Chapter 16

4.1K 119 0
                                    







Mendung gelap menutupi matahari yang tadinya bersinar terik. Kedua kakiku terus bergerak membawaku ke gerbang. Satu-satunya hal yang tidak kuduga dapat menghentikan langkahku adalah, Justin yang sedang menyender di body mobilnya yang sialan mengkilat. Aku celingak-celinguk memastikan keadaan lalu menghampirinya.






" Kau mau menjemputku? ". Aku bertanya dengan nada yang tidak suka, pria ini berdehem aneh. Aku yakin ia sedang berusaha memukul kepalaku dengan sindirannya itu.






" Yep ". Jawabnya singkat dan santai tanpa melihatku. Justin membuang pandangannya ke satu sisi kanan dalam waktu cukup lama sehingga aku pun terbawa-bawa ingin melihat apa yang ia lihat.




Aku meneguk ludahku gugup melihat Harry dengan celana ketat beserta kemejanya yang seksi. Dan sebuah pandangan baru membuatku terpesona padanya. Ia mengganti warna rambutnya. Kupikir ini adalah warna aslinya, hitam kecoklatan.





Harry membawa kaki panjangnya ke sebelahku dan merengkuh pundakku. Aku sedikit mendongak padanya. Ia menatapku tidak suka dan segera melemparkan pandangan pada Justin.





Wajah Justin berubah total dan ia membawa tangannya yang tak kalah indah dengan tatonya itu untuk menarikku ke sebelahnya.




" Menjauh darinya, jalang! ". Justin memaki Harry. Aku menutup mulutku dengan tanganku dan segera menggeleng-geleng entah bertujuan pada apa. Aku begitu paranoid sekarang. Rasanya aku akan masuk ke dalam masalah baru setelah ini.





" Kau yang menjauh darinya, idiot! ". Harry melayangkan pukulannya pada Justin. Tapi Justin berdiri kokoh di kedua kakinya. Pukulan Harry yang sangat kuat tadi hanya membuatnya seperti terkena tamparan kecil dari seseorang yang sangat lemah. Aku yakin jika aku yang berada di posisi Justin maka aku sudah terkapar tak berdaya di tanah.




Bibirku terkulum melihat darah segar menetes dari ujung bibir Justin. Kalau sampai Justin membesarkan masalah ini, maka aku juga di dalam bahaya yang besar.





" Simpan saja dendam sampahmu yang tak berujung itu. C'mon Reb, kita harus segera menghindar dari si keparat ini sebelum ia bertambah error lagi ". Justin lalu menarik tanganku dan memaksaku untuk masuk ke mobilnya. Ku lirik Harry yang terdiam di tempatnya berdiri sambil memandang ke arah lain. Rasanya hatiku di remas, jika ia memang mencintaiku ia pasti sudah menahanku sedari tadi. Tapi kenyataannya tidak, seharusnya aku sudah mengantisipasi hal ini akan terjadi. Tapi aku bersyukur karena aku tidak terlanjur membuka hati padanya. Ku akui aku adalah tipe orang yang mudah jatuh cinta, dan itu menyebalkan karena itu mempermudahku untuk merasakan bagaimana rasanya sakit hati.






***






" Bagaimana kau bisa mengenal Harry? ". Justin langsung menyuguhkan ku pertanyaannya itu saat kakiku baru saja berdiri di ambang pintu. Aku memutar bola mataku darinya dan menerobos masuk.




" Dia kakak dari temanku "





" Dan itu bukan alasan yang tepat untuk menjelaskan bagaimana kalian bisa seakrab itu ". Justin menimpali dengan nada yang cukup tinggi. Really? Apa ia menaruh curiga padaku sekarang?





Bokongku mendarat pada sofa, aku benci harus disudutkan seperti ini. Lagipula sepertinya Justin sudah mengenal Harry sebelum aku. Dunia memang sempit.





" Aku sering berkumpul dengan teman-teman ku, dan ya... Harry juga tergabung di dalam kelompok kami ". Jawabku kikuk. Justin melirikku sekilas dan pergi begitu saja. Tipikal Justin, ia akan memilih pergi jika seseorang tidak mau menjawabnya dengan jujur.






Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang