41_Akad

3.2K 417 168
                                    

Bismillahirahmanirahim.

Asyhadu an-laa Illaha illallaah
Wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah

Papa dan Mas Naren yang adek cintai,
Sepanjang hidup, adek akan selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT karena telah dipilih untuk terlahir sebagai putri dari Papa dan Mama serta adik dari Mas Naren.
Adek telah dibina, dibimbing, dan dilimpahi kasih sayang.

Papa dan Mas Naren,
Adek menghaturkan permohonan maaf jika selama hidup,adek telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan terhadap Papa dan Mas Naren.
Maafkan salah, dosa dan khilaf adek selama ini sebagai seorang anak dan seorang adik.

Jika terkadang adek berkata yang menyakiti, jika terkadang ingin menang sendiri, jika adek belum mampu menjadi anak yang berbakti.

Tapi selamanya, Papa dan Almarhumah Mama adalah orangtua terhebat, selalu, dan akan tetap seperti itu. Begitu juga Mas Naren, selamanya akan menjadi kakak paling keren yang pernah adek miliki.

Papa dan Mas Naren,
Hari ini adek memohon izin, mohon do'a restu untuk menikah dan membina rumah tangga dengan laki-laki pilihan adek, untuk menemani perjalanan panjang hidup adek kelak.
Seorang laki-laki yang Insha Allah bisa menjadi imam yang bijak dan penuh kasih sayang.

Adek mohon keikhlasan dan keridhoan Papa dan Mas Naren atas pernikahan ini.
Semoga kehidupan rumah tangga adek nanti senantiasa rukun, damai, sejahtera, sakinah mawwadah wa rahmah dan penuh berkah dari Allah SWT.

..

Ardan menyimak kalimat yang Drupadi ucapkan lewat rekaman yang dikirimkan Narendra setelah pengajian dilaksanakan. Gadis itu terlihat menangis ketika kalimat-kalimat permohonan maaf diucapkan. Pak Surya hanya mengamati dengan senyuman. Sementara para wanita lain ikut terhanyut dalam khusuknya pengajian menjelang pernikahan dirinya dan Drupadi.

Satu langkah mulai terlewati, di Lembang, keluarga Pak Wildanpun melakukan hal yang sama. Bedanya, Ardan tidak melakukan permohonan ijin seperti Drupadi. Keluarga mereka sangat fokus pada doa yang baik, memanggil para santri dan ulama rekan sang ayah untuk ikut memberikan restu dan doa.

"Itu Dru?"

Ardan mengangguk, diperlihatkan ponsel pada Arlia. "Mewek dia, Mbak."

"Jelaslah, dulu mbak juga gitu."

Ardan mengamati lekuk wajah sang kakak. "Gimana perasaan Mbak pas mau akad?"

Arlia tampak berpikir, kalau diingat lagi, dia merasakan mulas saat menunggu suaminya mengucapkan ijab. Setelah itu rasanya lega sekali. Justru setelah akad itu yang rasanya nano-nano.

"Mbak? Kok bengong?"

Arlia mengerling, disenggolnya lengan Ardan. "Yang pasti saat Mbak salim ke Masmu, rasanya udah kayak terbang ke awang-awang."

"Masak? Berlebihan banget."

"Eh, serius! Kamu udah pernah pegang Drupadi ya?"

Ardan menggeleng. "Sekali aja dulu banget pas kenalan, salaman doang. Itu juga pas belum suka."

Asmarandana [Macapat Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang