Suasana resepsi terlihat sangat ramai. Ada dua shift tamu, yang pertama untuk relasi Pak Karwo, yang shift kedua untuk para tamu dari kalangan Ulama. Nah, Drupadi kedapatan shift pertama. Dia sudah tampil tadi, sambutannya sangat baik karena sang MC memperkenalkan dengan menggebu-gebu profil lengkap tentang dirinya yang masih berstatus single ini.
Setelah acara tampil tadi, beberapa teman Pak Surya mulai menyapa Drupadi. Bertanya ini dan itu. Misalnya, sudah punya pacar belum? Umurnya berapa? Kuliah di mana? Mau tidak dikenalkan dengan putra mereka? Duh, Drupadi mendadak menjadi selebritis, rencananya dia mau menunjuk Narendra sebagai manajer kalau itu terjadi.
Pret!
"Senyam senyum ra jelas, seneng diajak kenalan cowok-cowok?"
Drupadi tetap mempertahankan wajah ramahnya, ini si kakak mendadak jadi tawon dari tadi. Ngang ngung ngang ngung tidak jelas. "Apa sih, iri jangan dipelihara."
"Siapa yang iri, orang yang ngajak kenalan kamu cowok-cowok tua, kalah ganteng dari mas." Narendra dengan mulut pedasnya. Sesungguhnya hanya untuk mengkader mental sang adik agar kuat menghadapi tempaan dunia kerja nantinya. Meski aslinya tidak juga.
Kuatkan Drupadi menghadapi Mas Naren, Ya Allah.
Drupadi mengamati sekitar, rasanya mata semakin bening melihat tamu-tamu rekan dari pengantin. Masih muda, bergaya, mapan pula. Narendra mah lewat.
"Dek udahan senyum-senyumnya. Aku malah takut liat kamu kayak gini."
"Ish! Mas ngapain sih mbuntutin aku terus." Drupadi menyikut perut Narendra. Heran, kenapa dari tadi laki-laki satu itu nempel kayak perangko. Mana Pak Surya masih sibuk menjadi penerima tamu yang wira wiri ke mana-mana. Di gedung sebesar itu, hanya Narendra yang mendampingi Drupadi. Kanaya tidak dipanggil. Perempuan itu sekarang mungkin baru pergi dengan seseorang.
"Eh, dek!"
"Hem?"
Narendra mendadak terlihat bingung, masak iya salah lihat? Dia yakin tidak ada laporan mereka akan berada di satu tempat yang sama. "Dek, sini minggir." Narendra menarik pergelangan tangan Drupadi.
"Kenapa, mas?"
"Kamu percaya yang namanya jodoh gak?"
"Ha?" Drupadi bingung.
Narendra beralih di belakang tubuh sang adik, digesernya tubuh Drupadi pada arah jam sepuluh. Dua mata yang lebih muda tiba-tiba berubah membesar. "Adek gak salah lihat?"
"Gak tau." Narendra mengedikkan bahu. "Mungkin halusinasi kita yang lagi kecapekan."
Drupadi mengerjap-ngerjap. "Itu, yang sama dia siapa?"
"Bapak ibunya kali ya?"
"Ha?" Drupadi membalikkan tubuh. "Mas, serius? Kenapa dia ada di sini?"
"Mas juga gak tau. Tadi sempet sms tapi dia gak bilang mau ke sini juga."
"Mas bohong!"
"Enggak, dek. Suer ewer-ewer." Narendra mengangkat dua jari, diliriknya rombongan di belakang sang adik.
"Sembunyiin aku, mas!" Drupadi menggeser tubuh di balik tubuh Narendra yang cukup tinggi.
"Loh? Kenapa?"
"Pokoknya sembunyiin adek. Duh, papah mana sih?" Drupadi mengangkat sedikit jarik agar mudah untuk melangkah, secepat kilat dia memutuskan pergi mencari sang ayah. "Mas Naren, cepetan! Lemot banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmarandana [Macapat Series]
Romance[Tamat] Asmarandana berasal dari kata 'asmara' yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang Asmarandana adalah mengenai perjalanan hidup manusia yang sudah waktunya untuk memadu cinta kasih dengan pasangan hidup. Ini adalah cerita tentang Drupadi dan...