13. Tiga Sahabat

885 155 128
                                    

Seokmin tak menyangka bahwa kebodohan atau kegilaan yang dimaksudkan oleh Hansol dulu (saat pertemuan mereka, sebelum Hansol kembali ke Amerika) adalah hal seperti ini.

Ternyata, Jisoo jauh lebih bodoh dari apa yang Seokmin kira. Perempuan itu bahkan yakin 100 persen bahwa anak yang dikandungannya sekarang adalah hasil dari aktivitasnya bersama Hansol. Yang padahal, sudah tiga bulan tak bertemu dengannya lagi.

Entah telah dibutakan oleh cinta, atau apa pun namanya. Seokmin hanya bisa memberikan senyuman palsu dan berharap cepat atau lambat sang istri sadar bahwa Hansol bukanlah pria baik yang selama ini ia percaya.

Setelah mengunjungi dokter kandungan untuk memeriksa kondisi Jisoo, sang dokter memberitahu bahwa nyonya Lee muda ini tengah mengandung anak usia dua minggu. Tentu disambut dengan antusias. Dengan cepat Ibu Seokmin mengabarkan berita bahagia ini pada suami dan besannya.

Mengantarkan sang Ibu kembali ke rumah, akhirnya Seokmin dan Jisoo memiliki waktu hanya berdua. Saat itu pun, Seokmin berusaha memberi pengertian bahwa anak yang ada di kandungan Jisoo bukanlah anak Hansol. Namun ditolak mentah oleh Jisoo. Menurutnya; Hansol lebih dulu menyentuhku jauh sebelum kita saling mengenal, Seok! Aku yakin ini adalah anak Hansol!

Baiklah, teori baru yang Jisoo yakini sekarang adalah; janin bisa saja baru tumbuh bahkan bertahun-tahun lamanya setelah melakukan hubungan seksual. Teori yang sangat bagus!

Tiba kembali ke apartemen mereka, Jisoo langsung merebahkan diri di atas ranjang. Sesekali ia mengukir senyuman yang cukup lebar, mengingat Hansol. Sungguh, Jisoo sudah tak sabar lagi ingin memberitahu kabar bahagia ini.

Melihat Seokmin yang turut masuk ke dalam kamar mereka, Jisoo melonjak antusias. "Seok! Izinkan aku pergi ke Amerika, ya!"

Mata Seokmin membulat sempurna dibuatnya. Ia tidak menyangka kalau Jisoo bisa berbuat sejauh ini.

"Soo, kandunganmu masih terlalu muda untuk menaiki pesawat dan melakukan perjalanan jauh. Kau tidak takut?"

"No! Aku hendak memberikan kabar bahagia ini pada Hansol secepatnya."

"Cukup di telepon saja. Aku khawatir dengan kandunganmu."

Jisoo lagi-lagi menggeleng kuat. Menolak mentah segala bujukan Seokmin. Tekatnya sudah bulat. "Aku harus mengatakannya secara langsung pada Hansol. Dia pasti sangat senang! Aku ingin melihat raut wajah bahagianya secara nyata!"

Sampai kapan aku harus menunggumu sadar?

Seokmin berpasrah. Setelah mengecek kandungan Jisoo (yang sebenarnya dokter pun sama sekali tidak menyarankan untuk Jisoo melakukan perjalanan jauh), keputusan itu nampak sama sekali tidak bisa diganggu gugat. Jisoo menutup kedua telinganya dan tetap ingin terbang ke Amerika untuk menemui Hansol.

Di usia kandungannya yang sekarang menginjak tiga minggu, Jisoo sudah siap dengan segala persiapannya untuk sementara tinggal di negeri kedua orangtuanya. Seokmin mengantar Jisoo ke bandara dengan susah payah. Hatinya berkecamuk, namun tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mencegah kepergian Jisoo.

Jisoo melarang Seokmin untuk mengikuti dirinya ke Amerika. Dengan alasan, khawatir Hansol akan cemburu jika melihat Seokmin terus menerus bersamanya. Secara diam-diam Seokmin turut mengirim salah seorang bawahan kepercayaannya untuk mengikuti Jisoo. Setidaknya ini cara terbaik untuk memastikan bahwa Jisoo aman-aman saja meski jauh dari dekapannya.

"Kau yakin? Apa ingin aku temani ke sana?"

Jawaban Jisoo pun tak berubah sama sekali.

SEOKMIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang