Chapter 12

5K 149 2
                                    



[Di mulmed Contoh satin dressnya ]




Begitu aku sampai di rumah, aku langsung membongkar kamarku karena aku lupa dimana menaruh paper bag sialan itu. Aku menggaruk-garuk kepalaku frustasi dan langsung mengacak-acak walk in closet-ku. Aku memutar bola mataku begitu melihat paper bag itu ternyata ku taruh di atas lemari. Aku pun meraihnya dan memeriksa gaun ini.


Mataku melebar begitu melihat model gaun ini. Belahan dadanya rendah yang pastinya memaksaku untuk tidak mengenakan bra. Belahan kakinya juga cukup tinggi hampir se-pinggul. Dan bagian punggungnya juga terbuka. Oh ayolah, aku tidak suka pakaian semacam ini. Terlalu berlebihan menurutku. Aku pun yakin aku dapat masuk angin.


Aku mengira-ngira kemana Presley akan membawaku pergi. Tapi sudahlah...Chazz dan Blaire akan ikut. Setidaknya aku sudah memiliki persiapan jika aku membutuhkan pertolongan.

*

Kini aku masih menimbang-nimbang untuk benar-benar memakai gaun ini. Chazz sibuk menggeleng-gelengkan kepalanya sedangkan Blaire menatap kagum gaun ini.

" Oh astaga kau pasti akan terlihat sangat seksi dalam balutan gaun ini, Reb. Percaya padaku ". Ucap Blaire yang membuat Chazz menarik rambutnya. Blaire memanyunkan bibirnya kesal.

" Jadi bagaimana menurut kalian? Apa aku memang harus mengenakan gaun ini? ". Tanyaku memastikan. Chazz melirik gaun itu dan merampasnya dari tangan gadisnya.

" Pakai saja. Kita lihat bagaimana reaksi si jalang itu nanti ". Jawab Chazz, Blaire mengangguk setuju dan aku pun begitu. Memangnya aku punya ide apa lagi? Rasanya otakku sudah terkuras habis. Pun aku berjalan menuju walk in closet-ku.



Aku pun memakai gaun ini, tanpa mengenakan bra. Panjang gaun ini sangat pas pada tubuhku. Well...tidak terlalu buruk, kurasa.

Tak lama Blaire menyusul dan membantuku untuk menata rambutku. Rambutku ia tata dengan di gerai dan di berikan sedikit volume dengan cara memberikan sedikit bentuk (bergelombang). Tak lupa Blaire memoleskan make up tipis namun ia memberiku lipstik merah menyala. Brengsek, aku benar-benar terlihat seperti jalang.

" Blaire aku tidak suka warna lipstik ini ". Aku menggerutu padanya. Kulihat Blaire yang mendelik tajam padaku.

" Serius? Lalu untuk apa kau membeli lipstik ini jika kau tak menyukainya? Sudah. Turuti saja perintahku ". Ucapnya dengan nada bossy. Aku pun tak bisa menolaknya lagi. Lagipula kelihatannya tidak terlalu buruk, semoga saja.

*

Presley menjemputku tepat setelah Blaire selesai menyempurnakan riasannya padaku. Blaire dan Chazz bersembunyi ketika aku mulai berjalan menuju mobil Presley yang terparkir tepat di halaman rumahku.

Presley tidak henti-hentinya tersenyum melihatku, tak dapat ku pungkiri aku sedikit salah tingkah. Bagaimana tidak? Si bajingan ini bisa dibilang tampan dan sedikit panas malam ini.

" Sebenarnya kita mau kemana? ". Tanyaku memecah keheningan begitu mobil mulai melaju. Presley menoleh padaku dan memberikan senyuman receh nya yang nampak murahan.

" Club? ". Jawabnya yang justru terdengar seperti pertanyaan. Sudah kuduga. Aku hanya mengangguk berusaha terlihat santai. Kupikir ini lebih baik ketimbang aku harus makan malam dengan keluarganya. Itu terdengar kurang wajar mengingat aku pun sama sekali tidak berteman dengan pria ini.


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, akhirnya mobil Presley berhenti di sebuah Club yang kelihatannya cukup ramai.


Presley lalu membukakan pintu untukku dan meraih pinggulku untuk merapat padanya. Ugh...dasar buaya modus! Aku mencoba untuk mencuri-curi pandang ke belakang dan mendapati Chazz dan Blaire yang kini berpakaian sedikit aneh. Maksudku, Blaire memakai wig warna pirang dan kekasihnya itu memakai kacamata bulat yang membuatku ingin tertawa. Chazz juga mengganti model rambutnya menjadi belah tengah. Ingin rasanya aku berteriak 'welcome to the party, nerd'. Tapi sayangnya itu tidak mungkin.


Kami mulai memasuki Club dan menempati dua kursi di meja bar. Presley memesan minuman yang sudah pasti mengandung alkohol. Sang bartender lalu dengan segera menyiapkannya dan setelah selesai langsung menyodorkannya pada kami. Aku tidak menyentuhnya sama sekali melainkan memandangi orang-orang yang sedang berolahraga di dance floor.

" hei minum itu! Aku traktir ". Ujar Presley di sebelahku. Aku menggeleng dan mengatakan aku memiliki sebuah penyakit yang dapat membuatku kembung jika sembarangan meminum minuman yang tidak jelas kandungannya. Tentu aku hanya mengarang cerita. Presley menaikkan sebelah alisnya terlihat tak percaya. Tapi aku berusaha mengabaikannya.


Menit demi menit berlalu, aku hanya duduk diam disini menemani si bodoh di sebelahku yang sedari tadi sibuk meneguk minuman keras. Mana lagi telingaku mau tidak mau terus berdengung akibat dentuman musik yang mengalun.



Tiba-tiba sebuah tangan mengelus pahaku yang terekspos akibat belahan dress ini. Aku menepisnya risih dan melarangnya yang mengabaikan kekesalanku.

" Presley hentikan ". Jeritku tertahan. Aku menatap matanya yang baru kusadari memerah dan berair. Sialan, dia mabuk.

" Kenapa? Apa kau malu? Kita bisa melanjutkannya di dalam ". Tanyanya yang terdengar seperti orang idiot. Aku langsung menoleh ke sana kemari untuk melihat keberadaan Blaire dan Chazz. Aku membutuhkan pertolongan mereka. Tapi kesialan lain menimpaku. Club ini cukup padat dan membuatku kesulitan untuk melihat keberadaan mereka. Tangan si brengsek ini mulai menjalar di punggungku. Lagi-lagi aku harus menepisnya. Namun ia bertindak lebih agresif dan mendaratkan ciuman pada bibirku. Aku meronta dan mendorongnya. Ku lihat bartender itu yang menatapku aneh. Mungkin ia berfikir aku adalah gadis si brengsek ini jadi pasti baginya tindakan ku ini aneh.

Detik berikutnya Presley terjatuh dari kursi. Bukan karena dorongan ku melainkan seorang pria dengan tato di sekujur lengannya yang menghantam wajah Presley. Pria ini menghajar Presley bertubi-tubi, mengingatkan ku pada Harry yang menghajar Cam kemarin. Tapi...ku rasa aku mengenal pria ini. Dia orang yang sama.

" Harry hentikan! ". Aku menarik lengannya, aku yakin ini Harry. Kulihat wajah Presley yang sudah berdarah-darah. Aku terus menarik lengannya. Aku tidak peduli jika aku akan terkena imbasnya seperti kemarin tapi memang inilah yang ku dapat. Kurasakan asin darah dari bibirku. Harry berbalik dengan wajah merah padam. Orang-orang disini hanya menonton dan aku merutuki mereka yang tidak mau melerai sama sekali. Tapi aku bersyukur Harry sudah berhenti. Sial, tidak adakah petugas keamanan disini?

Aku mengelap darah dari bibirku yang sudah tercampur dengan air mataku. Aku merasakan sebuah tangan yang merangkul bahuku. Membawaku ke belakang tubuhnya. Dia Chazz, dan Blaire mengelap bibirku dengan tissue. Aku pun mendapati raut wajah khawatir darinya.

" Apa yang kau lakukan, Harry? ". Tanya Chazz marah. Harry tergelak.

" Apa yang kulakukan? Kau bodoh membiarkan si keparat ini menyentuhnya! ". Harry membentak. Musik dimatikan dan beberapa orang mulai kabur.

" Aku tahu. Tapi tidak menghajarnya, Harry! Kau bisa membunuhnya. Dan sudah ku peringatkan padamu aku dapat mengurusnya. Tidak bisakah kau menahan emosimu? ". Chazz terdengar sangat marah dan kecewa, aku dapat menemukan nada ketakutan dari suaranya. Harry memang mengerikan. Aku tidak habis pikir apa yang ada di dalam otaknya. Harry mulai berjalan dan menepis tubuh Chazz dari hadapannya kini ia menatapku dengan raut wajah yang pastinya berbeda dari biasanya.

Ia meraih tanganku untuk mendekat padanya dan mengunciku dengan tangannya yang berada di pinggulku. Lalu ia menempelkan keningnya padaku dan aku menutup mataku. Aku sangat takut. Mungkin setelah ini ia mematahkan leherku.

" Kau akan membayarnya ". Begitu mengucapkan kalimat itu ia pergi dari hadapanku diikuti oleh beberapa pria yang berpenampilan sama dengannya. Oh jadi semua orang disini sudah mengenalnya. Pantas saja tidak ada yang berani melerai. Blaire merangkul pundakku dan menuntunku keluar. Sedangkan Chazz mengurus Presley yang terkujur lemah di dance floor.





Ya Tuhan ini musibah yang mengerikan!















🤗🤗🤗

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang