6. Pembalasan

1K 180 50
                                    

Langkah terakhir kala pertahan mulai jatuh kembali ke dalam jurang tangis, adalah dua sahabat. Tentu. Orangtua mana yang akan tinggal diam jika tahu bahwa selama ini tangisan putra tunggal mereka begitu nyaring memekik telinga?

Pilihan terakhir agar kegelisahan Seokmin dapat berkurang adalah menemui Mingyu dan Jun.

Hingga detik ini pun, hanya mereka yang tahu bagaimana kesakitan Seokmin selama bersama Hong Jisoo. Hanya keduanya yang menjadi pertumpuan terakhir, mengurai keluh kesahnya. Agar dapat bertahan lebih lama lagi, menunggu sosok itu.

Memang tidak banyak yang bisa kedua sahabat itu lakukan untuk Seokmin. Tak apa. Bahkan, kehadiran mereka sudah lebih dari cukup untuk mengurangi tangisan pria bangir ini dan memantapkan keyakinannya kembali. Tetap berdiri tegak di balik lumpuh jiwanya.

Bersama segelas alkohol di tengah, Seokmin sedikit terkekeh dengan pikiran kusut. Akal sehatnya sedikit demi sedikit mulai menipis. Berganti dengan kegilaan yang sudah menumpuk membentuk bendungan tinggi.

Meringis perih.

Sempat merasakan angin segar atas pernyataan Jisoo yang meminta agar membuatnya jatuh cinta, kini tanpa rasa bersalah malah bergumam bahwa sang kekasih, Hansol, akan bertandang ke Korea.

Hancurlah sudah harapan.

"Tapi, Seok," turut meringis, Mingyu menyela tangan Seokmin yang kembali berusaha menjangkau botol alkohol. Hendak menuangkan minuman memabukkan itu ke dalam gelas kosong miliknya. "Bukankah malah bagus? Kau jadi tahu bagaimana tipe ideal Jisoo melalui pertemuan itu.

Masuk akal. Tapi tidak memiliki toleransi pada hati Seokmin.

Bagaimana bisa Seokmin dapat berdiri tegap jika melihat Jisoo menyebar rasa cinta bersama sang kekasih, tepat di depan mata? Bagaimana caranya agar Seokmin tetap bisa menyinggungkan senyuman, sedangkan nantinya si tersayang malah merangkul mesra pemuda lain? Bagaimana bisa Seokmin bernapas, jika melihat sosok impiannya tersenyum pada pria selain dirinya?

Boleh, kan, jika Seokmin mengklaim Jisoo, meski hati gadis itu bukan (atau belum) untuknya?

Salahkan saja Seokmin! Si pria lemah akan cinta pertamanya.

Aku hanya ingin memastikan bahwa sumber kebahagianmu adalah aku, salahkah?

Perlahan, Seokmin melangkahkan kaki memasuki apartemen yang mulai tak asing. Dengan gilanya, ia memasuki apartemen Jisoo tanpa diketahui oleh gadis itu sedikit pun. Nampak seperti seorang pencuri yang mengendap-endap di tempat tinggal orang lain. Namun bedanya, Seokmin tidak mempunyai niat jahat sedikit pun.

Baginya, berada di apartemen itu adalah sebuah ketenangan. Berkat orang yang selama ini tinggal di dalam ruangan itu, atmosfer di sana sungguh menenangkan.

Sekarang, Jisoo tidak ada di sana. Menghabiskan waktu bersama Ibu Seokmin sendiri, untuk memilih pernik pernikahan. Ia dengan sengaja mencari alasan untuk tidak ikut dalam kegiatan itu. Karena, tidak bertemu Jisoo adalah cara terbaik untuk membuat hatinya tak bergemuruh sementara waktu. Seokmin belum siap.

Hati pria ini masih saja kalut atas apa yang akan terjadi beberapa hari ke depan. Kedatangan Hansol di hari Sabtu nanti, benar-benar membuat hati Seokmin meremang seketika. Seperti baru saja ditebas menggunakan samurai.

Banyak yang bilang, kalian bisa melihat karakter seorang wanita melalui kamarnya.

Tanpa ragu, Seokmin memasuki kamar Jisoo. Memperhatikan setiap inchi kamar itu, lalu berhenti sejenak pada dinding yang tertempel beberapa potret si gadis bersama seorang pria. Yang Seokmin yakini sebagai Hansol.

SEOKMIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang