Puasa tahun ini dihabiskan Ardan di tengah penatnya ibu kota. Hampir sama dengan Drupadi yang menjalankan kegiatannya kali ini. PKL yang dijalani tidak lama, hanya lima minggu sehingga tidak membuat gadis itu lantas meninggalkan kegiatan sore mengajar menari. Meski sekarang selama puasa memang ditiadakan karena anak-anak kebanyakan mengikuti pesantren kilat.
Jam menunjukkan pukul empat lewat sepuluh menit. Drupadi memutuskan untuk mampir ke sebuah pusat perbelanjaan, tujuannya hanya satu, membeli sepatu yang dijual murah di Carefour. Kakinya melangkah menyusuri lorong demi lorong. Banyak sekali promo selama bulan puasa, mulai dari makanan, minuman sampai baju muslimpun juga tersedia.
Atensi Drupai langsung tertuju pada rak di mana banyak kotak sepatu dan sandal berjejer. Binarnya terlihat saat sepatu yang ia inginkan masih ready stock. Dengan potongan setengah harga, dia sanggup membeli dengan uang saku yang selama ini ia tabung. Beruntungnya Ardan, calon pendampingnya itu bukan sosok yang mementingkan merek dalam memilih barang.
Dirasa cukup, Drupadi menuju meja kasir untuk menebus nota. Melihat antrian yang cukup panjang, ia memutuskan untuk mengambil antrian yang berdekatan dengan lorong yang menjual minuman. Sembari melihat-lihat sekeliling, perhatiannya tertuju pada satu rak yang terlihat goyah.
"Eh, eh...," spontan ia mengangkat tangan saat melihat pemandangan yang membuatnya miris. Tak perlu menunggu dua detik, suara terdengar.
Brak! Prang!
"Astaghfirulah!" Drupadi kaget, dilihatnya banyak botol sirup dengan aneka merek telah berhamburan di lantai. Botol-botol berisi cairan penuh kadar glukosa itu pecah hingga meluber ke mana-mana.
Beberapa pengunjung ikut memeriksa tanpa berani membantu, sementara pegawai yang lain langsung sigap dengan raut muka takut.
"Pirang sirup iku?"
Drupadi mendengar kasak-kusuk di sebelahnya, ia bahkan lupa sedang mengantri di kasir. Dihampirinya petugas yang kebingungan tersebut, tanpa disadari, ia ikut menyingkirkan sirup lain yang masih sempat utuh untuk disingkirkan.
"Supervisi datang," salah seorang pegawai yang mungkin melihat atasan mereka menuju ke kerumunan mendadak membuat pegawai yang mungkin sebagai tersangka ingin menangis.
Drupadi tidak tahu pasti siapa yang ceroboh hingga membuat berpuluh botol sirup berbahan kaca itu itu terjatuh dari tempatnya. Tapi melihat satu orang perempuan terus menerus mengucapkan kata istighfar membuatnya trenyuh.
Mesakno, rek. Batin Drupadi, ia lalu menyingkir ke tepi. Bukannya kembali ke kasir, gadis itu sibuk menonton pegawai membersihkan lantai dari serpihan botol yang pecah.
"Siapa yang bertanggung jawab di sini? Berapa botol yang jatuh?"
Drupadi sekali lagi dibuat terkejut. Sosok tinggi menjulang dengan seragam berlabel sama seperti tempat yang kini ia kunjungi tidak menyadari kehadirannya. Atensi laki-laki itu tertuju pada pegawai dan hiruk pikuk yang melingkupinya.
"Bersihkan dulu, jangan sampai ada serpihan kaca tercecer."
"Iya, Pak!"
Kadang hidup kok aneh ya, Dru. Kenapa harus sekarang sih Mbak ketemu lagi sama Pak Bim? Drupadi mengerjap saat mengingat keluhan Kanaya tempo hari. Ia melihat sosok Bimo yang ramah telah lenyap. Wajah laki-laki itu terlihat sangat serius, tidak ada perkataan kasar atau menghakimi namun cukup membuat para pegawai di sana terdiam dan mengerjakan apa yang diperintahkan.
"Mega, kamu ikut saya."
Semakin menyingkir, Drupadi sengaja tidak menyapa Bimo. Berbenak dalam hati, ia bertanya-tanya bagaimana nasib pegawai tadi nantinya? Sudah pekerjaan banyak, gajinya dipotong untuk mengganti pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmarandana [Macapat Series]
Romance[Tamat] Asmarandana berasal dari kata 'asmara' yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang Asmarandana adalah mengenai perjalanan hidup manusia yang sudah waktunya untuk memadu cinta kasih dengan pasangan hidup. Ini adalah cerita tentang Drupadi dan...