"Melody, kita pulang sekarang." Kulihat Francisco meraih pergelangan tangan putrinya itu. Sementara aku hanya bisa berdiri terdiam di samping Francisco.
"Tapi ..., Pa. Tadi teacher Hera bilang masih ada kegiatan," tolak Melody. Menahan tangannya yang berada dalam genggaman Francisco.
"Nanti Papa akan minta ijin sama teacher Hera." Kembali Francisco menarik tangan kecil Melody dengan tergesa. Hingga membuat Melody jadi sedikit tersentak. Bahkan keningnya mengernyit dengan tatapan takut pada Francisco.
"Papa ..."
"Frans, kamu menyakiti Melody," tegurku lirih pada Francisco. Saat kulihat gadis kecil itu tengah menahan sakit di pergelangan tangannya.
"Maaf," ucap Francisco. Kemudian melepas jemarinya dari pergelangan Melody.
Entah kenapa aku merasa sikap Francisco kini berubah menjadi dingin kembali pada putrinya itu."Frans, kamu ini kenapa sih?" Aku menatap kesal pada pria di sampingku. Yang hanya diam dengan sorot mata yang dingin.
"Papa kenapa? Melody berbuat salah, ya?" Dan satu pertanyaan yang terucap dari bocah kecil di depanku ini, entah kenapa aku jadi tersentuh saat mendengarnya.
Betapa dia seketika memasang wajah ketakutan pada Francisco, karena sikapnya yang berubah jadi dingin pada dia. "Melody minta maaf, Pa ..." lirihnya. Yang semakin membuatku tak tega menatap wajah yang kini jadi terlihat pias itu.
Kepalanya tampak tertunduk dengan jemari tangan yang meremas sisi rok yang dia kenakan.
"Sebenarnya, tadi Papa Francisco ingin mengajak Melody makan ice cream. Melody mau kan?" ucapku ke arah Melody. Yang spontan dia sambut dengan anggukkan antusias. Ekspresinya pun seketika berubah jadi senang.
Ku hela nafas lega saat mendapati respon kegembiraannya. Beruntung, tiba-tiba saja aku menemukan ide itu.
Ya, setidaknya usahaku untuk menghibur Melody, agar tak lagi memendam kesedihan dan ketakutannya pada Francisco cukup berhasil. Meski aku harus menerima tatapan tajam dari Francisco saat sepasang mataku beralih menatapnya.
Satu tanda tak setuju dengan ide mendadak yang baru saja terlontar dari bibirku.
"Benarkah itu, Pa?" Melody menarik-narik tangan Francisco. Memastikan atas ucapanku barusan pada papanya. "Beneran Papa mau mengajakku makan ice cream, seperti yang dibilang Tante ini?" lanjut Melody seraya menunjuk ke arahku.
Dan aku hanya mengulas satu senyum semu sebagai balasan. Karena secara bersamaan, Francisco masih saja memberiku tatapan kesal.
"Ckk ... Ana, kenapa kamu tadi bilang seperti itu ke dia?" lirihnya, setengah berbisik ke arahku.
"Kalau kamu ingin aku tetap bersamamu. Turuti saja," balasku. Juga dengan suara lirih.
Sedikit memberi tatapan mengancam. Meski bibirku justru mengurai senyum ke arahnya. Agar Melody tak menatap aneh dengan tingkah kami berdua."Papa, ayo ..." Dan Melody pun mulai menarik-narik tangan Francisco. Mengajaknya untuk segera berangkat. Ke tempat dimana papanya itu akan membelikan dia ice cream seperti yang tadi kubilang pada Melody.
"Liat saja. Nanti kamu akan mendapat hukuman dariku," lirih Francisco ke arahku. Dengan suara menggeram. Seolah dia tengah menggertak.
"Lakukan saja kalau kamu berani." Mencibirnya, kulukis seringaian nakal ke arah Francisco. Seiring tanganku melingkari lengannya, menggandeng mesra.
Menarik Francisco, mengikuti langkah Melody yang lebih dulu berjalan di depan kami berdua.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Love AFFAIR
RomanceCerita 21+ Semua orang akan mengatakan jika jalan yang ku pilih ini salah. Bahkan seringkali mereka juga melontarkan kalimat KAU WANITA JALANG padaku. Sadis bukan? Tapi kini, aku telah terbiasa dengan semua itu. Karena ini pilihanku. Mengambil apa y...