14. My past trauma.

74.6K 1.5K 14
                                    


Yang udah mampir buat baca cerita ini, thank u so much guys.

Jangan bosen tinggalin jejak buat ngeVOTE dan tulis komentar kalian ya? sangat ditunggu.
...........

"Ana ..., kamu kenapa? Ana ...," Dengan wajah cemas, Francisco menyentuh lembut lengan Anastasia. Mencoba membangunkan wanita di sampingnya itu dari tidurnya.
****

Entah kenapa, kini aku berada di satu ruangan yang sepertinya pernah berada di sini. Dan sosok itu ..., bukankah anak kecil yang terbaring di tempat tidur itu adalah diriku saat berusia tujuh tahun?
Yah, itu aku. Dan dia ....

Ahh, tempat apa ini? Kenapa aku hanya diam berdiri di sini dan melihat bayangan masa kecilku itu kembali.
Nyatakah ini? Atau aku sedang bermimpi?
**

Wajahnya yang tenang itu kulihat muncul dari balik pintu kamar. Aku senang kali ini dia datang. "Selamat malam, Ana. Mau aku bacakan dongeng sebelum tidur?" ucapnya. Dan aku mengangguk pasti. Dengan wajah senang tentunya.

Di hampir setiap malam dia selalu berkunjung ke kamarku. Dan itu sungguh membuatku beruntung. Sendirian di rumah sakit sangat membuatku kesepian.

Mama harus segera kembali ke Tokyo, membantu bisnis papa yang katanya sedang mengalami krisis. Sementara aku yang masih harus menjalani masa pemulihan setelah operasi usus buntu, pada akhirnya hanya ditemani bibi pengasuh. Yang sering kali meninggalkanku sendiri di kamar rumah sakit, seperti malam ini.

"Kakak, tidak istirahat? Kakak kan juga sakit," tanyaku ke arahnya yang kini duduk di tepi ranjang.

Dia hanya menggeleng pelan dan berucap "Belum mengantuk. Bosan di kamar sendirian."

Mendapati kalimat itu, aku hanya tersenyum ke arahnya. Apalagi saat dia menyentuh rambut poniku, itu sungguh membuatku nyaman berada di dekatnya.

Dan aku yang selama ini selalu kesepian karena terlahir sebagai anak tunggal, seketika jadi merasa memiliki seorang kakak laki-laki. Saat bertemu dengannya dan mulai mengenal dia.

Meski usia kami terpaut sepuluh tahun, tapi dia yang saat ini berusia tujuh belas tahun, selalu bisa membuatku tersenyum dengan cerita-cerita lucunya. Bertingkah seperti anak seumuranku.

"Ohh ya, kemarin sampai halaman berapa, ya?" Dia membolak balik buku cerita yang dipegangnya. Mencari pembatas buku di sela-sela lembaran kertas.

"Ehmm ..., waktu putri tidur bertemu dengan nenek tua," ucapku antusias.

"Ahh ..., iya. Kamu benar." dia tersenyum ke arahku. Sembari melanjutkan kalimatnya, "Rupanya kamu pintar mengingat juga ya ...."

"Anastasia ...," ucapku berbangga. Dan dia mendaratkan jemarinya di puncak kepala, mengacak rambut poniku dengan gema

"Aku mulai ya, baca ceritanya." Mengangguk, ku isyaratkan sebagai tanda menyetujui. Dan suara lembut itu pun mulai mengucap kalimat-kalimat yang ada di dalam buku cerita. Membuatku serasa dinina bobokan, menjadikan pelupuk mataku begitu berat. Dan pada akhirnya aku pun terpejam.

Meski terbawa oleh rasa kantuk, namun suara yang tengah bercerita itu masih terdengar oleh ku. Hingga jeda waktu berikutnya, aku tak lagi mendengar suaranya.
Begitu sunyi.

Rasa kantuk itu masih mendera, saat aku merasa ada sentuhan lembut yang bergerak perlahan menyusuri permukaan wajahku. Terasa asing. Sungguh, hal itu membuatku jadi tidak nyaman.
Hingga ku putuskan membuka kelopak mata. Dan wajah yang sangat ku kenal itu begitu dekat dengan wajahku.

Berjengit kaget, menatap gugup wajah di depanku. "Kakak ...," lirihku dengan suara gemetar.

"Tidurlah, Putri Tidur-ku .... Jangan buka matamu. Terpejamlah," Dia menyentuh kelopak mataku, sedikit memaksa saat aku justru enggan memejamkan mata.
Terpaksa menurut meski sebenarnya aku begitu takut.

Love AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang