Suara hati marlina

49 13 3
                                    

Hari demi hari berlalu , tanggal  29 maret 1819 , tepat dimana hari yang sangat menyedihkan bagi dia dan ibu guru kesayangannya. Ibu berliana,,,,
Hari dimana aku merasakan kehilangan dekapan hangatnya , yang selalu memberiku semangat , tak mau membiarkanku berkalut dengan kesedihan , ia akan pergi meninggalkan ku sendirian , aku akan kehilangan senyum manisnya , aku akan kehilangan dia yang kuanggab seperti ibu kandung ku sendiri.

Seorang gadis menatap keluar jendela , dengan memegang kertas tua pemberian dari gurunya ,  rintik hujan yang sendari tdi jatuh kini semakin deras , membiarkan rintik hujan membasahi pipi gadis itu.

Marlina : aku tak bisa jika harus berpisah dengan mu ibu berliana , aku tak siap jika harus bersekolah disana.

Kuambil pena hitam diatas meja belajarku , lalu mulai menulis kata demi kata hingga menjadi kalimat dan sebuah cerita di atas kertas tua pemberianmu, cerita dimana aku tumpahkan seluruh perasaan ku dengannya.

Dear ibu berliana

Kau adalah guru yang terbaik didunia , aku adalah seorang anak yang sangat beruntung jika dekat dengan mu. Lelucon mu yang selalu kau lontarkan disela sela pelajaran , yang membuatku merasa senang dan melupakan seluruh masalah yang ku alami , tawa candamu membuat rumah ini merasa hidup , sudah lama tak terdengar suara tawa dirumah ini , yaah kebanyakan kemarahan yang berubah menjadi tangisan , hahaha kenapa jadi melow gini , hehehe yaa memang begitulah perasaan ku sekaraang ibu. Merindukan seseorang yang sekarang telah pergi , ku mohon ibu berliana datanglah kembali , jangan pergi dan jangan tinggalkan aku sendiri , aku tak punya siapa siapa selain mu ibu .

Dear ibu berliana
Kau selalu hadir disetiap relung waktuku , namun jika surat ini telah sampai di tangan mu , apakah  kau sekarang hilang secara perlahan ? , seperti diterjang ombak , hilang tanpa jejak .
Aku harap kau akan selalu ada jika masa mengajarmu dengan ku telah berakhir . Aku tak mau jika terus terusan orang yang aku sayangi hilang begitu saja , cukup bibi dan livana saja . Tapi kau jangannn!!

Marlina pun memberhentikan menulisnya , terdengar suara seperti pagar yang dibuka , aku pun mengitip di sela sela jendela kamarku , ternyata itu adalah ayah dan ibu ku yang barusan pulang dri tempat berkerja , tapi nampak terlihat seorang anak remaja tak seumuran dengan ku , yaaaa mungkin itu anak seorang pejabat , hhmm kau tahu pembaca setia ku yang dipikiran ku sekarang tentang anak kecil itu . DIA SANGAT SENANG MEMAMERKAN HARTA ORANG TUANYA , baru saja anak kecil itu melangkah masuk ke depan teras ku , dia sudah memamerkan baju yang ia kenakan kepada jongos yang berkerja dirumah ku , uuuhh sangaatt menjijikann.

Aku terduduk diatas ranjang kesayanganku , sambil melipat kertas tua itu untuk ia berikan kepada guru kesayangannya saat ia datang untuk mengajarku sebelum ia pamit . Dan ia letakan di atas meja. Lalu berbaring diatas ranjangnya , dan tidur terlelap

Selang berapa menit marlina tertidur terdengar suara ibu nya memanggil namanya pelan dan menggoyang goyangkan tubuh marlina , yang kebetulan pintu kamar marlina tidak ia kunci , dan kejadian itu membuat marlina menyesal karena lupa mengunci pintunya.

Merry : sayaangg , gadis kesayangan ibu ayoo bangunn (menggoyangkan tubuh merlina) aayoo bangunn sayang

Marlina akhirnya dengan kesal membuka matanya
Marlina : ada apaa (membuka matanya dengan malas)

Merry : ayolah bangun , aku ingin mengenalkan mu dengan anak teman ibu , ia sangat baik dan cantik seperti mu , ayolaahh , kau masih marah dengan ibuu , kan ibu sudah minta maaf atas kejadian itu , ibu sangat menyesal ( tersenyum manis )

Marlina : aku sudah memaafkan mu ibu
Merry : kau memang anak yang sangaattt baaikkk , maukah kau turun dan pergi ke ruang tamu , aku ingin mengenalkan kau dengan anak teman ibu.

Marlina pun sangat malass sekali jika harus. Datang menemui anak itu , tapi di satu sisi aku tak mau melihat ibu kecewa karena ku

Marlina : baiklah , aku mau ganti baju dulu , kau pergilah , aku akan menyusul
Merry : terimakasih anak manis , ibu pergi dulu
*pergi dan menutup pintu*

Marlina : aku sangat malas jika harus berteman dengan anak anak seperti itu , aku sudah muak melihat tingkah laku orang orang itu , dan sekarang aku dengan terpaksa harus berteman dengannya , aku lakukan ini hanya tidak mau melihat ibu kecewa karenanya lagi.

Marlina pun mengambil pakaian yang pas untuknya lalu pergi turun kebawah menuju ruang tamu

*Ruang Tamu

Marlina : permisi nyonya
Thimson : haayy gadis kecill merry , kenalkan aku nyonga thimson
Merry ( ternyum manis kearah merlina)
Marlina : haay senang bertemu dengan mu nyonya........ eeeee .. thim,...sonnn?? ( menjawab ragu )
Thimpson : yeahh aku juga begitu oh iyaa kenalkan ini anak gadis ku Syelena anather smith
Syelena : hay aku syelena , panggil dengan sebutan itu saja , tak perlu panjang panjang (jawabnya angkuh)
Marlina : oh i...y....a senang bisa berkenalan dengan mu
Syelana : kurasa begitu
Merry : semoga kalian bisa menjadi teman akrab yaa , hahahahaha
Thimpson : semogaa yaa hahahaha

Marlina sangat lah tak nyaman jika berhadapan dengan seorang gadis bernama syelena , yang sepertinya tak suka kepada dirinya.

Setelah mengobrol lama , hampir sore keluarga thimpson pun pulang dengan tertawa ceria diwajahnya , yaa pernyaatan itu tidak berlaku untuk marlina , ia sangat lah bosan , tapi ia berusaha senang dihadapan ibunya , ia tak mau membuat ibunya malu karena sikapnya.

Marlina menunggu kehadiran guru kesayangan tapi tak kunjung datang , kemana diaa?? Kemana ibu berliana , kenapa sudah sore ia tak kunjung datang , ibu berliana tak pernah telat datang kerumahnya selalu tepat waktu. Pikiran itu terus membanjiri pikiran marlina.

Marlina - 1000 kalimat ku tuliskan diatas kertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang