"Sebenarnya sejak kami belum resmi pacaran. Tapi saat dia sudah benar-benar menjadi milikku, aku secara rutin mengirimkannya uang. Selain karena aku memang sangat mencintainya, aku juga tidak tega karena selama ini Hansol tidak memiliki siapa-siapa. Orangtuanya bercerai, sehingga dia memutuskan untuk pergi dari rumah."
"Kenapa kau sangat mencintainya?"
"Kau tahu? Saat pertama kali menginjakan kaki di Amerika, aku mengalami bully. Tidak ada yang mau berteman denganku. Di sekolah aku selalu dikucilkan. Sampai akhirnya Hansol yang juga keturunan Korea mendatangiku. Dia adalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Sejak itu aku hidup bergantung padanya. Memberikan segala yang kumiliki. Termasuk uang dan harga diriku."
"Seks?"
Jisoo mengangguk. "Entah kenapa, setiap sentuhannya membuatku tenang. Aku merasa dilindungi dan dicintai."
"Kau tidak memintanya untuk bertanggung jawab?"
"Pernah. Aku pernah memintanya untuk segera melamarku sebelum aku kembali ke Korea. Dia bilang belum siap. Dia bilang, dia ingin mencari pekerjaan terlebih dulu agar bisa menghidupiku dan anak-anak kami kelak."
"Kau tahu, Hong Jisoo? Jika kau merasakan perlindungan dan kasih sayang melalui seks, kau juga bisa mendapatkannya dari orang lain. Tidak harus dengan Hansol."
Ya, memang apa salahnya? Seokmin adalah suami sah Hong Jisoo. Tidak akan ada yang melarang mereka sedikit pun. Bahkan nanti jika kerja keras mereka membuahkan hasil, dunia malah bersuka cita menyambutnya.
Jika kalian berpikir bahwa Seokmin hanya menginginkan itu, salah besar. Dibalik karena memang kewajibannya sebagai sepasang suami istri untuk saling memberi kepuasan batin, Seokmin ingin membuktikan bahwa ia pun bisa memberikan rasa ketenangan pada Jisoo. Ia juga bisa melindungi Jisoo sepenuhnya. Tidak seperti Hansol yang hanya memberikan kepuasan sesaat.
Tanpa memikirkan banyak hal lagi, Seokmin menarik Jisoo untuk masuk ke dalam dekapannya. Membelai lembut rambut panjang itu, penuh kasih sayang. Menyalurkan segala rasa yang sudah ia tahan begitu lama. Seokmin tidak tahu, kenapa rasanya begitu menyakitkan. Bukankah harusnya ia bahagia? Jisoo sudah resmi menjadi miliknya!
Melepaskan pagutan itu, Seokmin meraup bibir tipis Jisoo menggunakan bibirnya. Melesatkan bibir kecil itu ke dalam mulutnya, dan memberikan gigitan kecil hingga membuat jantung mereka meletup seketika.
Jisoo terbuai. Larut dalam setiap gerakan sang suami. Mengalungkan kedua tangan di pundak kokoh Seokmin. Perlahan namun pasti, turut menikmati bagaimana Seokmin memberikan rasa bahwa ia benar dicintai.
Tanpa peduli lokasi, entah sejak kapan Jisoo sudah berada di bawah rengkuhan Seokmin. Televisi yang masih menyala tak dihiraukan keduanya. Perlahan mengerang, seolah menjadi alarm bahwa Jisoo sudah siap untuk memberikan segala miliknya pada Seokmin.
"Akh! Seok-"
Tersentak, Seokmin melesat masuk tanpa peringatan sedikit pun sebelumnya.
Siang itu, menjadi awal mula bagaimana rumah tangga ini akan terus berjalan. Meski gontai, pasti kelak akan mendapat titik kedamaian.
Kau milikku, sampai kapan pun akan terus begitu.
Tiga bulan pernikahan memang berjalan lancar. Meski Seokmin masih sering kali merasa sakit akibat ulah Jisoo yang tak hentinya melafalkan betapa tergantung hidupnya pada pemuda Amerika itu.
Namun, Seokmin pun tak pernah kehabisan akal bagaimana cara untuk menutupi lukanya. Senyuman si bangir ini sering kali palsu. Atau bahkan mungkin, senyuman palsunya jauh lebih mendominasi dibandingkan senyuman yang tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEOKMIN (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Banyak yang bilang kalau cinta pertama itu tidak akan pernah berhasil. Berbanding terbalik dengan Lee Seokmin yang begitu meyakini cinta pertamanya, Hong Jisoo. Merelakan Jisoo yang telah berstatus sebagai istri sahnya untuk...