Multimedia: Stevie Leigh Boebi and Moonshine Bonanza.
*-----*
"You want to drink something?" ujar Stevie saat gadis cantik itu melihat Ally sedang melihat koleksi lukisannya yang merupakan lukisan vagina. Stevie bisa melihat ada tampang heran di ekspresi milik si tomboy sebelum akhirnya Ally menunjuk salah satu foto masa kecil milik Stevie dan tertawa setelahnya.
"I don't believe it was you, you look soo different" tangan gadis tomboy itu menelusuri pinggiran frame yang melindungi foto masa kecil milik Stevie. Gadis tomboy itu terlihat kesulitan menahan tawa karena hal itu dan itu membuat Stevie jadi ingin melempari si tomboy dengan benda apapun yang ada dihadapannya.
Karena tahu kalau Ally adalah bosnya yang akan memberikan bantuan untuk keadaan kehidupannya, maka Stevie hanya memberikan tatapan menegur alih-alih melempari gadis tak bersopan santun itu dengan benda yang sudah menggodanya sedari tadi. "Sorry. I know that's cruel. But I really meant that" ujar Ally sambil lalu menaruh kembali frame yang sedari tadi di atas tangannya ketempat semula.
"Can I ask you something?" belum sempat Stevie beranjak untuk membawa minuman, gadis tomboy itu sudah memberikan hal lain untuk ia jawab yang kemudian membuat si gadis cantik jadi enggan untuk beranjak dari sana.
Sambil terduduk dan menunjuk kursi kosong di sampingnya –menyuruh Ally untuk duduk disana, gadis cantik itu menjawab "Ya" tanpa memiliki pemikiran apapun.
"Why did you have a lots of pussy art?"
Stevie melirik tidak percaya karena pertanyaan itu didengar oleh gendang telinganya "Seriously?" alis sempurna milik Stevie terangkat satu saat ia bertanya demikian, hal yang tentunya membuat Ally jadi mengangguk meyakinkan akan pertanyaan anehnya.
Menimbang untuk menjawab atau tidaknya pertanyaan aneh dari Ally, gadis cantik itu kemudian memautkan jari-jarinya yang panjang sebelum akhirnya membuka bibir untuk menjawab "Because I love pussy"
"Just because you like them?"
"Apa itu tidak cukup untuk menjawab kepenasaranmu?"
"Ya"
Stevie menegapkan tubuhnya barang beberapa detik sampai akhirnya mereka bisa mendengar derap langkah lembut dari arah pintu kamar Apartemen yang membuat keduanya jadi melirik kesana untuk mendapati Moonshine yang terlihat lelah karena bekerja seharian penuh.
Gadis cantik yang memiliki rambut keriting berwarna pirang itu membelalakkan matanya saat menyadari bahwa ada seorang tamu yang adalah pemilik perusahaan tersukses di Los Angeles. Tanpa bisa menahan diri, Moonshine melangkah mendekati si gadis tomboy dan terduduk dihadapannya "What are you doing in here?"
Stevie terlihat memutar bola mata karena pertanyaan bernada tidak suka itu keluar dari bibir sahabatnya, namun belum sempat gadis cantik itu menjawab dengan apa yang ditanyakan sobatnya, Ally lebih dulu mengayunkan jawaban "Karena aku ingin" yang disertai nada pongah.
Jawaban itu membuat Moonshine memutar bola mata karenanya. "Dengar, Ally. Walaupun kamu adalah bos Stevie dan ditambah dengan pemilik perusahaan tersukses di Los Angeles, itu bukan berarti kamu bisa berkuasa dimanapun. Jangan pongah"
Dan Stevie terkekeh karena melihat Ally menundukkan kepala dihadapan gadis bar-bar seperti Moonshine "Okay, okay Moonshine. She get it. Now, go" dan dengan itu, Moonshine kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terganggu.
"Woah. I don't know how, but you can control every mind in the world" nada takjub sekaligus tidak percaya itu membuat Stevie terkekeh karenanya. Kekehan yang tentu saja tidak disukai oleh Ally karena ucapannya memang benar adanya.
Ingat saat Stevie memberitahunya bahwa ia harus bersikap ramah tamah dengan semua pekerjanya? Hal itu tidak pernah meninggalkan isi kepala si tomboy dan membuat ia jadi respect dengan setiap hal kecil dari pekerjanya semenjak saat itu.
Stevie lebih pandai untuk mengontrol keegoisan milik Ally dari pada Ally sendiri, dan gadis tomboy itu menyadari bahwa hal itu lah yang harusnya ia miliki.
Tuggu dulu. Ally mendebat pemikiran yang baru saja muncul di dalam kepalanya. Apa maksud dari pemikirannya barusan? Ally membutuhkan Stevie untuk mengatur egonya? Pfftttt!!! Pemikiran bodoh macam apa itu? Ally yakin Ally bisa mengatur egonya sendiri. Ally tidak membutuhkan Stevie untuk itu. Lagipula Stevie itu bawahannya, jadi mana mungkin Ally harus menggantungkan kehidupannya pada gadis itu? Sarusnya Stevie lah yang menggantungkan kehidupannya pada dirinya! Ya! Seharusnya seperti itu!!
"Allison Don??!" gadis tomboy itu ditampar oleh panggilan bernada tidak sabaran dan ia bisa mendapati bahwa Stevie sedang berada sangat dekat dengan dirinya.
Memundurkan tubuh karena jantung milik gadis tomboy itu tiba-tiba saja berdebar sangat menggila, Ally kemudian mengambil napas panjang sebelum akhirnya melempari si cantik dengan satu pertanyaan kecil "Ya?"
Stevie memutar bola mata "Kau tidak mendengarkan apa yang aku bicarakan?"
Menggigit bibir bawahnya dengan gugup karena tuduhan itu benar adanya, Ally kemudian menggeleng ragu "For fuck sake, Allison! Aku bicara sampai bibirku berbusa dan... astaga" desah Stevie diantara tangannya yang dilemparkan ke udara dengan dramatis.
Karena merasa bersalah, gadis tomboy itu kemudian mengait leher si cantik hanya untuk memberikan satu ciuman kecil dan cepat di pipi tirus milik Stevie, hal yang tentunya membuat si cantik jadi membelalakkan mata karenanya "What are you..." ujar Stevie masih dengan tampang tidak percaya.
"That's how I say sorry, Stevieson"
Dengan jawaban itu, Stevie memutar bola mata dan pergi meninggalkan Ally menuju kamar miliknya. Sempat mengira bahwa gadis tomboy itu tidak akan berani melangkahkan kakinya mengikuti Stevie menuju tempat khususnya, gadis cantik itu kemudian dikecewakan dengan kenyataan dimana Ally justru mengurung keduanya disana.
Melihat Ally yang menampakkan ekspresi gugup, Stevie kemudian terkekeh dan membawa gadis tomboy itu terduduk disampingnya "Terimakasih" ujar gadis cantik itu yang tentunya membuat Ally tidak mengerti dengan hal apa yang ia terimakasihkan kepadanya.
Dengan alis terangkat satu, Ally melempari si gadis cantik dihadapannya "Untuk apa?"
"Untuk pekerjaanku. Sungguh"
Ally terkekeh sedikit "Kau berhak untuk mendapatkan pekerjaan itu, kau tidak perlu berterimakasih kepadaku"
Tanpa ingin mendebat, Stevie kemudian merebahkan tubuhnya di kasur dan menikmati pemandangan langit-langit kamarnya dan membiarkan Ally ikut serta terbaring disampingnya "Apa kau pernah berpikir untuk berhenti dari semua ini?" ujar Stevie sambil lalu melempar pandangan matanya menuju iris emerald milik Ally.
Ikut melemparkan pandangannya pada si gadis cantik, Ally kemudian mengigit bibirnya karena gugup sebelum akhirnya melempar pertanyaan "Untuk melakukan hal seperti apa yang kau maksud?"
Stevie mendekat dan membuat wajahnya hampir menyatu dengan si tomboy "Untuk jadi pewaris perusahaan terbesar di Los Angeles. Bukankah itu sangat melelahkan?" pertanyaan itu membuat Ally menarik senyum menungging sebelum akhirnya mendekat pada bibir milik si cantik yang sangat menggoda.
"Kau hanya khawatir padaku dan kau tidak perlu melakukannya karena aku yakin bahwa aku bisa" jawab si tomboy sebelum akhirnya menyatukan bibir keduanya.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
TheWayIAm (Lesbian Series)#3 |COMPLETED|
FanfictionTidak pernah aku sangka semua terjadi dengan begitu cepatnya. Pertemuan yang tidak pernah terkira, mengenal sampai akhirnya jatuh cinta, kemudian berlanjut kepada sebuah keputusan besar untuk saling menerima. Riska Pramita Tobing 2018 -----COMPLETE...