11. Sejuta Kenyataan

867 164 48
                                    

Jun dan Mingyu kembali mendatangi apartemen Seokmin, sehari sebelum pernikahan berlangsung. Hanya untuk meyakinkan si laki-laki bangir, apakah akan tetap melanjutkan pernikahan tak waras ini, atau tidak. Dan tentu kalian tahu bagaimana jawaban Seokmin.

Kedua sahabat Seokmin itu hanya bisa menghela napas panjang dan mulai pasrah. Selama berbulan-bulan keduanya sudah berusaha semaksimal mungkin agar Seokmin mau mempertimbangkannya lagi, mengingat segala kesakitan selama bersama Jisoo yang bahkan belum menjadi miliknya. Telah gagal.

Kata mereka, belum resmi saja kau sudah semenderita ini, Seok! Bagaimana kalau kau sudah sah menjadi suaminya? Kau akan mati berdiri, nanti! Dan, Seokmin hanya terkekeh sebentar mendengarkan racauan keduanya.

Pemuda bangir itu kembali mencoba untuk meyakinkan kedua sahabatnya, "Jisoo itu gadis yang baik. Hanya saja, dia dibutakan oleh cinta. Sama sepertiku. Bukankah kami begitu mirip?"

"Hahaha!" Jun tertawa nyaring. "Kau benar-benar lucu, Seok! Ya, kalian berdua mirip. Saking miripnya, aku jadi ingin menebas kalian berdua hidup-hidup!"

"Hey, ayolah... Aku butuh dukungan kalian untuk tetap bertahan."

"Dan jujur saja, aku tidak akan memberikanmu dukungan sama sekali jika wanita tak punya hati itu terus menyiksamu setelah pernikahan nanti," balas Mingyu.

"Kalian tahu? Entah kenapa firasatku bilang, Jisoo akan berubah setelah kami menikah."

Tidak, aku berbohong mengenai ini. Hanya untuk menenangkan kedua sahabatku, tidak lebih.

Langit begitu cerah hari ini. Bersamaan dengan gemuruh di dalam dada Seokmin, ia terlebih dahulu melangkah masuk. Riuh tepuk tangan para undangan menyambut. Semakin nyaring, hingga ia mulai menginjakan kaki untuk menapak satu persatu anak tangga kecil.

Tidak berselang lama, gadis pujaannya masuk. Wajah putih bersihnya nampak jauh lebih bercahaya dari hari biasa. Bukahkah wajar jika Seokmin begitu memujanya? Hong Jisoo telah membuat kagum puluhan pasang mata yang menyaksikan upacara pernikahan keduanya hari ini.

Banyak yang bergumam bahwa Seokmin beruntung bisa menikah dengan wanita secantik Jisoo. Banyak yang berkata kalau Seokmin pasti sangat bahagia bisa memiliki istri semanis Jisoo. Banyak yang yakin kalau kehidupan Seokmin setelah pernikahan nanti, akan damai berkat kehadiran Jisoo.

Hingga janji itu tersampaikan pada Tuhan, dada Seokmin terasa semakin perih. Entah bagaimana ke depannya, ia sungguh mengkhawatirkan itu.

Tapi, Jisoo berhasil melumpuhkan kesakitan Seokmin. Bersamaan dengan senyum gadis itu yang mulai terukir, Seokmin kembali mendapat keyakinan bahwa kelak, ia pasti bisa membahagiakan sang istri.

Membelakangi para undangan, Jisoo melemparkan bunga yang sedari tadi ia pegang. Membuat riuh mereka yang memang mengincar bunga itu. Karena mereka bilang, ingin cepat menyusul.

Menyalami para undangan satu persatu, akhirnya Seokmin dan Jisoo telah menyelesaikan tugas hari ini. Sudah terlalu lelah untuk sekedar mencegah mata agar tak tertutup rapat, Seokmin bisa mendengar dengan jelas bagaimana cerianya Jisoo menyambungkan panggilan telepon pada Hansol. Bercerita kalau pernikahan telah berlangsung dengan lancar.

Seokmin memang menutup matanya, namun ia membuka lebar kedua telinga. Mendengarkan kalimat apa yang sedang Jisoo ucapkan di sana. Membuat pemuda ini meringis perih. Ini malam pertama kita. Setidaknya, bisakah kau menghargai perasaanku barang sedikit saja? Seokmin mengeluh.

"Seok? Apa kau sudah tidur?"

Jisoo mulai mengajak Seokmin bicara setelah beberapa saat memutuskan panggilan telepon. Mengulum bibir bawah, ia mendekati sang suami.

SEOKMIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang