Multimedia: The one and only Stevie Leigh Boebi looking really hot.
*-----*
Ally menggerang hebat saat merasakan pening di kepalanya. Tangannya yang panjang kemudian menemukan sesuatu didekatnya dan ia membuka mata hanya untuk mendapati bahwa Stevie tertidur tepat disampingnya.
Ally hampir saja mendapatkan serangan jantung karena keadaan mengejutkan ini sebelum akhirnya ia tersadar kalau gadis itu bukan berada di kamar miliknya dan ia hampir saja memuntahkan isi perutnya jika saja gadis itu memaksakan diri untuk beranjak dari atas kasur milik Stevie. Tanpa bisa melakukan apapun lagi karena kepalanya berputar secara terus-menerus, gadis tomboy itu pun menyerah sambil lalu memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur kembali.
*A couple hours later*
Ally terbangun dengan perasaan lapar yang menyiksa. Gadis tomboy itu bisa mencium bau yang sedap dari dekat ranjang yang ditirurinya dan ia bisa melihat Stevie sedang terduduk disampingnya sambil menyodorkan pancake di atas nampan.
Ally bahkan tidak yakin bahwa ini semua terjadi dan hanya terjadi di alam mimpi karena Ally sempat mengira kalau Stevie tidak akan peduli padanya sampai kemudian gadis tomboy itu merasakan sentuhan lembut di pipinya dan disertai dengan senyuman kecil juga pertanyaan "Kau lapar?" yang langsung membuat Ally mengangguk.
Sebelum menyerahkan nampan yang berisi pancake di atasnya, gadis cantik itu menyerahkan dua butir aspirin terlebih dahulu dan membuat si tomboy jadi bersyukur karena ternyata Stevie benar-benar peduli padanya.
Meminum aspirinnya dengan segera, gadis tomboy itu pun menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang dan mendesah lega saat obatnya turun kedalam kerongkongan dengan cepat dan tidak menyisakan rasa pahit di lidahnya. "Terimakasih" ujar Ally bersungguh-sungguh sehingga membuat Stevie menyerahkan senyum manis karenanya.
Menggigit pancake yang diserahkan oleh Stevie, Ally kemudian terpejam saat merasakan lembutnya pancake disertai dengan rasa manis yang mulai menyapa indera perasanya. "Gosh! This is delicious. How did you make this?"
"Hanya dicampur dengan beberapa bahan tambahan seperti bangkai cicak dan kotoran tikus" ujar Stevie tidak mengerti untuk bercanda karena hal selanjutnya yang terjadi adalah Ally yang hampir saja memuntahkan sarapannya kembali.
"Omg I was kidding, Allison!!" lanjut Stevie setelah ia melihat Ally tersedak dengan pancake buatannya.
Setelah merasa tenang dan lebih baik, Ally kemudian menaruh sisa pancakenya karena candaan Stevie membuatnya kehilangan nafsu makan, gadis tomboy itu kemudian melirik si cantik disampingnya dan baru menyadari bahwa Stevie tidak menutupi tubuhnya dengan apapun selain dengan selimut.
Hal itu tentunya membuat Ally bertanya-tanya didalam kepalanya. Apa mereka melakukan sesuatu malam tadi? "No, we didn't do anything except drinking and almost passing out" ujar Stevie tiba-tiba seolah gadis cantik itu bisa meraba apa yang ada didalam pikiran si tomboy.
"Jadi, apa yang kita lakukan semalam? Aku sama sekali tidak ingat dengan perbincangan kita" dan gadis tomboy itu terkekeh kecil di akhir kata.
Stevie menyerahkan satu senyuman menungging sebelum akhirnya menjawab "Kita tidak bicara banyak soal pekerjaan yang kau tawarkan. Apa kita masih perlu membicarakannya?"
"Ya. Kau harus ikut kesana"
Alis milik Stevie terangkat tidak mengerti sampai kemudian gadis cantik itu melihat Ally beranjak dari tempat tidurnya dan menjelaskan perkataan yang membuat Stevie menampakkan ekspresi heran "Kau akan ke perusahaanku"
*-WeAreOne, 2019 by Riska Pramita Tobing-*
Hilton Hills, Los Angeles, California.
Stevie menghela napas berat saat melihat perusahaan besar itu berada tepat di depan matanya. Meskipun Stevie sadar bahwa gadis cantik itu selalu saja melihat perusahaan ini diberbagai channel televisi ataupun di majalah-majalah ternama. Namun nyatanya, melihat perusahaan itu di depan mata secara langsung seperti ini membuat Stevie merasa pening seketika.
Begini. Semalam, seorang Allison Don Hills datang menghampiri Apartemen sederhana miliknya yang dibagi dua dengan sahabatnya Moonshine agar Stevie tidak merasa terlalu terbebani dengan pembayaran sewa Apartemen di Los Angeles yang sangat mahal dengan disertai satu botol vodka ditangannya dan kemudian menawarinya satu buah pekerjaan besar untuk menjadi model perusahaannya.
Stevie menampar dirinya kedalam kenyataan. Pikirannya sedari tadi membuat gadis itu berlayar sampai ke titik dimana gadis itu menjadi terkenal jika saja ia menyetujui penawaran Ally padanya sampai kemudian gadis cantik itu teringat dengan satu hal dimana ada sesuatu perasaan tidak lazim didalam hatinya saat ia bersama dengan Ally.
Stevie tidak pernah menyadari bahwa perasaan ini ada didalam dirinya setelah hampir mati karena sudah banyak sekali dilukai, gadis cantik itu bahkan tidak menyadari kapan perasaan ini datang dan akhirnya hinggap di ulung hati. Ada perasaan ingin memiliki disana.
Stevie tidak ingin Ally menjadi bosnya, gadis cantik itu ingin Ally menjadi teman hidupnya. Stevie tidak ingin Ally menawarinya pekerjaan, gadis cantik itu ingin Ally menawarinya sebuah hubungan. Stevie tidak ingin Ally.. "Hey!! Apa kau baik-baik saja?" pemikiran Stevie tentang keinginannya menghilang disertai satu tepukan lembut di bahunya.
Mengedip beberapa kali, Stevie akhirnya menjawab "Aku baik-baik saja" disertai satu senyuman yang meyakinkan.
Ally hampir saja percaya pada perkataan bahwa Stevie baik-baik saja sampai akhirnya ekspresi milik Stevie berkata bahwa ia tidak baik-baik saja karena gadis itu terlihat tercengang sekarang.
"You own this?" ujar Stevie saat ia melihat isi dari mewahnya gedung Hilton Hills.
Gadis yang ditanyai memberikan satu senyuman menungging sebelum akhirnya menjawab "My parents own this" yang kemudian mendapatkan gulingan bola mata dari Stevie sebagai jawaban.
"Your parents give this for you. Allison" dan Ally menggulingkan bola matanya sekarang.
"So, let me start from the beginning" ujar Ally menuntun Stevie menuju ruang para pekerja.
"Perusahaan ini adalah sebagai pusat berbagai perusahaan lain di Los Angeles. Dasarnya, Aku tidak memiliki pabrik atau apapun, tapi aku memiliki saham mereka ditanganku. Pekerja disini hanya mengurus soal pemasukan, pengeluaran dan juga masalah-masalah dari dalam perusahaan seperti peluncuran produk baru dan hal memusingkan lainnya" ujar Ally sambil menuntun Stevie menuju elevator.
"Kau tidak akan menemukan bau pabrik dari Hilton Hills, yang akan kau cium dari sini hanyalah bau otak pusing yang memikirkan target pemasaran dan persediaan yang mungkin saja tidak mampu mengimbangi permintaan konsumen" dan itu adalah candaan pertama yang diberikan Ally setelah mereka keluar dari elevator dan mulai berjalan di lorong.
"Mrs. Hills?" sapa seorang gadis berrambut blonde dengan pakaian ketat yang menempel sempurna di tubuh cantiknya "Chelsea!! Do you need something?" balas Ally dengan senyuman kecil yang terlihat formal dan menakuti hati Stevie karenanya.
"Ya! Tadi Mrs. Andromeda datang kemari hanya untuk menanyakan model yang sudah anda janjikan padanya"
"Ya, nanti kubicarakan dengannya. Terimakasih, Chelsea" ujar Ally begitu saja sambil lalu mulai melangkah menuju ruangan miliknya yang ternyata berada di ujung lorong yang sedang mereka lalui.
Saat Stevie melihat Ally menempelkan telapak tangannya di system security dan kemudian mendengar seseorang menyapa "Welcome, Mrs. Hills" gadis itu mengambil napas dalam-dalam karena perasaan gugup menghampiri dirinya. Stevie berharap kalau gadis itu bisa kembali ke Apartemennya dengan keadaan tidak tergores sedikitpun. Gosh!
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
TheWayIAm (Lesbian Series)#3 |COMPLETED|
FanfictionTidak pernah aku sangka semua terjadi dengan begitu cepatnya. Pertemuan yang tidak pernah terkira, mengenal sampai akhirnya jatuh cinta, kemudian berlanjut kepada sebuah keputusan besar untuk saling menerima. Riska Pramita Tobing 2018 -----COMPLETE...