16. Melodi

1.1K 171 49
                                    

Seokmin dan Jisoo kembali ke Korea, setelah sebelumnya mengunjungi orangtua Jisoo yang menetap di Amerika. Tentu mereka tidak memberitahu apa yang sudah terjadi. Jisoo memang menginzinkan Seokmin untuk menceritakan semua kebusukan dirinya selama ini. Namun, Seokmin tidak menginginkannya. Pria mancung ini ingin menyimpan rapat aib sang istri.

Bagaimana dengan acara curhatnya pada Jun dan Mingyu? Yah, apa mau dikata. Seokmin juga butuh tempat untuk berkeluh kesah, selain Tuhan tentu saja. Ia butuh bantuan serta dukungan. Dan Seokmin merasa hanya dengan melakukan sesi curhat pada Sang Cipta tidak cukup membuatnya tenang. Seokmin butuh dorongan yang lebih kuat lagi. Ia butuh orang-orang di sekitarnya untuk bertahan.

"Seokmin?"

Jisoo mengintip sang suami yang tengah sibuk dengan laptopnya. Pekerjaan cukup menumpuk berkat kepergiannya ke Amerika kemarin. Tugas itu memang didelegasikan. Tapi, ada beberapa hal yang memang hanya CEO-lah yang berwenang.

Melihat sang istri datang dengan membawa secangkir kopi, Seokmin menyambutnya dengan bahagia.

"Duduk sini," pintanya.

Terkadang Seokmin masih merasa tidak menyangka kalau Jisoo sekarang sudah benar-benar berubah. Masih menancap kuat di pikiran bagaimana sosok itu dulunya terus menginginkan Hansol.

"Hng ... Seok, Wonu meminta aku menemaninya mencari kado untuk pernikahan Jun dan Hao besok pagi. Boleh, kan?"

Kembali ke Korea, Seokmin dan Jisoo disambut oleh Jun dan Mingyu. Beserta pasangan mereka masing-masing. Tentu mereka tahu semuanya, termasuk janji apa yang sudah Jisoo ucapkan malam itu.

Asal kalian tahu, saat Jisoo terbangun, Seokmin belum tertidur sama sekali. Ia khawatir Jisoo akan kembali menginginkan Hansol. Jadi ia memutuskan untuk pura-pura tidur dan membiarkan wanita itu terus meracau sendirian mengenai Hansol.

Tanpa Seokmin duga Jisoo malah melafalkan janji bahwa ia akan belajar untuk hanya mencintai sang suami. Seokmin bahagia setengah mati mendengarnya.

"Tentu saja. Kau juga akan membeli kado untuk mereka, kan?"

Jisoo mengangguk kuat. Menyambut uluran tangan Seokmin yang menariknya untuk duduk di pangkuan. "Kira-kira kado apa yang cocok untuk mereka?"

Sekitar satu minggu lagi, pernikahan Jun dan Hao akan segera dilaksanakan. Ada dua sesi, di Korea dan di China. Mau tidak mau Seokmin hanya bisa menghadiri pesta yang diadakan di Korea. Pekerjaannya terlalu menumpuk untuk kembali ditinggalkan.

"Sepertinya tiket pesawat untuk bulan madu bukan ide yang buruk," ujar Seokmin.

Ngomong-ngomong mengenai bulan madu,

"Seok, aku juga ingin bulan madu!"

Seokmin tertawa gemas mendengarnya. Mengeratkan pagutan, Seokmin semakin menarik tubuh kecil Jisoo yang sedari tadi sudah duduk dengan nyaman di atas pangkuannya.

Menyenderkan kepala di bahu sang istri, "kau sudah hamil muda, sayang. Masih ingin bulan madu? Nanti, ya. Kita pastikan dulu kandunganmu benar-benar kuat."

Senyuman Jisoo merekah. Menghadap ke samping kirinya, Jisoo menabrakan hidung mereka. Lalu mengecup bibir suaminya dengan lembut.

"Aku sudah tidak sabar!"

Jikapun Hansol melakukannya padamu hanya untuk berpura-pura, aku yakin inilah sebabnya ia pun tak bisa melepaskanmu begitu saja. Kau terlalu manis untuk dilepaskan.

Kini usia kandungan Jisoo menginjak usia 3 bulan. Melakukan pengecekan secara rutin, akhirnya Seokmin dan Jisoo mendapat titik terang kapan bisa melakukan perjalanan yang cukup jauh. Untuk memenuhi permintaan Jisoo dulu, pergi bulan madu.

SEOKMIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang