Love in Dubai REVISI

2.8K 124 0
                                    

Jika nyawa dibayar dengan nyawa
Lalu apakah hutang harus dibayar dengan pernikahan?

Alunan melodi klasik menyambut Cinderella yang baru saja datang. Ya Basant, gadis sederhana itu kini berada ditengah podium. Ruangan seluas setengah lapangan bola GBU.

Tubuhnya seperti seekor semut merah yang kecil dan tak bermakna, ditengah gunung gula pasir. Perumpamaan yang aneh sepertinya. Namun itulah yang dirasakan Basant, hanya ada Ibu, Ayah, dan adik semata wayangnya yang ia kenal. Selebihnya ia hanya mengetahui mereka dari kabar di tv-tv. Orang-orang yang bahkan tak pernah ia mimpikan akan berjumpa apalagi sampai bersalaman dengan ramah menyapanya.

"Kamu sudah besar Sasa? Masyaallah jamilah," lelaki sepantaran ayahnya Basant datang menghampiri dan langsung memeluk Basant dengan erat.

Mendapat perlakuan itu secara tiba-tiba, tubuh Basant langsung menegang. Keringat dingin bercucuran dipelipisnya. Ia begitu ketakutan.

"Apa dia ayah bangkotan yang bakal jadi suamiku? Ya Allah, apa tidak ada yang lebih muda da Engkau jodohkan untukku? Ganteng sih, tapi gak berarti anaknya juga ganteng kayak ayahnya. Buktinya nikah aja pake dijodohin. Pasti jelek banget." Keluhnya dalam hati. Dengan tubuh bergidik ngeri.

"Sa, kenalin ini Pak Wibisono ..." Ayah Basant memperkenalkan, sedang Basant hanya mampu tersenyum muram.

Para tamu terlihat elegan dengan balutan gaun-gaun mewah dan Toksedo yang mereka kenakan. Sudah bisa digambarkan berapa dolar yang harus mereka rogoh demi menghadiri pesta tersebut.

Ayah dan ibu terlihat berbincang akrab dengan ayah calon suaminya, juga Sunshin yang sejak tadi menghilang entah kemana bersama dua lelaki muda tampan.

Basant hanya terdiam dan memperhatikan mereka yang bahagia di atas deritanya. Ia terus membayangkan apa yang akan terjadi setelah pesta pernikahan ini berakhir? Bagaimana ia akan mampu menjadi istri dari lelaki jelek berperut buncit, berkepala botak. Walau ia sendiri tak pernah berpapasan langsung,  namun tetap saja dia itu JELEK.

Ingin berkata kasar namun takut mama marah. Nasi sudah jadi bubur. Walau bubur seporsi sepuluh ribu.

"Perhatian-perhatian ..." terdengar suara Wibisono memecah keramaian dari gelak tawa dan perbincangan para tamu. Hening kini menyelimuti, membuat bulu kuduk Basant meremang.

"Inikah akhirku?" gumamnya dalam hati.

"Saudara-saudara, teman, dan juga sahabat saya tercinta Abimanyu. Beliau adalah sahabat saya sejak sekolah, dan kami merintis bisnis bersama. Walau pada akhirnya benua memisahkan kami-" Wibisono menghentikan ucapannya lalu menghampiri ayah Basant, Abimanyu, "dan setelah lebih dari lima belas tahun, kami kembali dipertemukan dan akan dipersatukan dalam jalinan kasih selamanya. Saya dan sahabat saya akan menikahkan kedua anak kami dan menyatukan kembali bisnis kami." Suara tepuk tangan menyambut akhir dari kalimat Wibisono, dan membuat Basant termenung kembali.

"Mari putraku, semua menunggumu." jantung berdetak cepat saat Wibisono memanggil calon suaminya.

"Farlan Abiapto Wibisono-"

Love In DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang