Chapter 14

4.8K 144 0
                                    









Aku membuka mataku perlahan, pemandangan pertama yang kulihat adalah Harry yang tengah tertidur pulas dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Wajahnya nampak damai dan polos. Sudut bibirku tertarik membentuk senyuman.

Aku mendelik ke bawah dan mendapati tubuhku yang telah tertutup oleh selimut berbulu. Pantas saja aku tidak kedinginan semalam, nyatanya Harry masih menaruh setidaknya sedikit kepedulian terhadapku.

Harry tengah merenggangkan tubuhnya, aku rasa sebentar lagi ia akan bangun dari tidurnya dan mulai menampilkan sifatnya yang bajingan dan juga brengsek.

Dan benar saja, ia terbangun dan matanya bertemu dengan mataku. Aku lebih memikirkan ia akan memarahiku atau apa, tapi pada kenyataannya ia tersenyum manis padaku. Ia bangkit dari ranjangnya dan mendekati ku.

.
Seringaian nya berubah menjadi sedikit cabul, dan memang benar pagi-pagi seperti ini ia sudah mulai kurang ajar padaku. Otak liarnya akan aktif jika ia bangun. Dalam arti jika ia bangun maka otak liarnya juga akan bangun. Begitulah menurutku.

Harry menghempaskan selimut yang menutupi tubuhku ke lantai. Ia menggigit bibirnya ketika melihat tubuhku yang telanjang. Ia mendekatkan wajahnya pada lekukan leherku, mengecupnya perlahan dan memberi gigitan-gigitan kecil disana. Aku melenguh panjang.

" Selamat pagi, sayang. Bagaimana malam mu? ". Bisiknya tepat di telingaku. Tubuhku merinding dan menegang. Dasar otak sinting! Apa-apaan ia bertanya seperti itu? Sudah jelas malamku sangat buruk. Tapi aneh juga karena aku bisa tidur. Well... berarti malamku tidak terlalu buruk juga, kurasa.

" Harry? ". Aku menahan pertanyaanku. Harry kembali mengecup leherku dan beralih pada pundakku.

" Hmm? ". Tanyanya masih dengan melakukan kegiatannya. Kini ia membawa bibirnya turun pada dadaku.

" Harry bagaimana jika keluargaku mencariku? ". Entah keberanian macam apa yang datang padaku. Aku bertanya dengan lancarnya membuatnya berhenti dan mendongak padaku. Ia menyeringai lagi dan mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Ia tak menatap mataku melainkan menatap bibirku. Jantungku berdebar-debar dan aku semakin tak sabaran menunggu jawabannya. Harry lalu menatapku tajam, mata hijaunya seolah-olah terbakar oleh kemarahan.


" Aku sudah mengatur semuanya ". Ia menggantung jawabannya. Ia menarik diri dariku dan menuju kamar mandi.


" TAPI KENAPA KAU MENYIKSAKU SEPERTI INI, HARRY? APA SALAHKU? JAWAB AKU, BAJINGAN! ". aku berteriak layaknya orang gila, tapi aku langsung merutuki diriku sendiri karena ia langsung berbalik dan memberiku pandangan keras. Wajahnya memerah dan hidungnya kembang kempis. Langkah lebar ia ambil dan begitu ia berada di depanku. Ia langsung mengambil ancang-ancang untuk menamparku. Aku menutup mataku. Namun aku tak merasakan apapun, itu membuatku membuka mata. Harry ternyata menahan tangannya yang sebentar lagi akan mengenai wajahku. Air mataku sudah mengalir. Menundukkan kepala, aku mulai mengumpulkan keberanian ku lagi untuk berbicara padanya.

" Apa salahku, Harry? Apa? Tolong beri aku jawaban yang jelas! Aku tersiksa disini, Harry! ". Harry menurunkan tangannya dan mendekatkan wajahnya lagi padaku. Entah mataku yang bermasalah atau apa, tapi aku melihat genangan air mata di pelupuknya.



" Karena aku mencintaimu ". Hatiku berdesir sekaligus mencelos. Nafasku memburu dan tangisanku berhenti. Dadaku naik turun dan detik berikutnya ia merengkuh kepalaku pada dadanya.
" Aku bukan hanya sekedar menaruh nafsu, aku tidak tahu mengapa aku begini, Reb. Hatiku hancur melihat keparat itu berhasil merasakan bibirmu. Aku tahu aku pria pertama yang merasakannya. Dan aku tidak mau berbagi, Reb. Kau tidak -- "

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang