][우산][

6.9K 755 113
                                    

Di luar dingin. Hujan.


"Kamu sengajakan??"

Hoseok mengerutkan dahinya bingung, tidak tau dengan jelas maksud Namjoon yang tengah sibuk melepas sepatu lalu begitu selesai, menaruhnya asal di rak.

"Yak!! Benarkan letak sepatumu!!" Namjoon merotasikan bola matanya, tapi menurut dengan perintah Hoseok.

"Kamu belum jawab sayang.." Seru Namjoon sembari menghampiri Hoseok dan mengecup bibir Hoseok singkat.

"Apa sih??" Tanya Hoseok bingung.

"Kotak makan siang, udah ingat??"

"A-aah..."

"A-aah... jawaban apa itu?? Jelas-jelas aku mengirimimu pesan untuk mengantarkan kotak makan itu langsung padaku, bahkan dengan rinci aku menjelaskan dimana aku berada. Ada alasannya??"

Hoseok mencebik, bersilang tangan di dada. Namjoon terkekeh lalu mengusak surai Hoseok lembut sebelum berjalan kearah kamar. Hoseok mengekor di belakang.

"Bukan begitu, hanya aja tadi Junmyeon―" Hoseok buru-buru menutup mulutnya rapat begitu Namjoon mendelik tak suka ke arahnya.

"Kamu ketemu dia lagi? Terus kamu gak bilang sama aku??"

"Please, jangan mulai lagi."

"Kamu yang mulai duluan..."

"Baiklah,baiklah, aku minta maaf oke. Gak kasih tau kamu, aku tadi ketemu dia."

Namjoon berdecak kesal lalu berjalan kearah kamar mandi dan menutup pintu sedikit kasar. Hoseok menghela nafas, sudah tau akan jadi begini kalo membahas masalah Junmyeon dengan Namjoon.

.

..

Kalo sudah hujan deras begini, tentu seseorang butuh payung bukan? Dan Jimin menyesali itu sekarang, kenapa saat tadi Mama menyuruh dirinya membawa payung malah dia abaikan.

Jimin mendengus, mengusap-usap lengannya mencari kehangatan. Sial. Hujan ini benar-benar deras, dan dia harus terjebak di depan emperan minimarket.

"Aishhhh... kapan berhentinya sih??" Gerutu Jimin sejak sejam tadi, dan sungguh kaki-kakinya mulai pegal karena sudah sejak tadi dia berdiri dengan plastik belanjaan yang mulai terasa berat di tangan.

Hingga matanya melotot kaget, begitu seseorang memperlihatkan wajah datarnya dari balik payung,yang kini tepat berdiri di hadapannya.

"J-Jungkook??"

"Tsk!! Makanya kalo dibilangin tuh jangan ngeyel, mau balik kagak??" Tanya Jungkook, meski bernada kesal tapi Jimin bisa lihat dari tatapan pemuda di depannya ini, jelas sekali Jungkook khawatir.

"Maaf..."Lirih Jimin sembari menundukkan kepalanya, Jungkook menghela nafas lalu merebut plastik belanjaan dari tangan Jimin.

"Ayo jalan."

Keduanya berjalan bersama, dibawah payung biru yang menaungi keduanya. Hanya suara benturan air hujan yang menabrak keras dinding payung, yang sejak tadi menemani keterdiaman keduanya.

"Lo gak capek kan? Jalan lo lesu banget kayak keong." Gerutu Jungkook melirik singkat ke arah Jimin.

"H-huh?? Engga kok.... gue―" Jungkook menyerahkan gagang payung itu kegenggaman Jimin.

"Pegang kuat-kuat payungnya, naik ke punggung gue sekarang."

"A-apa?? Jung―"

"Buruan..." Geram Jungkook kesal,Jimin patuh dan naik ke punggung Jungkook begitu Jungkook menunduk di depannya.

"Lo gak perlu begini Jungkook..." Cicit Jimin dari balik punggung Jungkook. Jungkook hanya diam, tapi ada seulas senyum tersungging di sudut bibirnya.

Antara Park Jimin dan Jeon Jungkook, dua manusia adam yang harus terikat dalam satu hubungan―keluarga.

Jungkook ingin menyalahkan siapa, jika ternyata Papanya harus menikah lagi di usia yang terbilang bukan muda lagi, dan apalagi saat itu Jungkook tengah kelas tiga SMA. Oh hell, Jungkook tak ingin punya adik bayi. Itu merepotkan.

Dan sang Papa akan tertawa mendengar alasan klise putra semata wayangnya, bahkan memberitahu Jungkook bahwa Jungkook tak akan memiliki adik, tapi seorang Kakak.

"Pegang kuat-kuat payungnya, Jimin!!"

"Yak!! Sopan sedikit, gue ini lebih tua dari lo ya..."

"Ya,ya,ya... Tapi, pikiran lo masih kayak bocah."

"Maksud lo??"

"Udahlah, gak perlu di bahas. Yang ada juga kalo dibahas, lo bakalan ngalihin topik."

"Jungkook..."

"Miris. Gue udah kayak payung ini, ada saat kalo lagi butuh." Jimin mengeratkan pelukkannya begitu mendengar gerutuan Jungkook.

"Maaf...."

"Tsk!!!"

.

..

Taehyung tersenyum memandangi wajah Yoongi tertidur pulas akibat serangan dadakkannya. Apalagi di tambah suasana di luar yang hujan, menambah kenikmatan acara panas keduanya.

Sesekali Taehyung membenarkan selimut yang menutupi tubuh telanjang keduanya, lalu mengecup dengan lembut dahi Yoongi. Membuat si empunya menggeliat dan menyamankan tidurnya; merapat lebih dalam kedalam dekapan.

Hingga getaran hape di nakas mengalihkan atensi Taehyung, berdecak kesal karna mengganggu acaranya menatap wajah damai Yoongi.

Lalu sedetik kemudian matanya membola karena satu kalimat yang dengan sangat jelas ia baca, terpampang dengan huruf kapital disana―






"AKU PULANG ―AKU MERINDUKANMU."











―Membuat Taehyung melempar kasar hape itu entah kemana, mengacak surainya frustasi.

Taehyung melupakan satu masalah―orang itu.















][TBC][



✅][TAEGI][ LOVERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang