08_Siapa Sih?

3.4K 528 75
                                    

Abiyasa mengamati conveyor dengan seksama, ransel telah menggantung di punggung, jaket ia ikat di pinggang. Udara panas bersiap menyambutnya nanti, dan kini rencananya berubah, mencari pesawat dengan tujuan Yogyakarta setelahnya.

Awalnya ia akan menghabiskan waktu dua hari dengan teman-temannya yang berada di Jakarta, tapi karena kemarin sang kakak memintanya mengunjungi Yogya, ia langsung memutuskan untuk membeli tiket hari ini juga.

Kling!

Ponsel Abiyasa berbunyi, tampak nama Seno di layar ponsel. "Halo."

"Eh udah di mana ini, Bi?"

"Soetta gan, kamu ga usah jemput ya, aku mau langsung terbang ke Yogya."

"Loh kok gitu? Kan kita belum ketemuan."

"Iya kapan-kapan ya, No. Abangku janjian di sana."

Terdengar protesan Seno di seberang sambungan, mengatakan jika momen mereka bertemu akan lebih susah lagi karena Abiyasa akan menetap di Surabaya nantinya, kemudian sebuah nama tercetus dengan sendirinya di sela-sela obrolan mereka.

"Kinanthi? Kok bisa?"

"Iya, bisalah. Aku nemu facebook dia, terus aku sapa."

"Oh gitu, emang dia dimana sekarang?"

"Masih di Banjarmasin katanya, tapi aku sangsi."

"Sangsi? Ga percaya maksudnya?"

"Iya, kata sepupuku dia ga pernah lihat Kinan lagi, rumah dinas sudah kosong lama katanya."

"Emang kenapa? Terus kamu ga nanya?"

"Belum sempat sih, kapan itu aku chat lewat messanger tapi ga dibalas lagi. Kenapa ya?"

Abiyasa terdiam sejenak, "Kamu bilang kalau aku pulang?"

"Yoi, memang kenapa?"

Abiyasa termangu dua detik, pikirannya menebak apakah dia alasan Kinanthi enggan membalas pesan Seno.

"Bi, kamu ga pingsan kan?"

"Ngaco ah kamu. Aku masih sibuk ini dorong troliku." Abiyasa berusaha menyembunyikan pikirannya yang bermonolog, mengalihkannya pada tumpukan koper yang akan ia bawa sekaligus ke Yogyakarta sebelum bertolak ke Surabaya.

"Ya udah deh nanti kutelepon lagi kalau ada kabar dari dia, kamu yang seneng dong udah tahu gebetanmu masih hidup."

"Hush! Kamu tambah nglantur aja, kualat ntar!"

"Iya maaf." Suara Seno semakin kencang disertai dengan tawa yang dibua-buat. "Kututup ya, Bi. Bos udah balik dari rapat."

"Oke!"

Abiyasa menutup sambungan ponselnya, bibirnya mendesah kecil, bahunya sedikit lebih turun. Kamu dimana? Abi berjalan dengan langkah ringan, mengurungkan niat untuk mencari lebih lanjut keberadaan Kinanthi lewat dunia maya. Baginya mencari tiker penerbangan ke Yogyakarta lebih penting. Di sela-sela ia berjalan, ponselnya terhubung pada wanita yang selalu ia rindukan.

"Ibu, Abi udah sampai Jakarta."

-------

"Kemarin ibumu cerita, Ya."

"Tentang?"

"Kalau kamu sudah tidak kerja lagi di perusahaan retail itu."

"Iya Tante, saya kehilangan banyak waktu kalau tetap bertahan di sana, bunda mulai bingung cari penerus katering, apalagi Ayah butuh perawatan ekstra."

"Katanya kemarin sempat ke Lombok?"

"Oh itu cuma main saja, kebetulan sahabat Aya melahirkan, mumpung ada waktu sama dibiayain akhirnya dibolehin sama Bunda ke sana. Disempetin mampir juga ke rumah saudara bunda, Om Maulana."

Asmarandana [Macapat Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang