][Unconditional][

7K 791 143
                                    

Daniel mendorong Seokjin agar mendekati Namjoon, yang tengah membaca buku di taman belakang kampus.

"Udah sono..."

"Tapi... tapi..."

"Ya elah, kayak cewe aja lo malu-malu dugong. Jantan dikit napa??"

PLETAK!!

Kotak makan siang mendarat lagi di jidat mulus Daniel.

"Asw banget lo Jin, gue tinggal nih kalo lo masih ragu-ragu. Sana buruan, sepuluh menit lagi kita ada kelas." Seru Daniel lalu mendorong tubuh Seokjin agak keras, hingga Seokjin hampir tersandung. Untung belum sempat mengumpat, kalo gak harga diri Seokjin bakalan jatoh di depan mantan gebetan.

"Eghm.. eghm.. Namjoon??" Sapa Seokjin gugup, yang di panggil lantas menoleh, tersenyum manis kearah Seokjin. Duh, kuatkan hati Seokjin.

"Eoh... Kim...Seokjin kan??" Tanya Namjoon, Seokjin mengangguk lalu menyodorkan kotak makan siang. Namjoon menatap kotak makan siang itu bingung.

"Bu-bukan dari gue. Ini titipan dari Hoseok." Namjoon terkekeh lalu mengambil kotak makan siang itu dari tangan Seokjin. Sedangkan jauh di belakang, Daniel tak sanggup menahan tawanya, hingga akhirnya ia jatuh bergulung ke semak-semak. Kualat kamu.

"Makasih ya."

"Kalo gitu gue balik, selamat makan." Seokjin buru-buru kabur sebelum kondisi jantungnya lemah saking deg-degannya. Seokjin tersentak kaget begitu Daniel keluar dari semak-semak.

"Anjg. Ngagetin gue lo setan. Ngapain lo?"

"Kaga ngeliat? Gue abis aja nyungsep." Gerutu Daniel sembari membersihkan bajunya yang kotor, tangan Seokjin terangkat untuk merapikan rambut Daniel yang acak-acakkan. Namjoon yang melihat keduanya dari jauh tersenyum tipis.

"Ayo." Ajak Seokjin begitu selesai membantu Daniel. Lalu beranjak pergi menuju ruang kelas.

"Udah kelar??" Tanya Daniel mengekor di belakang Seokjin, yang hanya di jawab deheman oleh yang lebih tua.

.

..

...

Jimin keluar dari mobil,begitu dia sampai di sebuah rumah mewah. Di tatapnya lamat rumah itu, rasanya rindu karena sudah lama Jimin tak datang berkunjung ke rumah kedua orangtuanya.

Jimin ketuk pintu, tak berapa lama pintu terbuka. Dan seorang wanita paruh baya tersenyum lebar dan langsung memeluk Jimin.

"Mama..."

"Kamu tuh ya, kenapa jarang kesini sih?? Mama kan kangen." Ucap Mama lalu melepas pelukkannya.

"Maaf, kampus banyak tugas."

"Tukang boong, masuk yuk. Mama udah siapin makan siang, Papa sama adik kamu juga ada di rumah." Ajak Mama lalu menggiring Jimin masuk,Jimin menghela nafas.

"Wah siapa ini yang datang, kirain udah lupa."

"Papa..." Jimin langsung meluk papanya, yang di balas pelukkan hangat dari sang Papa.

Ketiganya berjalan bersama menuju meja makan, Jimin mendudukkan dirinya kikuk. Masalahnya adalah bukan kondisinya yang kini ada di tengah-tengah antara Papa dan Mamanya, tapi―

"Tumben lo kesini??"

―Ini masalah yang sebenarnya.

"Jungkook, gak boleh gitu. Dia Kakak kamu." Seru si Papa, Jungkook memutar matanya malas, lalu memilih duduk di samping kanan sang Papa.

"Kakak tiri ini." Sahut Jungkook enteng, Jimin mendelikkan matanya ke arah Jungkook yang menatapnya datar.

"Udah... udah, kita makan dulu, ngobrolnya lanjut nanti aja." Sahut Mama melerai, sekarang gimana Jimin mau makan dengan nyaman, kalo kondisinya gak kondusif begini.

Yoongi menunduk takut di atas sofa,jari-jarinya ia remas. Berharap Taehyung segera datang. Karena demi apapun, Yoongi takut dengan tatapan gadis di depannya ini.

"Sejak kapan lo tinggal disini??"

"H-Huh?"

"Lo siapa siih, ampe berani godain Taehyung gue?? Gue aduin tauk rasa." Yoongi menggeleng keras,matanya sudah berkaca-kaca.

"Jihyo??" Keduanya menoleh, Taehyung datang di waktu yang tepat, ada perasaan lega dari helaan nafas Yoongi.

"Tae, kok Yoongi ada di sini sih??"

"Kenapa? Masalah buat lo?"

"Tapi kenapa??"

"Keluarga lo udah usir dia, lo lupa??"

"Tapi gak harus lo juga yang nampung, gak pantes dia tinggal di apartemen mewah lo ini." Kesal Jihyo gak terima.

"Lo siapa ngatur gue?? Hak gue dia mau tinggal disini atau gak, lagian dia kan pacar gue, wajar kalo dia tinggal bareng gue."

"Apa?? Pacar?? Dia?"Tunjuk Jihyo marah, Yoongi masih diam menunduk.

"Mendingan lo pulang, pintu keluar di sebelah sana." Ucap Taehyung datar, Jihyo menggeram marah, diambil tasnya di sofa dengan kasar lalu keluar dengan membanting pintu apartemen Taehyung.

Taehyung menghela nafas, kemudian duduk jongkok di depan Yoongi yang masih menunduk diam. Di raihnya dagu Yoongi, di tatapnya mata Yoongi yang nampak berkaca-kaca. Taehyung tersenyum tipis, di tangkupnya kedua pipi Yoongi.

"Kamu gak di apa-apain Jihyo kan??" Yoongi menggeleng

"Kenapa gak telpon aku??"

"Aku gak punya nomormu..." Taehyung terkekeh gemas, mereka udah tinggal bersama sejak kemarin, bahkan sudah melakukan itu, tapi untuk hal sepele seperti nomor hape, malah tidak punya.

"Berikan hapemu..." Yoongi mengeluarkan hape bututnya, Taehyung mengernyitkan aneh menatap hape jadul milik Yoongi.

"Ini yang kamu sebut hape?? Ini sih buat ganjel pintu pantesnya." Gerutu Taehyung, Yoongi memberengut.

"Yang pentingkan bisa buat telpon dan sms."

"Gak, nanti sore kita beli hape yang bagus buat kamu." Seru Taehyung dan melempar hape itu ke dalam tempat sampah.

"Yak!!!"

"Apa?? Mau marah??"

Yoongi mencebik, tangannya bersidekap di depan dada. Taehyung terkekeh gemas lalu mengecup pipi kanan Yoongi singkat.

"Taehyung!!!"

Cup!

Kembali Taehyung kecup pipi kiri Yoongi.

"Yak!!―mmmppttt."


Oke, kali ini mungkin keduanya akan melewatkan jadwal makan siang bersama.









__________ tbc

✅][TAEGI][ LOVERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang