"Maaf terlambat, mendadak ada berkas yang harus aku urus."
Ibu Seokmin senyum, melihat kehadiran putranya. Memberikan belaian lembut pada kening si bangir, menghapus setiap jejak keringat yang ada di sana.
Segala persiapan terus saja dilakukan, hingga sekarang tiba waktunya untuk pengecekan ulang pakaian pengantin yang sebelumnya telah dipesan oleh Seokmin dan Jisoo.
Semua nampak berjalan lancar. Tidak ada hambatan sama sekali. Kecuali satu, hati mereka.
Seokmin harus terus menerus menahan rintihannya, setiap bertemu dengan Jisoo. Karena gadis itu, tak bisa berhenti barang sedetik pun untuk membicarakan kekasih tercinta.
Jangan salahkan Jisoo yang bertingkah seolah tak tahu menahu perasaan Seokmin. Dan jangan salahkan Seokmin yang terlalu pasrah akan hatinya. Tapi, salahkan hati keduanya yang tidak bisa mengambil langkah tegas atas kehidupan.
"Di mana Jisoo?"
Sejak awal kedatangan, Seokmin belum melihat kehadiran Jisoo sama sekali. Di sana hanya ada sang ibu, tengah asik membolak-balikkan katalog gaun pengantin yang ada di tangan.
"Jisoo sedang mencoba gaunnya di dalam. Tunggulah, sebentar lagi juga keluar."
Mengangguk patuh, Seokmin mendaratkan bokongnya tepat di samping sang ibu. Meraih ponsel di saku celana, mulai berfokus pada benda persegi tersebut.
"Seok, apa ada yang ingin kau ubah pada jas itu?"
Menggeleng perlahan, Seokmin mulai memandangi jas pengantinnya sejenak. Jas itu sudah Seokmin coba kemarin. Dan pria bangir ini mengaku puas dengan hasilnya. Sedangkan untuk gaun mempelai wanita, ia memiliki ukuran yang terlalu besar untuk tubuh mungil Jisoo. Itulah sebabnya, kenapa mereka harus melakukan pengecekan ulang hari ini.
Cukup lama Seokmin menunggu, akhirnya tirai yang menyembunyikan sang calon istri mulai terbuka. Menampilkan sosok wanita yang begitu Seokmin kagumi selama beberapa minggu ini.
Tidak banyak yang dapat Seokmin ucapkan begitu melihat Jisoo berdiri, dibalut gaun pengantin. Kulit yang putih bersih, sungguh memesonakan siapa saja yang melirik ke arahnya.
Seokmin terdiam sejenak. Senyuman Jisoo layaknya udara dingin, berhasil membekukan si pemuda bangir di tempatnya berpijak. Tidak ada pergerakan dalam beberapa detik. Berfokus pada objek yang tengah ia pandangi. Atau yang lebih tepatnya, kagumi.
Banyak hal yang menjadi alasan kenapa ia lebih memilih untuk mempertahankan perasaan ini. Menyembunyikan segala kesakitan, mengubur dalam kekecewaan. Salah satunya, karena Jisoo memiliki senyuman bak seorang malaikat.
Malaikat pencabut nyawa.
Siap mencabut nyawa Seokmin kapan saja.
"Bagaimana, Seok?" tegur Jisoo.
Mengedipkan mata beberapa kali, Seokmin perlahan kembali sadar. Sadar bahwa hati Jisoo bukanlah miliknya.
Merespon panggilan gadis itu, ia mulai menelusuri setiap inchi tubuh Jisoo yang terbalut gaun putih bercorak kuning keemasan. Seokmin mengangguk. Biar terus dilihat ratusan kali pun, ia tidak akan pernah bisa melihat celah keburukan di diri si gadis.
Berkat cinta, kekejaman Jisoo terhadap Seokmin tertutupi begitu saja. Membuat laki-laki Lee itu seolah mendadak buta.
Hal yang paling pemuda ini benci adalah, kelemahannya atas Jisoo. Berkat senyuman gadis itu, ia menjadi tak berdaya. Laki-laki lemah yang teracuni oleh cinta pertama.
"Apa sisi yang kebesaran kemarin sudah diperbaiki?"
Setelah mematung cukup lama, Seokmin berhasil membelah kedua bibirnya. Berucap sekenanya, untuk menghilangkan amarah yang kembali memuncak. Amarah atas kenyataan bahwa Jisoo mencintai orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEOKMIN (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Banyak yang bilang kalau cinta pertama itu tidak akan pernah berhasil. Berbanding terbalik dengan Lee Seokmin yang begitu meyakini cinta pertamanya, Hong Jisoo. Merelakan Jisoo yang telah berstatus sebagai istri sahnya untuk...