Love in Dubai REVISI

2.9K 109 0
                                    

Tubuh Basant terpaku sejak tadi, masih duduk di tepi sebuah ranjang berukurang king size. Jantungnya tak dapat dikontrol, walaupun sudah begitu sering dirinya berusaha.

"Ayo Sa, lo pasti bisa. Sekarang dia suami lo, atau dia tuan lo yang udah ngebeli tubuh lo seutuhnya," ucapnya lirih. Tak terasa air mata mengalir, saat dirinya mulai merasakan betapa pahit nasib dirinya.

Crek ....

Suara pintu dibuka, sosok lelaki bertubuh tegap. Dengan jas putih yang melekat ditubuh sempurnanya. Basant tak mampu berkedip saat tubuh lelaki itu terus berjalan menghampirinya.

Deg ... deg ... deg.

Suara jantung Basant bertalu, begitu pula dengan Farlan. Ada rasa bahagia yang tak mampu diungkapkan saat Farlan menatap gadis hilangnya, yang kini telah resmi menjadi istri sahnya.

"Kamu, kenapa masih saja duduk di sana?" mendengar suara lelaki itu, sontak membuat Basant berdiri dengan refleks membuatnya hampir saja jatuh karena kakinya yang tersangkut gaun indahnya.

"I-iya," ucapnya dengan lirih.

"Kemarilah," suara Farlan terdengar seperti sebuah perintah yang membuat Basant tak berkutik untuk menolak.

"Ada apa-" belum selesai Basant melanjutkan ucapannya, tangan Farlan sudah mengalung dipinggang ramping Basant, dengan sekali hentakan tubuh mereka kini sudah tak berjarak.

Deru nafas keduanya kini mendominasi, baik Farlan maupun Basant masih tetap diam tak bersuara. Hanya ada alunan detak jantung keduanya dan harmoni hembusan nafas keduanya yang saling bersahutan.

"Apa kau siap malam ini memuaskanku?" bisik Farlan tepat ditelinga Basant, membuat bulu kuduknya meremang.

"A-apa maksudmu?"

"Apa kau tidak tau maksud ucapanku?" Basant langsung menggelengkan kepalanya dengan wajah yang masih menunduk.

Dengan tangan kanannya, Farlan mengangkat wajah Basant agar menatapnya, dengan tangan kiri yang masih dipinggangnya.

"Malam ini, kau harus memuaskanku dengan tubuhmu itu." bola mata Basant langsung membulat, dengan rona merah diwajahnya yang langsung membuat senyum Farlan semakin mengembang karena berhasih membuat istrinya malu karena dirinya.

"A-aku ... tak bisa," ucap Basant lirih, dengan kedua tangannya yang masih berusaha melepaskan pelukan Farlan.

"Kau tak bisa menolak, sebab ini adalah kewajibanmu. Tuhan tak akan memaafkan istri yang menolak suaminya," skak mat. Ucapan Farlan benar-benar membuat Basant tak mampu mencari alasan lainnya.

Dengan lembut tangan kanan Farlan menyusuri kulit wajah Basant yang halus dan mulus tanpa ada satupun jerawat di wajahnya.

Bibirnya mendekat, dengan kecupan halus. Wajah cantiknya menyusuri tiap inci wajah Basant. Dikecupnya telinga Basant dengan henbusan nafas yang mumburu, lalu beralih ke arah pipi kanan, merambat lambat ke arah hidung, dikecup perlahan selama beberapa detik. Sedang gadis yang kini tengah dikecupnya hanya mampu menahan nafas, dengan derup jantung yang terus bertalu.

Tubuhnya menegang, dengan wajah yang memanas. Kecupannya beralih ke pipi sebelah kiri, lalu merambat ke ujung bibir. Dengan kekuatan yang masih dimiliki, Basant langsung mendorong dada bidang Farlan dengan cukup keras. Namun naas, sebab perlakuannya justru membuat Farlan kini berhasil membawa tubuh Basant ke atas ranjang. Tubuh langsingnya kini telah berada diatas tubuh Farlan, dan posisi Basant kini telah membuat sesuatu berdiri di bawah sana.

Sekuat tenaga Basant berusaha bangkit, dari posisinya. Tapi tangan Farlan yang masih melingkari pinggangnya serasa ular yang melilit ditubuh mangsanya yang begitu keras dan kencang.

Dengan sekali gerakan kini posisi Basant telah berada di bawah tubuh Farlan. Mata Basant langsung terbelalak, saat tubuh Farlan benar-benar telah menindihnya. Perlahan tangan kiri Farlan menggelitiki leher Basant, dengan senyum mengembang dan mata sebiru langit cerah yang menatapnya dengan nafsu.

Bibirnya kini telah melumat dengan rakus bibir Basant, dan Basant langsung membuka mulutnya dengan harapan bisa mendapatnya nafas. Namun hal itu justru membuka akses Farlan untuk memasukkan lidahnya dan menyusuri inci kenikmatan mulutnya. Lidahnya terus bergerak, dengan lidahnya, menyalurkan salivanya di mulut Basant dan menukarnya dengan gerakan yang memabukkan.

Perlahan lenguhan terdengar dari mulut Basant yang masih setia dilumatnya dengan rakus, sedikit menggigit bibir bawah Basant membuat gadis itu meringis kesakitan namun ada sebuah getaran membuatnya perlahan menghentikan rontaannya.

Jari jemari Farlan terus menyusuri lehernya dan kini telah berada di dua gundukan kenyal berukuran besar, jarinya mengelus dan meremas dengan irama lenguhan Basant yang hanya mampu menerima serangan Farlan yang memabukkan.

Gaun yang dikenakan Basant kini telah berada di lantai, entah kapan dan bagaimana kain yang membalut tubuhnya itu bisa terlepas. Kini tubuh bagian atasnya telah sempurna terekspos. Mata keduanya kini tengah beradu pandang, dengan tatapan penuh gairah, dan wajah Basant yang telah merona merah dengan deru nafas yang terengah-engah karena serangan Farlan yang tengah mempermainkan gunung kembarnya dengan lincah.

Sesekali remesannya berubah menjadi usapan halus yang menggelitik bulu-bulu tubuh Basant. Namun dengan cemas elusannya berubah menjadi remasan kasar, Basant hanya mampu meringis dengan bibir bawah yang di gigit sesikit. Sikap Basant justru membuat Farlan yang baru saja melepas bibir ranum itu kini justru kembali melumatnya dengan rakus.

Tangan kirinya menyusuri bagian selangkangan Basant yang masih menggunakan cd putih. Dengan lihay jarinya telah melepaskan satu-satunya kain yang menutupi tubuh bagian sensitif Basant. Mata Basant yang tengah tertutup langsung melotot dengan pekikan yang tertahan sebab mulutnya yang masih tersumpal bibir Farlan. Farlan seakan tak ingin memberi waktu Basant untuk istirahat, dengan gerakan cepat, jarinya kini tengah mempermainkan bagian sensitiv,

"Uh ...." Basant kembali melenguh karena perlakuan Farlan yang menggesek-gesekkan jarinya di bagian itu. Dua jarinya terus digesek-gesekan dengan bibir yang kini telah menikmati gunung kembarnya, lidahnya mengelitik liar, giginya menggigit gemas membuat Basant kembali melenguh karena sensasi yang baru saja dirasakannya.

"Ah ... Farlan ...." senyum mengembang di bibir Farlan saat Basant memanggil namanya.

"Terus panggil namaku sayang, kini aku milikmu dan kamu akan menjadi milikku seutuhnya." suara Farlan yang serak karena hasratnya yang telah sampai ubun-ubun membuat Basant bergidik.

Semua kini telah terjadi, penyatuan dihadapan Tuhan, dan bersatunya kedua tubuh yang telah lama berpisah kini telah bersatu tanpa bisa dipisahkan.

Namun kenikmatan yang tengah direngkuh keduanya kini justru akan membawa mereka kesebuah bencana yang entah mampu mereka selesaikan atau justru membuat keduanya terjebak didalamnya.

Love In DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang