Love in Dubai REVISI

4.1K 155 2
                                    

Sinar mentari menyeruak mencoba membangunkan Bansat dari balik tirai kamar. Warna kuningnya selalu membuat harinya dimulai dengan senyuman. Namun, pagi ini terasa berbeda. Basant hanya mampu menunduk malu pada pantulan cermin, saat menatap pantulan wajahnya yang sembab akibat menangis semalaman. Baru pukul tiga dini hari matanya bisa terpejam.

"Pagi Sant, satu jam lagi akan ada mobil yang menjemputmu ke butik." suara ayah memecah keheningan di meja makan.

"Basant ada kuliah yah, jam sebelas nanti." Tatapan ayah langsung beralih dari koran yang tengah dibacanya. Tatapannya begitu menajam menatap, ia hanya mampu menunduk dengan debaran jantung yang memompa cepat.

"Maaf," Bansat berucap lirih tanpa mampu menatap mata ayah.

"Urusan kuliah biar ayah urus nanti. Kamu sekarang fokus saja dengan resepsi pernikahan yang hanya tinggal dua minggu lagi-" tanpa bisa Basant cegah air matanya kembali mengalir, mendengar ucapan ayah.

Diamana ayah yang dulu? Yang selalu memanjakan dan penuh kasih sayang. Dimana ayah yang selalu melindunginya, menjaganya dan tak pernah menatapnya dengan emosi?

Kini ayah begitu berubah, ayah yang berada dihadapannya bukan lagi ayahnya yang dulu.

Sekalipun Basant tak pernah merasakan penyesalandalam hidup yang ia jalani. Walau ia bukanlah anak yang terlahir dalam lingkup kekayaan keluarga. Namun ia selalu merasa cukup dengan apa yang ia dapat dan apa yang diberikan kedua orang tuanya.

Ia mengingat saat dirinya masuk kelas dua SMP, ayahnya terlilit utang karena penipuan sahabatnya. Bayu harus menanggung hutang yang dipinjam temannya pada sebuah Bank atas nama dirinya. Lalu temannya justru kabur dengan membawa semua uang pinjamannya dan meninggalkan Bayu dengan hutang hingga lima belas milyar. Alhasil bengkel satu-satunya tempat ia mencari nafkah harus disita beserta rumah tempat tinggal mereka.

Kesulitan itu hanya berlangsung kurang dari satu bulan lamanya. Karena setelahnya kehidupan keluarga Basant terlihat kembali normal. Basant kembali ke sekolah dengan tenang tanpa harus mendengar bullian dari teman-temannya atas disitanya rumah yang ia tempati.

Bayu pun kembali merintis bengkel kecil-kecilan dengan membuka di depan rumah barunya yang tak terlalu besar seperti rumah sebelumnya. Namun penghasilannya tetap bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Hingga rumah tersebut pun bisa ia beli.

Lamunan Basant terhempas begitu saja, saat seseorang bertubuh tegap berdiri di hadapannya.

"Mari nona, silahkan naik." Lelaki itu membukakan pintu mobil mewah berwarna silver. Basant tak pernah memperhatikan merk ataupun model mobil-mobil mewah yang selalu berlalu lalang di negara kaya raya itu. Namun jelas ia pun terkesima melihat kemewahan mobil yang ia tumpangi sekarang.

Tak pernah terpikir jika ia akan berada didalam sebuah mobil mewah yang begitu nyaman ditumpangi.

"Sorry, where you go now?" aneh bukan? Ia yang tinggal di negara yang mewajibkan berbahasa Inggris, justru tak pasih berbahasa dunia itu.

"Kita akan ke butik, nona." Basant hanya cengo saat lelaki itu justru menjawabnya dengan bahasa Indonesia yang kental.




Love In DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang