Sempat melakukan konsultasi dengan salah seorang dokter di Rumah sakit yang sama dengan tempat Jisoo melahirkan, akhirnya hari ini akan dilakukan tes DNA antara Seokmin dengan putra pertamanya Lee Hayun.
Bahkan anak itu sudah diberi nama, namun Jisoo masih saja meyakini bahwa Hayun adalah hasil dari perbuatannya dengan Hansol.
Lee Hayun adalah nama pemberian kedua orangtua Seokmin yang berarti melodi. Sesuai namanya, mereka berharap anak itu akan menjadi melodi yang dapat menenangkan hati siapa saja yang tengah bersamanya.
Seokmin menyepakati tes DNA dengan melakukan tes pada air liur dan sel-sel epitel rongga mulut. Karena kedua cara ini dianggap paling aman untuk Hayun yang masih sangat kecil.
Kini anak itu memang sudah bisa menyesuaikan diri dengan udara normal di sekitarnya. Hingga sudah diperbolehkan keluar dari inkubator. Bahkan ia akan mendapat izin keluar dari rumah sakit setelah tim dokter yang menangani pasangan ibu dan anak ini meyakini bahwa keduanya benar-benar berada dalam kondisi yang baik.
Menunggu hasil tes DNA keluar memang memerlukan waktu yang cukup lama. Hingga sekarang Jisoo dan Hayun sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit, hasilnya belum juga keluar.
Menatap lekat suasana kota Seoul yang memang selalu padat, Jisoo tersenyum semringah. Ia sudah begitu rindu dengan suasana ramai di tengah kota. Namun, tentu hal yang sangat ia rindukan adalah rasa nyaman di apartemen mereka. Sudah cukup lama pula ia tak bermanja pada sang suami. Mengingat Rumah sakit menyimpan satu kamera CCTV di setiap kamar, ia sedikit malu-malu untuk bermanja ria di sana.
"Pasti kamar kita penuh debu, sudah sangat lama ditinggalkan," ujar Jisoo.
Terkekeh kecil, Seokmin menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. "Kau salah. Apartemen kita bahkan jauh lebih menyenangkan dari sebelum kau dilarikan ke Rumah sakit."
"Kenapa bisa begitu?"
"Lihat saja nanti. Di sini ada begitu banyak orang yang menyayangimu, selain aku tentunya. Mereka sudah menyiapkan pesta kecil untuk menyambut kedatanganmu."
"B-benarkah?"
Senyuman itu semakin meninggi. Mengeratkan pagutannya terhadap Hayun, Jisoo sudah benar-benar tak sabar untuk sampai di apartemen dan melihat sendiri pesta kecil seperti apa yang dimaksudkan oleh suaminya.
Sebelum sampai di apartemen, mobil yang ditumpangi oleh Seokmin dan Jisoo berhenti di depan sebuah butik.
"Ayo turun," perintah Seokmin.
Dengan keheranannya, Jisoo mengikuti langkah Seokmin perlahan. Memegangi lengan laki-laki itu dengan erat, kening Jisoo mengerut mendapati sebuah gaun sebatas lutut berwarna pink peach yang cantik. Langsung terlihat begitu memasuki butik.
"Masih ingat dengan salah satu gaun rancanganmu di buku gambar?" Tanya Seokmin, selagi membalas genggaman tangan Jisoo. "Aku sengaja membawa rancangan itu ke sini dan meminta mereka untuk mewujudkannya. Dan inilah hasilnya. Apa kau suka?"
Mata Jisoo berbinar cerah menyambutnya.
Mengambil alih gendongan Hayun, Seokmin mempersilakan Jisoo untuk mendatangi gaun itu dan mencobanya.
Saat masa mengandung Hayun, Jisoo hampir mati bosan karena ia tidak diperbolehkan terlalu banyak melakukan aktifitas (karena Jisoo cukup sering mengalami pendarahan). Untuk itu ia menghubungi Seokmin agar mau membelikan sebuah buku gambar dan peralatan lengkap lainnya untuk mengisi waktu luang.
Jisoo membuat beberapa rancangan gaun yang begitu cantik. Selain itu, ia juga membuat kemeja serta jas yang menurutnya sangat pas untuk tubuh besar Seokmin. Pakaian-pakaian lucu untuk sang cabang bayi. Dan sketsa dasar seorang pria dan wanita yang tengah berciuman.
Dalam sehari Jisoo bisa menghabiskan beberapa halaman buku gambar. Ia seakan menemukan hobi baru berkat masa kehamilan.
Setelah beberapa saat memasuki ruang ganti, Jisoo keluar dengan mengenakan gaun itu. Saat Jisoo tertidur pulas, secara diam-diam Seokmin mengukur tubuh istrinya. Memang didominasi oleh perkiraan. Namun tanpa disangka ukurannya begitu pas dengan tubuh Jisoo yang memang sedikit mengalami penambahan berat badan akibat masa mengandung.
Lagi-lagi Seokmin jatuh cinta dibuatnya. Sesaat tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, Seokmin tersenyum lembut mengagumi bagaimana Tuhan mempersembahkan makhluk seindah Jisoo untuk menemani hari-harinya.
Mengayunkan tangan tepat ke hadapan Seokmin yang masih terpaku, bibir Jisoo mengerucut lucu. "Hey, sayang," tegurnya. "Apa ini terlihat aneh? Apa gaun ini terlihat sangat muda untuk ibu satu anak sepertiku?"
Terperanjap, Seokmin menggeleng perlahan. Meraih pinggang Jisoo lalu memberikan sebuah ciuman lembut di kening istrinya. "Tidak, kau nampak sangat cantik dengan gaun itu."
Seokmin takkan pernah menyesal menikah dengan Jisoo. Meski disakiti berkali-kali pun, ia tak peduli. Melihat senyuman wanita itu adalah sebuah penghidupan baginya.
"Kalau begitu kita pulang sekarang. Mereka sudah menunggu kita cukup lama."
Sampai kapan pun, aku takkan pernah menyesal.
"Selamat datang kembali di apartemen, Lee Jisoo!" pekik semua orang yang berhadir di sana.
Kedua orangtua Seokmin dan Jisoo serta kedua sahabat Seokmin bersama keluarga kecil mereka masing-masing sudah merias apartemen itu sebisanya. Cukup meriah untuk ukuran pesta kecil yang diakan secara dadakan. Karena memang, Jisoo pulang hari ini secara mendadak.
Tadinya Seokmin meminta Jisoo agar bertahan di sana setidaknya sampai besok. Agar dokter benar-benar bisa memastikan kondisi Jisoo dan Hayun. Namun, Jisoo bersikukuh hendak pulang hari ini juga. Dia sudah tidak tahan dengan aroma obat-obatan yang begitu menyengat di Rumah sakit.
Menutup mulut dengan kedua tangannya, mata Jisoo membulat sempurna melihat kedua orangtuanya turut berada di sana. Tidak disangka sama sekali. Sebelumnya Tuan dan Nyonya Hong sempat memberi kabar bahwa pekerjaa di sana tidak bisa ditinggal sedikit pun.
Hingga pesta kecil itu berakhir, Jisoo tak hentinya menyinggungkan senyuman. Ia begitu senang bisa disambut hangat oleh orang-orang tersayang. Dan yang terpenting, sekarang ia tak lagi merasa ragu untuk bermanja-manja dengan Seokmin.
Bersandar pada dada telanjang Seokmin, Jisoo tak hentinya meracau tentang aktifitasnya selama tinggal di rumah sakit dan ditinggalkan Seokmin untuk bekerja di kantor. Jisoo mendatangi kamar khusus anak-anak dan mengajak mereka semua bermain.
Kemampuan Jisoo dalam bermain gitar tentu tidak disia-siakan. Memainkan gitar yang ada di sana, Jisoo menyanyikan beberapa lagu anak-anak untuk menghibur mereka. Tawa anak-anak itu membuat Jisoo semakin bahagia dan terus tersenyum. Mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan padanya.
Ddrrrrr!
Masih asik dengan acara bermanja rianya, elusan pada sela-sela jari Seokmin terhenti begitu mendengar ponsel suaminya yang ada di atas nakas bergetar.
Mengambil ponsel itu,
"Selamat malam, apa benar ini dengan Tuan Lee Seokmin?"
"Ya, benar," sahut Seokmin.
"Kami dari pihak rumah sakit, Tuan. Bukankah beberapa minggu lalu Tuan melakukan tes DNA? Sekarang hasilnya sudah keluar. Anda sudah bisa mengambilnya."
Bukan aku tak percaya, tapi ini cara terakhir agar kau berhenti mengingatnya. Tidak salah, kan?
🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶
SEOKMIN
18. Pesta Kecil - 12.10.2018🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶
Preview next chapter:
"Entah. Apa kau mau sekarang? Aku juga sudah sangat merindukan sentuhanmu, Lee Seokmin."
▪️▪️▪️
KAMU SEDANG MEMBACA
SEOKMIN (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Banyak yang bilang kalau cinta pertama itu tidak akan pernah berhasil. Berbanding terbalik dengan Lee Seokmin yang begitu meyakini cinta pertamanya, Hong Jisoo. Merelakan Jisoo yang telah berstatus sebagai istri sahnya untuk...