Multimedia: Allison Don Hills
*-----*
"ALLISON DON HILLS!!!!!!"
Sosok seorang gadis tomboy mencuat dari balik selimut bersamaan dengan teriakkan bernada tidak suka itu. Wajah cantiknya masih terlihat mengantuk saat ia melihat sobatnya berdiri di depan ranjang sambil memasang wajah garang, dan dengan itu ia kembali menggulingkan dirinya di atas kasur.
"Kalau kau memang lupa, sekarang sekolah libur. Selamat malam" ujar gadis tomboy itu seraya menutup wajahnya kembali dengan selimut tanpa lupa menguap dulu sebelum melakukan hal itu.
Sosok di depan si gadis justru melipat tangan di dada sambil memasang wajah garang "Kalau kau memang lupa, sekarang Pelatih basket kita sedang menunggu di Lapangan sekolah, dan jika saja kita tidak sampai dalam lima belas menit, beliau akan senang hati untuk menghukum kita dengan berlatih sepanjang liburan ini"
Si gadis yang baru saja akan melanjutkan mimpi indahnya tiba-tiba melompat dari kasur empuk yang terlihat menggoda batin untuk ditiduri. Ia kemudian melangkah sambil mengumpat-umpat ke kamar mandi sambil lalu berteriak kepada temannya yang sedang memasang ekspresi kemenangan "Tolong bereskan barang-barang milikku kalau kau memang tidak ingin kita terlambat pagi ini. Atau kau akan kutinggalkan, Danny"
Danny justru terkekeh saja melihat kelakuan gadis tomboy itu. Sebenarnya, siapa yang pemuda disini eh? Dirinya kah? Atau justru Ally? Karena ternyata sifat mereka tertukar hampir tujuh puluh persen. Seharusnya Danny lah yang pemalas, karena ia seorang pemuda. Tapi ternyata Ally justru memiliki sifat jelek itu dan memeliharanya dengan senang hati karena gadis itu selalu saja terlambat dalam hal apapun.
Dalam hati, Danny meruntuk kepada temannya yang tidak pernah berubah meskipun mereka sudah memasuki tingkat SMA akhir. Adalah waktu yang mengajarkan Danny untuk tetap sabar kepada sosok Ally yang bebal. Pemuda itu menghabiskan hampir sepuluh tahun terakhir didalam hidupnya untuk terus-terusan berada di samping Ally.
Saat mereka saling kenal dulu, mereka masih memiliki gigi ompong yang sama, begitu juga seragam sekolah dasar yang serupa, dan tidak lupa juga disertai dengan senyum-senyum polos yang selalu tercetak diantara keduanya.
Sepuluh tahun sudah Danny bersama dengan Ally. Lelaki yang tengah memasukkan air mineral pada ransel milik Ally itu sudah mengenal Ally luar dan dalam. Mereka tidak segan-segan lagi terhadap satu sama lain.
Awalnya, Danny bahkan sempat berpikir kalau keduanya adalah jodoh yang sudah direncanakan Tuhan. Ally juga sempat menyetujui ucapan lelaki itu sampai kemudian Ally menemukan jati dirinya sebagai sorang pencinta wanita.
Jujur saja, pada saat itu Danny kecewa karena ia tidak bisa memperistri Ally dan membagi semua tawa mereka sampai tua menjelang. Namun kemudian ia melihat binar bahagia pada Ally saat gadis itu melihat seorang gadis yang ia cintai dan ternyata melihat Ally bahagia saja sudah membuat Danny merasakan kebahagiaan gadis tomboy itu.
Danny bisa melihat kalau Ally sedang cepat-cepat menggosok giginya sambil lalu mengucir rambutnya dengan gerakan rusuh tak terkira "Cepat sialan!" dan Danny hanya bisa menggeleng saat mendengar umpatan indah itu teruncap dari bibir tipis Ally yang terlihat basah dan merah "Sebenarnya siapa yang terlambat disini?" protes Danny sambil lalu mengikuti langkah gadis tomboy itu menuju garasi.
Ally mengeluarkan mobil mewahnya dengan cepat, gadis tomboy itu kemudian tancap gas secepat mungkin menuju Sekolahnya tanpa ingin memperdulikan Danny yang terus-terusan mengumpat karena ia mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan.
Sampai di tempat satu menit sebelum latihan dimulai, Ally kemudian melepaskan napas lega karena tidak terlambat bahkan meskipun sobatnya sekarang tengah menceramahinya agar tidak gegabah lagi dilain hari.
*- RiskaPramitaTobing,2019. TheWayIAm -*
Napas gadis cantik berpenampilan tomboy itu memburu saat ia menjatuhkan bokongnya di atas semen pinggir lapangan setelah kelelahan berlatih basket dengan teman-teman satu ekstrakulikulernya. Meminum air mineralnya dengan perlahan, Ally kemudian menoleh saat Danny memberikannya handuk "Thanks bro" ujar Ally sambil menerimanya dengan suka hati.
Danny menghela napas lelahnya sebelum memulai pembicaraan "Kau benar-benar akan berangkat ke pesta Hannah Witton nanti malam?" Danny bisa melihat Ally sedang mengusap peluhnya dengan handuk dan lelaki itu membiarkan sobatnya membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan darinya.
Ally menaruh handuk kotornya ke atas ransel milik Danny dan meneguk air mineralnya lagi sambil mengangguk mengiyakan "Ya, aku benar-benar akan datang kesana. Lagipula ini malam terakhir ia di Los Angeles. Mungkin aku tidak akan bisa bertemu lagi dengannya dalam waktu dekat"
"Keberatan jika aku ikut?" tanya Danny sambil memberikan cengiran khasnya di akhir kata.
Gadis tomboy yang ditanyai justru mengangkat satu dari kedua alisnya yang sempurna karena bingung dengan pertanyaan sahabatnya "Sejak kapan aku meninggalkanmu?" jawabnya yang mebuat Danny jadi terkekeh mengerti.
*08:16 PM, Hannah Witton party. Los Angeles*
Musik berdebum kencang terdengar dari dalam rumah. Terdapat banyak mobil terparkir didekat keramaian dan juga banyak sekali orang-orang yang bahkan tidak Ally kenal. Memasuki rumah Hannah yang penuh sesak oleh sejumlah remaja yang sedang menggila, Ally kemudian bisa melihat gadis berrambut blonde dengan senyum khasnya sudah melambaikan tangan menyambut kedatangannya.
Menarik Danny agar lelaki itu tetap bersamanya, Ally kemudian mengulurkan kedua tangan untuk memeluk tubuh mungil milik Hannah sambil lalu mengucapkan kata perpisahan manis "Aku pasti akan merindukanmu" dengan bisikan kecil di telinganya.
Hannah hanya memberikan senyum kecil pertanda kalau ia juga pastinya akan merasakan hal yang sama. "Oh ya. Ally, ini salah satu teman terbaikku, Stevie" ujarnya sambil lalu menarik seorang gadis berperawakan tinggi kurus dengan rambut panjang berwarna hitam dan juga tips merah di ujung rambutnya.
Gadis cantik itu menyerahkan tangannya untuk berjabat dan langsung saja diterima oleh Ally sambil lalu mengenalkan diri "Ally Hills" ujarnya setelah lebih dulu menghilangkan pemikirannya yang berkata 'Damn she's skinny!' yang sempat terjadi didalam kepalanya.
Gadis cantik itu terperangah beberapa saat "Ally Hills yang itu?" ujar si gadis yang membuat Ally jadi mengerutkan kening karena tidak mengerti "Ally Hills yang memiliki Hilton Hills company?" lanjut Stevie membuat gadis tomboy itu paham pada akhirnya.
Ally mengangguk setelah lagi-lagi menghilangkan pemikirannya yang berkata 'Damn! She's hot' "Well, secara teknis orangtuaku lah yang memiliki perusahaan itu" jawab Ally yang membuat Stevie jadi terkekeh karena penjelasannya. Menghilangkan kekehannya setelah beberapa saat, gadis cantik itu kemudian merengkuh Ally kedekatnya "Well, wanna drink something?"
Ally memberikan senyum canggung untuk sesaat sebelum akhirnya menjawab "S... Sure" dengan gugup yang membuat Stevie kembali terkekeh karenanya.
"Come with me"
Ally hanya mengikuti langkah Stevie tanpa ingin berbicara apa-apa karena gadis cantik itu membuat jantungnya berdebar hebat hanya karena ia menuntunnya menuju tumpukan beer di atas meja tepat didekat kolam renang yang bersampingan dengan dapur yang terlihat rapi serta terbuka.
"Menyedihkan sekali Hannah harus pulang ke London" ujar Stevie tiba-tiba yang tentunya membuat Ally jadi kebingungan harus menjawab apa. "Sepertinya kau jarang berbicara. Kau pasti orang yang sangat membosankan" dan Ally hanya bisa memberi gadis itu senyum kecil sambil lalu meminum beernya dengan tenang setelah memikirkan satu hal lain tentang gadis itu 'Damn! She's talk a lot'.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
TheWayIAm (Lesbian Series)#3 |COMPLETED|
FanfictionTidak pernah aku sangka semua terjadi dengan begitu cepatnya. Pertemuan yang tidak pernah terkira, mengenal sampai akhirnya jatuh cinta, kemudian berlanjut kepada sebuah keputusan besar untuk saling menerima. Riska Pramita Tobing 2018 -----COMPLETE...