P

16 4 0
                                    


"Umm Calvin,kita ke rumah kakek Galva yuk !"

"Maksudmu kakek yang tadi pagi kita mintai tolong ?"

"Iya.Kita ke sana yuk !"

"Okelah.Kurasa dia baik.Aku kasihan padanya.Dia hidup sendiri di rumahnya.Memangnya istri,anak,dan cucunya ke mana ?"

"Meninggal,semuanya,tinggal cucu laki-lakinya saja yang masih hidup.Katanya,keluarganya di bantai.Dibantai habis-habisan oleh seorang laki-laki paruh baya.Jahat bukan.Untung saja saat itu cucu laki-lakinya sedang ke rumah pamannya,jadi dia selamat !"

"Begitu ya,tragis banget "

Kamipun menutup pembicaraan ini dan memulai pikiran kami masing-masing.Aku hanya diam menatap keluar jendela.Jalanan yang cukup padat,tapi tak sampai macet.

Banyak juga pejalan kaki yang melewati trotoar dengan santainya.Ada yang duduk di kursi trotoar,ada yang berlari kecil menikmati suasana,ada juga yang hanya jalan menatap layar ponselnya.Ku harap ada mobil yang menabraknya.

Kututup jendela ini dan ku alihkan pandanganku ke Ariana.Dia sedang fokus dengan jalanan juga pikirannya.Wajahnya tampak lelah,lusuh,dan juga kesal.Aku tahu.Pasti gurunya memarahinya lagi.Dasar guru idiot.Jika aku jadi Ariana,aku sudah mencoba mengalahkannya.

Misalnya,merekam ancamannya kek.Gitu bisa kan jadi barang bukti untuk lapor ke polisi.Memang Ariana terlalu sabar.Dia hanya diam menurut.Sifatnya saja sangat berbeda denganku.

"Hey kau,kau kenapa ? Apa kau punya masalah lagi ?"

"....."

"Santai,santai,aku hanya bertanya.Bukan berarti aku menyukaimu.Juga bukan berarti aku ingin mengetahuimu lebih dalam.Ku katakan sekali lagi,aku hanya tanya.Jadi apa kau punya masalah ?"

"....."

"Oke,oke,fokuslah pada jalanan.Terus menyetir,jangan lepaskan setirnya.Tapi....jika kau ingin melepaskan setirnya,lakukan saja !"

"Apa ?"ucapnya kaget.Ia juga ngerem mendadak sampai membuatku terpental.Aku memang aneh,aku nggak pernah memakai sabuk pengaman ketika berkendara.Aku memakainya kalau ada polisi saja.

"Awwwh.....akhirnya kau buka mulutmu juga.Meskipun dengan cara menyiksaku seperti ini.Lepaskan,jika kau kunci terus mulutmu,kau ak----"

"Diamlah !"

"Huuh,kau akan me---"

"DIAM... !"

"Kau akan ----"

"Calvin,tolong mengertilah !"

"Hey nona.Kau juga tolong mengertiah.Jika kau menyuruhku untuk mengerti dirimu,kau juga kusuruh untuk mengerti diriku !"

"Apa ? Katakan ? Apa yang harus kumengerti darimu ?"

"Jangan sela omonganku,aku tidak suka.Biarkan aku menyelesaikan omonganku dulu !"

"Kalau nggak,kau akan apa ?"

"Kalau nggak,aku akan lupa naskahnya.Aku perlu waktu untuk menyusun pembicaraan !"

"Begitu kah ? Lanjutkan kalau begitu !"

"Nona,aku lupa.Aku lupa dengan omonganku barusan.Aaah,ini semua gara-gara dirimu !"

"What ?"

"Apa ?"

"Kau aneh.Kau memang aneh,CALVIN HARRIS !"

"Memang,ku akui itu.Tapi kau juga aneh,ARIANA GRANDE !"

Ariana menatapku dengan tatapan sebal.Aku hanya senyum semanis yang kubisa.Aku nggak bisa senyum manis alami.Senyumanku selalu kubuat-buat.

Ariana kembali melajukan mobilnya.Keheningan lagi-lagi melanda kami.Tak ada kegiatan apapun selain diam.Ya sih,diam bukan kegiatan,tapi sudahlah.

Tak lama kemudiam kami sampai di rumah kakek Galvatron.Dia sedang duduk di depan pintu rumahnya.Anjing kesayangannya pun menemaninya di pangkuannya.Anjing berjenis bulldog itu tampak tenang dengan kalung merah di lehernya.

Aku dan Ariana mengampirinya.Kakek Galva menatap kami dengan tatapan senang,lalu menyambut kedatangan kami.

"Hay,kalian kembali.Ada apa ?"

"Umm,kek.Boleh kami,umm.... nganu,kami mau,umm....kami,kami----"

"Kami mau menginap di rumah kakek.Kami diusir dari rumah jadi kami tidak punya tempat tinggal !" sela Ariana.

"Thanks Ar !"

"Why not ? Masuklah,masuk.Aku senang ada yang menemaniku di sini.Aku kesepian.Tapi aku senang kalian mau tinggal di rumah sederhana ini !"ucap kakek.

"Tidak apa-apa kek.Yang penting kami punya tempat tinggal !" ucap Ariana.Gadis ini ramah banget sih.

"Iya kek,kami mau tinggal di sini untuk sementara.Sampai masalah kami masing-masing selesai !" tambahku.

"Silahkan,silahkan saja.Tinggalah selama yang kalian mau.Aku akan sangat senang kalian di sini.Mari,ku antar kalian ke kamar kalian !" ucap kakek sembari mempersilahkan kami mengikutinya.

Kami menaiki tangga tua yang indah.Banyak hiasan dinding yang terpampang di sini.Rumah ini kelihatan sangat klasik dan juga sederhana.

"Ini kamar kalian berdua.Maaf,aku hanya punya dua kamar.Ini dulu kamar kedua anak laki-lakiku.Istriku bersamaku dulu,sebelum dia pergi untuk selamanya.Cucuku jarang ke mari,jika mereka ke mari aku mengalah dan tidur di sofa depan tv "

".....kalian bisa berbagi kamar.Oh ya maaf,aku tidak sempat merapikannya !"lanjutnya.

"Tidak apa-apa kek.Kami senang kakek mau menerima kami di sini !" ucap Ariana.

"Terimakasih kek,kau sangat baik !"tambahku.

"Haha,sikapmu terlalu dibuat-buat !" ucap kakek Galva lalu pergi meninggalkan kami.

Aku menatapnya sinis sampai dia tidak terlihat lagi dari pandanganku.Ariana tersenyum ejek di depanku.

"Hahah,makanya,punya sikap tuh yang alami.Jangan dibuat-buat begitu.Ada bedanya kalik,mana yang alami, mana yang imitasi !"

"Kau ini kenapa ? Tertawalah sesukamu.Malam ini aku tidur di ranjang dan kau tidur di sofa !" ucapku kesal.

"What ? Katanya kau menghormati wanita.Kenapa aku yang di sofa ?"

"Karena kau sama menyebalkannya dengan sofa !"

"Dasar nggak jelas.Calvin gila.Calvin aneh.Calvin nggak jelas.Calvin idiot.Calvin----"

"Terus,terus saja kau mengoceh tentangku.Lama-lama kau akan bilang I LOVE YOU padaku !"

"CALVIN......."teriak Ariana sangat sangat kesal padaku.

I Found You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang