21. Luar Kendali

1.4K 175 14
                                    

Jisoo resah.

Jam sudah menunjukan pukul 6 sore, namun Seokmin belum juga tiba di apartemen mereka. Tidak hanya itu, Seungcheol pun menambah kegelisahan Jisoo. Asisten Seokmin tersebut sempat berulang kali menghubungi Jisoo. Menanyakan keberadaan sang atasan karena pertemuan yang sudah dijanjikan akan segera dimulai.

Jisoo semakin kalang kabut dibuatnya. Menghubungi Mingyu dan Jun pun hasilnya nihil. Tidak ada satu orang pun yang tahu di mana keberadaan Seokmin sekarang.

Menjelang malam, hari semakin gelap. Hayun sedikit rewel sekarang. Hatinya semakin risau karena kedua orang laki-laki tersayangnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

Wanita dengan satu orang anak ini tidak hentinya menggendong Hayun. Membawa anak berumur 2 bulan itu ke sana-kemari. Berusaha menenangkan.

Akhirnya ia menyerah juga. Terlalu lelah seharian memasak makanan spesial untuk sang suami, namun yang ditunggu tak juga datang. Tanpa kabar. Jisoo gelisah setengah mati dibuatnya.

Mendudukkan diri di ruang tengah, ia menyalakan televisi di sana. Dengan menggendong Hayun yang belum juga menghentikan tangisannya sejak sekitar setengah jam yang lalu.

Ddrrrr!

Jisoo setengah berlari mendatangi keberadaan ponselnya yang tergeletak di atas meja samping televisi. Tertinggal saat ia mulai menyerah untuk coba menghubungi Seokmin.

Kelopak mata kucing itu melebar, mendapati panggilan sayangnya terhadap Seokmin tertera pada layar ponsel. Hayun appa❤️

"Sayang, kau di mana? Jangan membuatku khawatir! Cepat pulang, kau ingin membuatku mati berdiri, hng?"

"Apa ini dengan keluarga Tuan Lee Seokmin?"

Bukan. Ini bukan suara Seokmin, suaminya. Mendengar suara asing tersebut kening Jisoo spontan mengerucut. Menimbulkan penuh tanda tanya di atas kepala.

"I-iya, ini istri Lee Seokmin. I-ini siapa? Kenapa ponsel suamiku ada padamu?"

Jisoo sungguh berhati-hati saat berucap. Mulai was-was untuk menyambut setiap kalimat yang hendak datang dan menyambangi indra pendengarannya.

Seolah mengerti, Hayun pun mulai tenang dalam dekapan hangat Hong Jisoo. Menggerak-gerakkan tangannya, seakan hendak merebut ponsel itu dari sang mama. Mungkin, bocah itu pun memiliki firasat tak baik apa yang tengah terjadi pada papanya.

"Ah, syukurlah kami menghubungi orang yang tepat." Karena memang, nomor ponsel Jisoo menempati urutan pertama dalam daftar panggilan favorite pada ponsel Seokmin. "Tuan Lee Seokmin baru saja mengalami kecelakaan dan dilarikan ke Hanin Hospital. Untuk di mana ruang rawat Tuan Seokmin, akan segera kami kirimkan."

Mata Jisoo meremang. Kepalanya berdenyut tak teratur. Seluruh tubuhnya mulai mati rasa, hingga rasanya tak sanggup lagi meski sekedar untuk menggendong Hayun.

Maaf, aku melanggar janji.

Jisoo menangis sejadinya. Tak tertahankan hingga Hayun harus berpuas diri hanya dengan tidur dalam pelukan Mingyu.

Mingyu dan Wonwoo menjemput Jisoo di apartemen. Membawa perempuan malang itu untuk menjenguk suaminya yang terbaring lemah di salah satu ruang rumah sakit.

Tak diduga, Jisoo ternyata sudah begitu lemas. Membiarkan Hayun menangis nyaring di sampingnya, tak bisa berbuat apa-apa. Ia sempat tak sadarkan diri dalam beberapa saat.

Jun dan Hao menyusul ke rumah sakit, bersamaan dengan keluarga Lee. Begitu mencemaskan putra semata wayang kebanggaan mereka, hingga juga tak tahan melawan keinginan untuk menangis. Nyonya Lee menjerit di tempat.

SEOKMIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang