INNOCENT : PART 20 - ANASTASIA'S MEMORY

1.5K 91 4
                                    

Karna ada yg komen tolong di cepatkan update, akhirnya saya percepat juga. Kalau besok tidak bisa update karena lusanya ulangan, harus belajar 😁😁

Ok, kalau ada yg aneh komen aja ya, jangan lupa tekan tanda bintangnya, makasih....^^

Saat ini, aku baru saja mengalami hal yang biasa perempuan rasakan saat pertama kali menginjak remaja. Jatuh cinta, aku jatuh cinta kepada seseorang. Ia tidak terlalu tinggi dan juga ia tidak terlalu pendek. Ia seperti laki-laki idealku. Aku selalu tersenyum saat memikirkannya. Dia lebih tua lima tahun dariku. Tidak terlalu tua menurutku. Aku selalu memanggilnya dengan sebutan kakak. Dan dia selalu mengacak-acak rambutku saat aku memanggilnya dengan sebutan itu. Orang bilang kami seperti kakak-adik. Aku hanya tersenyum saat ia selalu memperhatikanku. Mungkin seperti ini rasanya mempunyai saudara yang lebih tua darimu, selalu diperhatikan olehnya. Tampak seperti protektif tapi aku cukup nyaman.

Dia menyukai spagetti dengan keju yang banyak diatasnya. Dan dia menyukai warna abu-abu. Aku selalu membuatkan spagetti untuknya dengan saus buatanku sendiri. Ia bilang bila masakanku sangat enak. Dia sangat pandai dalam segala hal dan juga mengenai teknik dan matematika. Berbeda denganku yang sangat payah dengan matematika yang membuatku selalu meminta bantuan kepadanya saat aku mengerjakan tugas matematikaku.

Kali ini aku harus pulang ke rumah dengan cepat. Aku yakin kakakku pasti telah berada disana.

Aku membuka pintu pagarku dan segera memasuki pekarangan rumahku. Aku bisa melihat mobil mercedest silvernya yang terparkir di pekarangan rumahku. Aku tersenyum senang. Kakak sudah datang. Dengan langkah cepat aku langsung memasuki rumah. Ya, benar saja, kakak sedang duduk samping jendela sambil meminum kopinya. Ia menyadariku bila aku telah tiba. Aku tersenyum kepadanya dan di balas oleh senyumannya yang menawan.

"Kau sudah pulang, Anastasia?" Tanyanya.

Aku meletakkan sepatuku di rak sepatu sambil mengangguk. "Aku sudah pulang."

"Bagaimana sekolahmu?"

Aku berjalan kearahnya. "Berlangsung seperti biasa," Lalu duduk disampingnya dan menoleh kearahnya saat aku teringat akan suatu hal. "Oh, ya! Aku ada tugas matematika. Aku tidak mengerti. Tolong ajari aku ya, kak."

Aku memasang wajah memohon kepadanya. Ia tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.

"Tentu saja aku akan membantumu. Tapi tidak sekarang," Jawabnya.

"Hm? Kenapa?"

"Kami sedang melakukan penelitian mengenai perjalanan waktu. Kau pasti tahu ayahmu adalah peneliti yang gila akan hal-hal yang tidak mungkin, bukan?"

Aku tersenyum sambil mengangguk. Benar, ayah selalu memikirkan hal-hal yang mustahil untuk di dengar. Karena itu ayah selalu di panggil "Peneliti Gila". Tapi aku merasa bila rasa tahu dan penasaran ayahku mengenai hal-hal mustahil membuat aku terkagum-kagum dengan ayah.

"Oh, Adam!"

Kami berdua sama-sama menoleh. John Patton, murid ayahku yang lainnya memanggil Adam. Adam menegakkan tubuhnya dan mulai beranjak dari kursinya.

"Ya?" Ujarnya.

"Professore memanggilmu," Kata John.

Adam mengangguk. "Baiklah," Adam menoleh kearahku sambil tersenyum. "Aku akan segera kembali nantinya."

Aku mengangguk. Pandanganku tidak terlepas dari Adam. Ia memasuki lift dan menoleh kearahku. Adam kembali tersenyum sambil melambaikan tangannya hingga pintu lift tertutup. Aku terkekeh. Ia tampak seperti ingin mengucapkan selamat tinggal untuk perjalanan jauh.

INNOCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang