INNOCENT

INNOCENT : PART 9

Thank you yang udh voment
Part ini jangan lupa untuk di voment juga yaaa....

Voment

Voment

Voment

Anastasia mengerutkan dahinya. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Daniel. Kebingungan Anastasia tidak luput dari pandangan Daniel. Daniel menghela nafas dan mulai menjelaskannya kepada Anastasia.

“Menikah adalah ikatan sakral antara pasangan laki-laki dan perempuan. Mereka akan hidup bersama hingga mereka meninggal nanti.”  Jelas Daniel.

“Kenapa kita harus menikah? Bukankah sekarang kita telah hidup bersama?” Ucap Anastasia.

“Menikah lebih daripada hidup bersama. Mereka akan saling tolong-menolong satu sama lain dan juga akan saling membutuhkan.”

“Oh, begitu,” Anastasia menggaruk rambutnya. “Aku masih tidak mengerti.”

“Anastasia, kumohon—.”

Daniel menggenggam sebelah tangan Anastasia yang terulur di dekatnya. Mengelusnya dan menjalarkan kehangatan di tangan hingga ke lengan Anastasia.

“Aku perlu bantuanmu,” Ucap Daniel. “Ayahku, ingin kita berdua menikah. Mungkin hari ini kau tidak paham. Tapi, suatu hari nanti kau akan paham apa yang aku maksud.”

Anastasia menatap Daniel bingung. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Daniel. Sedangkan Daniel menatap Anastasia dengan tatapan memohon. Ia benar-benar harus menikahi Anastasia dan memenuhi permintaan ayahnya. Dan juga ia membutuhkan Anastasia dalam kasus ini. Apalagi kasus itu melibatkan Anastasia sebagai anak korban. Mungkin saja ia akan mengetahui kebenaran kasus itu bila ada Anastasia.

Daniel kembali menatap Anastasia. Melihat reaksi gadis itu, dia tampak kebingungan. Apa dia menerima lamarannya atau tidak mengerti apa yang Daniel katakan?

“Bagaimana, Anastasia?” Tanya Daniel.

Anastasia sejenak menimang-nimang. “Karena ini adalah perkataan ayahmu, mungkin aku harus menyetujuinya.”

Daniel tersenyum. “Terima kasih, Anastasia.”

Anastasia mengangguk menjawab perkataan Daniel. Daniel merasa lega dalam hati. Ia sudah menduga Anastasia akan menerimanya. Melihat kepolosan Anastasia seperti anak kecil, tentunya gadis itu akan menyetujui semua perkataannya.

Beberapa saat mereka kembali memulai acara makan malam mereka, mereka di ganggu oleh suara ponsel milik Daniel. Mereka berdua menghentikan acara makan malam mereka sejenak. Anastasia memandang heran Daniel. Daniel merogoh saku celananya dan melihat layar ponselnya. Dari Inspketur Edgard. Apa mereka mendapat petunjuk baru?

“Anastasia, aku permisi sebentar.”

Daniel memilih pergi ke beranda yang menghubungkan taman untuk menjawab telponnya. Setelah menggeser tombol hijau di layar, Daniel meletakkan ponselnya di telinga.

“Hallo, Inspektur,” Ucap Daniel.

“Hallo, Glanville. Aku mendengar dari Lewis bila kau telah menemukan anak dari korban, bukan?”

“Ya, aku menemukannya,” Daniel melirik sekilas kearah Anastasia yang berada di gazebo. “Aku mohon maaf karena tidak bisa membawanya hari ini. Ada sedikit masalah disini. Aku akan membawanya besok.”

“Oh, baiklah. Aku akan menghubungimu nanti.”

“Baiklah, Inspektur.”

Telpon di tutup. Daniel menghela nafas sejanak. Bodohnya ia melupakan janjinya kepada Opsir Lewis untuk membawa Anastasia ke Kantor Kepolisian Pusat. Untungnya janjinya dan rencananya untuk melamar Anastasia hari ini sangat berbenturan. Sekarang ia harus menanggung tanggung jawab yang cukup besar sebagai detektif, CEO, dan calon suami untuk Anastasia.
Lagi-lagi ia melirik kearah Anastasia. Pernikahan ini tentunya tidak ada hubungannya dengan perasaan mereka berdua. Pernikahan ini tentunya paksaan oleh ayahnya. Tidak, dia tidak mencintai cinta pertamanya lagi. Gadis itu telah pergi entah kemana semenjak gadis itu mencampakkannya. Sekarang ia harus berhadapan dengan Anastasia yang tentunya jauh berbeda dengan mantan pacarnya yang lalu.

Daniel meletakkan ponselnya ke saku celana. Lalu, dia kembali berjalan menuju gazebo, ketempat Anastasia. Gadis itu masih sibuk dengan makanannya dan terkadang ia bisa melihat di sedang bercakap-cakap dengan Pelayan Harold dan Pelayan Winston.