Kamila terlihat anggun dengan kebaya seragam yang diberikan Drupadi. Jilbabnya tidak diputar-putar di atas kepala, cukup dirapikan dan tersemat korsase warna kontras. Berdiri di sampingnya, Faraz dengan setelan beskap. Mereka berdiri menyambut para tamu undangan. Tadinya Faraz mau menolak, tapi dia urung karena ada embel-embel Kamila yang juga dimintai tolong Drupadi untuk menjadi penerima tamu.
Karena sama-sama belum memiliki pasangan, maka berdirilah mereka di sini. Faraz selalu memasang senyum menyambut tamu, sedangkan Kamila mengikuti apa yang Faraz lakukan.
"Capek, La?"
Kamila mendongak, dia sengaja duduk ketika tamu yang berdatangan mulai berkurang. Sebentar lagi juga pengantinnya turun setelah hampir tiga jam dipasang di depan. "Lumayan, Mas."
Faraz ikut duduk, disandarkan punggung pada sandaran kursi. "Sama. Tapi kamu lebih capek lagi kayaknya."
Kamila tidak menggeleng pun tidak mengiyakan, dua tangannya memijit-mijit tungkai kaki yang tertutup jarik. "Udah lama gak nugas ginian."
"Nugas gimana?"
"Jadi penerima tamu." Kini Kamila menegakkan punggung, diamatinya sepasang pengantin yang masih berdiri menerima ucapan selamat para tamu. "Yang pasti mereka lebih capek."
Faraz tersenyum kecil, "tapi worth it, setelah ini tenaga Ardan justru seribu persen."
Alis Kamila bertaut, sesaat kemudian ia memalingkan wajah ke samping. Pura-pura tidak mendengar, pura-pura tidak mengerti kalimat yang Faraz lontarkan barusan.
"Eh, kalian belum gua foto." Tiba-tiba Rio muncul dengan kamera menggantung di leher. Meskipun memakai beskap, dia bebas ke mana-mana dengan alasan mengabadikan momen. Tadi sudah ada Naren dan istri yang dia ambil candid, lalu Kanaya yang hari ini selalu di samping Bimo juga tidak luput dari bidikan Rio.
Tersisa Faraz saja yang belum. Dan Kamila juga.
"Mas Faraz aja." Kamila menggeser posisi, mempersilakan Rio untuk mengambil gambar Faraz.
"Yaelah, Ila. Sekali ini aja, kasihlah Faraz foto sama kamu."
"Beneran, Mas Faraz aja yang difoto. Saya udah kucel gini." Kamila sungkan, dia tidak mau perasaannya berubah karena kehadiran Faraz di sampingnya. Tidak boleh!
"Aku mau ambil minum, kamu mau nitip?" Faraz tidak mau memaksakan diri. Sepertinya Kamila benar-benar tidak nyaman dengannya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa gadis itu bersikap demikian? Padahal pertemuan mereka bisa diitung dengan jari. Bahkan Faraz tidak menembak gadis itu.
"Bang Rio mau foto kamu, Mas."
"Gak usah," Faraz menggeleng. "Kamu mau minum apa?"
Kamila tidak enak hati, mengerjap sekali, dia memutuskan untuk berdiri. "Udah boleh ninggalin tempat duduk ini kan ya?"
"Bolehlah. Tamunya udah mau habis, yang lain udah pada ambil minum."
Kamila mengamati penerima tamu yang lain. Beberapa formasinya sudah tidak lengkap, mungkin mengambilkan makanan atau minuman. "Selopku mana ya?" Sadar telah mencopot alas kaki, Kamila menunduk.
"Ini." Tanpa dikomando, Faraz mengambil selop milik Kamila, diletakkan di samping kaki gadis di sebelahnya.
"Makasih."
"Mau di sini apa ikut aku?"
Rio dianggurkan, tapi justru ia mengamati gerak-gerik Faraz dan Kamila. Tanpa permisi, diangkatnya kamera. Sedikit mundur agar tidak ketahuan, Rio mulai membidik dua orang di hadapannya yang tengah terlibat obrolan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmarandana [Macapat Series]
Romance[Tamat] Asmarandana berasal dari kata 'asmara' yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang Asmarandana adalah mengenai perjalanan hidup manusia yang sudah waktunya untuk memadu cinta kasih dengan pasangan hidup. Ini adalah cerita tentang Drupadi dan...