Menatap kilau cincin di balik kaca, Seokmin hening sejenak. Perang tengah terjadi di dalam diri itu. Hati dengan akal sehatnya telah beradu kekuatan. Pihak manakah yang akan menang?
Hatinya, terus meronta. Menginginkan sosok manis yang tengah memilih cincin di sampingnya, untuk terus bersamanya apa pun yang terjadi. Menutup mata dan telinga, tak peduli bahwa hati Jisoo bukan untuknya. Atau mungkin tidak akan pernah ada kesempatan untuk beralih padanya.
Tapi, akal sehat di diri Seokmin tak kalah kuatnya. Ia terlalu tersiksa atas kenyataan yang ada. Meraung kesakitan hingga meminta agar Seokmin mengakhiri segala kesakitan.
Dan, rasa cinta Seokmin mengalahkan segalanya.
Mungkin ini tidak buruk, mari kita coba untuk menjalaninya.
"Diukir dengan nama siapa?"
Raut wajah bahagia tak pernah pudar dari sosok Hong Jisoo. Entah apa yang ada di dalam diri itu, ia nampak tak punya beban sama sekali meski akan menikah dengan orang yang tidak dicintainya.
Membuat Seokmin turut tertular dan tersenyum tipis. Setidaknya, dengan melihat reaksi gadis itu, Seokmin tahu bahwa Jisoo tengah berbahagia. Meski pasti bukan kehadiran Seokmin alasannya.
"Hong Jisoo dan Lee Seokmin!" pekik Jisoo. Melemparkan pandangannya pada pria bangir yang hanya bisa terdiam di tempat, Jisoo kembali membuka suara. "Kita ukir nama lengkap, apa hanya inisial?"
Menyernyitkan dahi, Seokmin mengangguk. Turut mendekatkan diri pada Jisoo, membuang jauh apa yang tengah mengganggu pikirannya tanpa ampun.
Merangkul Jisoo, "nama lengkap saja."
Tidak ada yang tahu persis bagaimana perasaan Seokmin sekarang. Mengubur jauh lukanya, berharap akan menghilang seiring berjalannya waktu.
Banyak harapan yang tersirat di setiap ucapan Seokmin. Mengharapkan hati Jisoo yang menyadari keberadaan dirinya, adalah salah satunya.
Sebuah harapan sederhana. Namun, untuk mengabulkannya, tidaklah sesederhana itu.
"Jisoo," perlu beberapa detik hingga akhirnya Jisoo menoleh ke arah Seokmin untuk merespon panggilan itu. "Bisa aku mampir ke apartemenmu sebentar?"
Menelisik iris mata abu di sana, Seokmin menyelipkan amarah. Tidak marah terhadap Jisoo. Namun ia marah pada dirinya sendiri yang terlalu banyak mengharapkan angan nan tinggi di atas awan.
Banyak bayangan semu mendatangi, tanpa batasan meski itu di hari pertama. Bayangannya semakin jelas terlihat, hingga menutup semua kenyataan. Kenyataan bahwa hati Jisoo bukanlah untuk Seokmin.
Mengekori impian, biarkan Seokmin terus berharap. Mungkin, kelak Jisoo akan mengerti bagaimana hidup untuk lebih membuka diri kepada Seokmin. Setidaknya, pria berhidung bangir ini yakin bahwa hanya dirinya lah yang sanggup membahagiakan Jisoo hingga akhir cerita.
Menyambut semuanya dengan baik, Jisoo tersenyum untuk sesaat. Untuk yang ke-entah berapa kali, senyuman itu meruntuhkan kenyataan. Kembali menciptakan jeritan bahwa Seokmin berkeinginan kuat untuk menandai gadis yang tengah bersamanya. Agar tak ada yang bisa mencuri gadisnya. Biar Hansol (kekasih Jisoo) sekali pun.
"Tentu saja!"
Bohong jika Seokmin tidak berteriak. Dadanya telah jutaan kali bergerumuh meminta perlindungan dari Hong Jisoo. Siapa yang menyangka? Gadis itu bisa saja tiba-tiba mencabut nyawa Seokmin hanya dengan memperdengarkan oceh kesenangan berjumlah minim, dapat dihitung dengan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEOKMIN (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Banyak yang bilang kalau cinta pertama itu tidak akan pernah berhasil. Berbanding terbalik dengan Lee Seokmin yang begitu meyakini cinta pertamanya, Hong Jisoo. Merelakan Jisoo yang telah berstatus sebagai istri sahnya untuk...