Multimedia: Shannon Nichole Beveridge.
*-----*
"You should probably stop staring at my video. Cause it's weird" Ally hampir saja mematahkan lehernya hanya karena gadis tomboy itu berbalik sekaligus saat mendengar suara familiar milik Stevie dibelakangnya, dan Ally hanya bisa memberikan senyum awkward saat ia benar-benar melihat Stevie dibelakangnya.
"Kenapa nggak bilang mau kesini?" ujar Ally seraya menutup laptopnya dan memberikan Stevie pelukan singkat sebagai sambutan selamat datang.
Stevie mengerutkan kening saat ia mendengar nada protesan dari Ally "Kau tidak suka jika aku berkunjung kemari?" tuduhan yang dilontarkan Stevie dengan nada sangsi serta sakit hati itu membuat Ally jadi menggaruk tengkuk tidak bisa menjawab.
Ally menyerahkan satu botol beer yang baru saja ia ambil dari kulkasnya lantas segera terduduk disamping si cantik untuk menjelaskan apa maksud dari perkatannya "Maksudku, tidak biasanya kau datang kemari tanpa alasan. Bukan begitu?"
Ally bisa melihat kalau Stevie memberikan senyum kecil "Ya, sebenarnya aku ingin membicarakan soal upah kerja yang kau berikan" ujar Stevie sambil tidak lupa mengaitkan jemari berkuku hitamnya di atas paha.
Mengerutkan kening karena Stevie berbicara serius saat ia tidak ingin, gadis tomboy itu kemudian membenarkan rambutnya yang acak-acakan "Apa upahmu kurang?" seru si tomboy sebelum akhirnya menyesap sedikit dari beer miliknya.
Stevie menunggingkan senyum manis "Apa gaji sebanyak itu pantas untukku?"
"Beberapa ratus dollar tidak akan membuat perusahaanku bangkrut karena menggaji para pekerjanya, Stevie. Aku ingin para pekerjaku berkecukupan, apa lagi model perusahaan" Ally melirik pada gadis cantik itu sebelum akhirnya menyerahkan satu senyuman menungging dan melanjutkan "Itu pantas untukmu"
Gadis tomboy itu bisa melihat Stevie bergerak tidak nyaman dari duduknya "Aku bisa membeli satu mobil dari satu kali pemotretan, Allison!" bentak Stevie tidak terima karena gadis cantik itu merasa bahwa si tomboy terlalu melebih-lebihkan kepada dirinya.
Ally terkekeh kecil "Kalau kau tahu, hasi promosimu di youtube dan di magazine membuatku bisa membeli satu perusahaan penerbangan dalam satu hari, Stevie. Kau layak mendapatkannya" kukuh Ally dengan menekankan kalimat terakhirnya.
Masih ingin memberikan debatan kepada gadis tomboy yang terlihat kukuh untuk membayarnya segitu banyak, Stevie kemudian mendekat pada Ally sebelum akhirnya menubrukkan iris mata mereka yang berbeda warna "Shannon dan Cammie memberitahukan kepadaku kalau kau tidak membayar mereka sebanyak itu, Ally" ujar Stevie dengan nada final.
Stevie menegapkan tubuhnya sebentar sebelum akhirnya membungkuk untuk menyetarai posisi duduk Ally "Aku memang senang mendapatkan upah banyak dari pekerjaanku. Tapi jika begini caranya, kau memberiku perhatian secara berlebih yang bahkan mungkin tidak akan aku sadari, Ally. Kau tidak perlu melakukan itu padaku" lanjut Stevie dengan nada yang seolah meminta pengertian.
*-TheWayIAm 2019 by Riska Pramita Tobing-*
Stevie berjalan malas menuju pintu Apartemennya dengan disertai tampang kusut tak terkira. Setelah bersikukuh selama hampir dua jam lamanya untuk mengembalikan upah yang terlalu berlebihan ini kepada Ally, gadis cantik itu tetap saja tidak bisa melawan wewenang atasannya.
Stevie kesal pada dirinya sendiri. Hal pertama yang harus ia pikirkan selain upah berlebihan dari Ally yang mungkin saja datang karena kepedulian gadis tomboy itu padanya, Stevie juga dibebani dengan pikiran dimana dua hari yang lalu Shannon memberitahu gadis itu untuk berhati-hati jika ia sedang bersama dengan Ally.
Shannon terhitung tidak pernah banyak bicara dengan Stevie sebelumnya. Selain karena keduanya memang tidak sedekat Stevie dengan kekasih Shannon sendiri –Cammie, Shannon memang selalu saja menghargai pendirian kuat yang dimiliki Stevie soal keyakinannya pada seseorang.
Tapi, hari itu Shannon datang ke Apartemennya dengan tanpa Cammie disampingnya sambil lalu memperingatkan soal hubungannya dengan Ally karena keduanya sudah banyak di gosipkan diberbagai macam media murahan di televisi. Shannon berkata bahwa dia khawatir jika kedekatan Stevie dengan Ally hanya akan digunakan gadis tomboy itu untuk membuat orang penasaran sehingga banyak paparazzi yang akan penasaran dengan hubungan mereka dan Ally bisa mendapatkan keuntungan dari sana.
Jujur saja, Stevie tidak pernah berpikiran sejauh itu. Tapi setelah mendapat peringatan dari Shannon, gadis cantik yang feminism itu tidak pernah bisa menyingkirkan hal itu dari dalam kepalanya. Stevie memejamkan matanya frustasi, kenapa pula ia harus jatuh hati pada si tomboy itu?
Tiba-tiba saja Stevie mengerutkan kening saat menyadari bahwa dirinya baru saja mengatakan hal yang selama ini ia hindari. Ia menyukai Ally. For fuck sake! Sejak kapan ia punya perasaan khusus pada calon pemilik perusahaan terbesar di Los Angeles itu? Stevie bahkan tidak yakin dengan apa yang baru saja ia ucapkan di dalam kepalanya.
Haha! Ayolah! Apa itu tidak terdengar menggelikan?
Dia? Jatuh cinta pada Ally Hills?
Ppfffttttt!!
Ini sama sekali tidak lucu.
Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta pada bosnya sendiri yang bahkan lebih muda empat tahun darinya? Tidak lucu sama sekali kan?
Pemikiran menggelikan itu akhirnya berhenti saat tiba-tiba saja sosok bayangan cantik milik Ally melintas dikepalanya.
Rambut hitamnya yang panjang, kedua alisnya yang terbentuk sempurna, kedua mata sayunya yang berwarna hijau, hidung mancungnya, kedua pipinya yang tirus, bibir tipisnya... Jesus Christ! Bibirnya.. kulit putihnya yang terawat sempurna, tingkah manis, pendiam, unik dan lucu miliknya, harumnya...
"Fuck!" desah Stevie saat ia menyadari bahwa celana dalamnya sudah basah.
"What is happening to me?" ujar Stevie tidak percaya kepada tubuhnya yang merespon seperti ini kepada setiap bayangan Ally yang muncul dikepalanya.
Stevie terpejam saat merasakan perasaan haus di dalam dirinya. Ia ingin dipenuhi. Tanpa bisa menahan diri, gadis cantik itu kemudian beralih kekamar pribadinya lantas mengunci pintu dan akhirnya mengambil satu vibrator dari semua koleksinya.
Meskipun merasa malu pada dirinya sendiri saat ia harus menyentuh dirinya sendiri sembari membayangkan Ally disetiap gerakan yang dibuat olehnya, gadis itu tetap saja melakukan hal yang otak dan tubuhnya inginkan. Stevie menggerakkan vibratornya perlahan dari mulai lengan panjang miliknya sampai kemudian beralih ke atas pubisnya dan terpejam saat merasakan kenikmatan yang ia ciptakan sendiri.
Napas gadis cantik itu berubah menjadi lebih berat saat ia menggerakkan vibratornya ke arah klitoris miliknya. Stevie bahkan sampai menaikkan punggungnya saat ia merasakan getaran itu menyiksanya dengan sejuta kenikmatan yang ada.
"Fuck!" bisik Stevie saat gadis itu tersenggal untuk mengambil oksigen disekitarannya.
Stevie bisa mencapai batas yang ia inginkan dalam waktu yang cepat setelah akhirnya ia membayangkan bahwa Ally lah yang menyentuhnya disana. "What the hell this is about, Stevie?" runtuk gadis cantik itu tidak terima.
Stevie tidak pernah menyentuh dirinya sendiri dengan alasan karena ia haus akan sentuhan seseorang! Apalagi seseorang yang bukan siapa-siapa bagi dirinya.
Jesus Christ! Allison!
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
TheWayIAm (Lesbian Series)#3 |COMPLETED|
FanfictionTidak pernah aku sangka semua terjadi dengan begitu cepatnya. Pertemuan yang tidak pernah terkira, mengenal sampai akhirnya jatuh cinta, kemudian berlanjut kepada sebuah keputusan besar untuk saling menerima. Riska Pramita Tobing 2018 -----COMPLETE...