membuatku tersentak kaget saat mendapati responnya.
"Frans ..." lirihku. Menatapnya dengan rasa takut.
Melihat ekspresi ketakutanku, membuat Francisco seketika mengucap kalimat penyesalan. "Ahh, Ana ..., maafkan aku," lirihnya. Selaras sepasang tangannya bergerak menangkup lembut sisi wajahku. Dan menatap manik mataku dengan begitu dalam. "Sungguh, tadi aku tidak bermaksud berucap kasar padamu," lanjutnya kemudian.
"Aku tau, kamu hanya sedang merasa kesal saja." Meraih jemari Francisco dari wajahku lalu membawanya dalam genggaman. Seulas senyum lembut ku perlihatkan ke arahnya.
"Anastasia ...," lirih Francisco. Seakan dia semakin terbawa dalam perasaan bersalah. "Kamu selalu saja mengerti aku. Dan itu semakin membuatku mencintaimu." Sepasang manik mata elang itu terlihat begitu teduh menatapku. Sebelum kemudian bibir Francisco mendaratkan satu kecupan sayang di kening. Dan ku balas dengan memberi kecupan manis di sudut bibirnya.
Salah satu kebiasaan yang selalu ku lakukan untuk meredam kekesalan Francisco. Membuat kekasihku itu pada akhirnya bisa tersenyum kembali.
"Sekarang kamu sudah tidak kesal lagi kan? telpon balik Melody. Dia pasti menunggu balasan darimu, Frans."
Mendapati ucapanku, Francisco menarik jemarinya dari genggamanku. Dia palingan tatapannya, menghindari. "Untuk apa aku menelponnya. Biarkan saja dia menunggu. Lagi pula acaranya juga tidak penting."
"Acara? Kamu ada pertemuan orang tua murid?"
"Cuma acara Fathers Day. Dan itu ..."
"Kamu harus segera pergi ke sana, Frans," selaku cepat ke arah Francisco.
Dan pria di sampingku ini justru tak peduli.Kesal aku bangkit dari sofa.
"Francisco ...," ketusku. Menatap kesal ke arah Francisco yang masih saja bertahan di sofanya.Kulipat kedua tangan di dada. Menunjukkan kalau aku tengah marah. "Francisco Brayden ...," ulangku, kali ini penuh penekanan. Bahkan memanggil nama lengkapnya. Dan apa yang kulakukan ternyata berhasil menarik respon Francisco.
"Hemm ..." Francisco yang masih berada di sofa seketika mendongakkan kepala ke arahku. Yang berdiri di hadapannya dengan tatapan kesal "Hey ... kenapa kamu jadi marah padaku?"
Tak sabar melihat tingkah cuek Francisco, segera saja kugapai lengannya. Mencekal dengan sedikit kasar, memaksa dia untuk segera beranjak dari sofa.
"Aku tidak akan pergi, Ana."
Tak kupedulikan gerutuan Francisco, kudorong tubuhnya menuju pintu apartemen. Memaksa dia untuk segera berangkat ke sekolah Melody.
"Anastasia ..., aku tidak pernah datang ke sekolahnya. Lagi pula acara itu pasti juga sudah selesai." Francisco berhenti di mulut pintu. Sengaja menahan tubuhnya agar aku tak lagi memaksa dia keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love AFFAIR
RomansaCerita 21+ Semua orang akan mengatakan jika jalan yang ku pilih ini salah. Bahkan seringkali mereka juga melontarkan kalimat KAU WANITA JALANG padaku. Sadis bukan? Tapi kini, aku telah terbiasa dengan semua itu. Karena ini pilihanku. Mengambil apa y...