Love in Dubai REVISI

2.4K 109 2
                                    

Tubuh ramping itu termenung menatap indahnya matahari terbenam dari balkon hotel. Wajahnya masih terlihat sembab, karena terus menerus menangis sejak ia bangun. Bahkan tubuhnya hanya menggunakan bathrobe karena malas menggunakan pakaian.

"Begitu indah senyummu, andai aku masih bisa tersenyum sepertimu," keluhnya, dengan menghembuskan nafas perlahan.

Hingga pukul sembilan malam, tak terlihat tanda-tanda kehadiran Farlan. Basant merasa semakin hancur, apakah pernikahannya hanya berlangsung satu malam saja?

Pertanyaan bodoh yang terus diutarakan pada dirinya sendiri itu membuat nafasnya semakin sesak. Dengan gontai dirinya berjalan menuju lemari pakaian dan membukanya. Diambilnya beberapa helai pakaian yang entah siapa memindahkannya dari apartemennya ke kamar hotel ini. Tak perlu waktu lama kini koper kecil itu telah penuh dengan pakaian dan beberapa perlengkapan lainnya, setelah merasa dirinya sudah siap pergi. Basant membuka pintu kamar, namun telah ada seseorang yang lebih dulu membukanya, membuat daun pintu itu mengenai keningnya.

"Aduh," rintihnya dengan tangan kanan mengusap kening yang terkena pintu.

"Kamu ngapain di situ? Dan itu apa?" bukan menanyakan keadaan Basant, Farlan justru sibuk bertanya.

"Aku mau pulang karena-" ucapannya terhenti saat benda kenyal kini telah membungkam mulutnya. Farlan langsung melumat ganas bibir Basant, seakan tak pernah ingin mendengar setiap kata yang akan diucapkan Basant.

Basant sempat berontak tangannya terus mendorong, tapi jelas tenaga Farlan sangat kuat dan Basant tak akan mampu untuk menolak dan memberontak.

"Siapa yang mengijinkanmu pergi dariku, heh?" mata merah karena menahan amarah melotot menantang tatapan Basant yang berkaca.

"Tempatmu adalah disisiku. Kamu milikku dan selamanya akan menjadi milikku."

Love In DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang