Chapter 11

5.1K 135 0
                                    





Harry menggerutu di sepanjang jalan karena macet yang membuat kami harus menunggu berjam-jam. Aku tidak ingin berbicara dengannya, oleh sebab itu aku hanya diam dan menahan diri untuk tidak tertawa karena menurutku suara Harry terdengar lucu.


Perlahan-lahan jalan mulai lengang dan membuatku merasa semakin tidak sabaran untuk kembali ke rumah. Tapi bagaimana jika Harry masih akan membawaku pergi? Tidak. Aku akan memberanikan diri untuk menolaknya. Dia harus tahu bahwa dia tidak memiliki hak untuk mengaturku.



" Harry kita mau kemana lagi? ". Tanyaku kesal karena Harry membelokkan mobil ke arah kanan, sedangkan arah rumahku seharusnya lurus saja.



Harry hanya melirikku sekilas dan menarik salah satu sudut bibirnya. Ia tak menjawab melainkan kembali fokus ke depan.



Tak lama ia memberhentikan mobil di...taman? Woah... aku sama sekali tidak berfikir ia mau mengunjungi tempat semacam ini. Tempat yang penuh dengan anak-anak dan beberapa pasangan muda-mudi.


" Ayo turun! Kau mau menunggu disini sampai larut malam, huh? ". Kini Harry bersuara. Ia keluar dari mobil dan berkacak pinggang sambil memandang ke sana kemari secara tidak jelas. Aku masih diam disini, berharap ia akan mengatakan sesuatu yang dapat membuatku keluar dari mobil ini. Akhirnya ia menoleh dan mengitari mobil, lalu membukanya dan menyeringai lebar.



" Apa? ". Tanyaku bingung. Ia bersandar pada body mobil dan menghalangi pintu.



" Kau mau aku menggendongmu dan mendudukkan mu di gerobak penjual es krim, hmm? ". Ia balik bertanya dengan nada menggoda membuatku menekuk kedua alisku bingung.




" Kau aneh, Harry ". Ujarku, Harry berdehem dan segera menarik tanganku.



Aku bergumam kesal dan ia melirikku. Jalanku sangat lambat karena dua alasan yaitu pertama kakiku sakit, kedua aku badmood. Aku masih menyimpan rasa kesal pada Harry karena ia terlalu tempramental dan merugikan banyak orang. Apalagi aku kebingungan akan sikapnya, seharusnya ia dapat berpikir 2 kali sebelum menghajar temannya sendiri. Dasar berlebihan!




Aku berjalan mengikuti Harry yang berjalan di depanku. Dasar Brengsek! Dia ini tujuannya apa sih?

Tiba-tiba saja Harry mendadak berhenti membuatku menabrak tubuhnya. Ia menoleh padaku.

" Aku tahu kau memiliki dada yang indah, tapi jangan menggodaku disini, Reb! ". Perkataannya membuatku memukul lengannya. Ia tertawa cekikikan.

" Brengsek, Harry! Disini banyak orang! ". Aku menahan teriakan dari leherku. Sial, pria ini otaknya memang sudah miring. Harry lalu merangkul ku dan menghampiri gerobak es krim. Seriously? Jadi dia memang sudah berniat untuk membeli es krim? Baru kali ini aku tahu ada seorang bad boy yang doyan es krim.

Harry lalu memesan 1 porsi eskrim vanilla jumbo.



" Harr-- "



" Ini untukmu, karena aku membuat hidungmu berdarah tadi ". Potongnya lalu menyodorkan es krim ini padaku. Harry lalu membawaku untuk duduk di salah satu bangku taman. Aku menahan senyumanku. Dia pandai bersikap manis juga rupanya.



Aku masih memandangi es krim ini, masih ragu untuk memakannya sedangkan Harry terus memandangiku.



" Makan itu, Reb. Mengapa kau menatap es krim itu seperti sedang menatap penisku, huh? ". Mataku membulat dan aku mencubit pahanya. Astaga! Pria ini benar-benar sinting! Beberapa orang yang tengah menemani anak mereka yang bermain di atas rumput pun ikut menoleh. Aku yakin suara Harry tidaklah kecil. Argh... aku malu.



Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang