Chapter 6

6.3K 162 4
                                    




Tanganku mengelus-elus pahaku yang memerah dan sedikit lecet akibat cambukan dari Harry. Saat ini aku sudah kembali ke rumahku, tepatnya di kamarku. Air mataku masih setia mengalir, aku merasa kehilangan sesuatu. Aku merasa malu dan khawatir. Malu pada diriku sendiri dan khawatir jika sewaktu-waktu Harry akan memperlakukan ku lagi seperti tadi, atau mungkin akan lebih parah.


Aku masih berpikir untuk mencari cara membebaskan diriku darinya, tidak mungkin aku akan diam saja seperti ini. Mau jadi apa aku ini?



Lagi, tak dapat ku pungkiri bahwa aku terus memikirkan Harry, entah apa isi otaknya itu sehingga berbuat seperti ini padaku. Semuanya terasa aneh. Aku tidak mengenalnya, ia berlaku semena-mena terhadap ku. Dan parahnya aku begitu mudah mengalah dan takut.



" Temanmu yang mengaku sebagai 'Presley' menunggumu di luar ". Aku terlonjak kaget dan segera menutupi pahaku kala mendengar suara Sel yang tidak kusadari kehadirannya. Tanganku pun cepat-cepat menghapus air mataku. Butuh beberapa saat untukku memahami ucapannya. Pun aku memilih mengangguk dan gadis itu pergi setelahnya.



Aku keluar dari kamar dan menemukan Presley yang duduk di ruang tamu sambil memandangi seisi rumah ini.



Aku berdehem untuk mendapatkan perhatiannya.




Presley menoleh dan ia merubah ekspresinya yang awalnya tersenyum.


" Hey kau menangis? ". Tanyanya. Aku diam tak menjawab dan memilih untuk mengabaikan pertanyaan.


" Ada apa kau kemari? ". Presley menyengir dan menyandarkan tubuhnya pada sofa.



" Jawab dulu pertanyaan ku! "



" Itu tidak penting dan bukan urusanmu, cepat katakan saja apa tujuanmu kemari! ". Ucapku penuh penegasan, Presley memasang tampang keras pertanda bahwa ia menahan amarahnya sendiri.



" Acara makan malam kemarin ku batalkan karena kau yang pergi entah kemana dan aku tidak mau tahu kau harus ikut denganku malam ini. Kau tahu aku tidak mungkin membatalkannya lagi ". Otakku semakin pusing memikirkan ini semua. Oh Brengsek, kenapa pula semua masalah harus menimpaku dalam waktu dekat.


" Kau bisa mencari gadis lain. Kau adalah penakluk wanita, tentu akan banyak gadis yang lebih bersedia dibandingkan dengan ku ". Aku menimpali sekaligus menolaknya halus. Rahangnya mengeras lagi dan matanya menusuk tajam kedalam mataku. Ia tak mengucapkan apapun dalam jeda yang lama. Aku masih disini, berdiri dan menunggu reaksinya lagi.



" Kau akan menyesalinya, sayang ". Itulah kalimat akhirnya, ia pergi tanpa berpamitan. Aku menjatuhkan tubuhku pada sofa dan memijit pelan pelipisku.




***



Kakiku melangkah perlahan mencari kelas pertamaku. Yang ada di pikiran ku hanyalah bagaimana caranya agar aku dapat mengalihkan perhatianku dari Harry maupun Presley. Aku terus berharap agar aku tak perlu berhadapan lagi dengan kedua orang pembawa bencana itu.


Setelah mendapatkan kelasku, aku mencari tempat duduk yang memungkinkan untuk ku dapat sedikit bersantai dan minim mendapatkan perhatian dari guru.



Mataku memandang kosong buku catatan yang dipenuhi oleh coretan tinta yang rapi berbentuk tulisan.


Kelas dimulai beberapa saat setelahnya, aku dengan susah payah untuk memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru-guru yang mengajar. Tapi tetap saja hasilnya nihil, aku tidak memahami apapun.



Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang