Love in Dubai REVISI

2.3K 99 1
                                    

Setelah penolakan yang dilakukan Basant padanya, Farlan tak lagi mengunjungi istrinya. Bahkan ia tak perduli dimana istrinya kini berada. Dirinya merasa terhina dengan sikap Basant, yang menurutnya tak masuk diakal, bahkan jelas Basant menginginkan lebih. Saat dirinya menyentuh kulit halusnya, bahkan Basant rela memberikan keperawanan padanya. Tapi mengapa, disaat ia merasa semuanya berjalan lancar gadis itu justru menolaknya pada saat yang tak tepat?

Tak bisa dipungkiri, jika dirinya begitu merindukan gadis itu. Bahkan matanya tak pernah lepas dari foto Basant yang menjadi walpaper di komputernya.

"Bagaimana kabarmu?" gumamnya dengan tangan mengelus foto gadis dibawah hujan salju mengenakan sweater tebal berwarna orange.

"Bagaimana kabarmu?" gumamnya dengan tangan mengelus foto gadis dibawah hujan salju mengenakan sweater tebal berwarna orange

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kenapa kau menolakku? padahal aku sangat mencintaimu." dengan gerakan kasar tangannya menjambak rambut tebalnya dengan gusar.

"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Setiap hari, setiap detik. Bahkan setelah lima belas tahun berlalu. Apa kau lupa dengan janjiku? Tapi aku tak pernah lupa," tangannya langsung mengacak-acak semua proposal yang berada di atas meja.

Bugh ....

Tangannya memukul meja yang terbuat dari kayu jati itu, seakan tak merasakan sakit, di bantingnya kursi yang tadi didudukinya. Belum merasa puas dengan pelampiasan kini giliran komputer itu yang menjadi sasaran. Di lempar dan diinjaknya hingga tak lagi berbentuk.

Mendengar suara gaduh di ruang CEO, Anggi sekretarisnya langsung datang menghampiri. Namun belum juga bertanya, Farlan sudah lebih dulu menghardiknya.

"Kenapa kau kesini? Pergi!" tanpa ingin mendapat masalah lebih lanjut, Anggi langsung kembali keluar dan menutup pintu dengan hati-hati.

"Ada apa?"

Deg

Suara Wibisono yang Tengah berdiri di belakangnya mengagetkan Anggi.

"A ... anu pak, itu Mr Farlan di dalam," tak melanjutkan kata-katanya justru Anggi menunjuk pintu yang tertutup.

Merasa penasaran, Wibisono langsung masuk ke dalam. Dirinya langsung terperangah, saat melihat isi kantor putra keduanya yang lebih mirip kapal titanik yang 3x terjungkal.

"Apa kau sudah selesai?" pertanyaannya membuat Farlan yang tengah menginjak-injak komputer terhenti. Dengan malas ia membalikkan tubuhnya dan menatap ayahnya.

"Jika belum, ayo kita lanjutkan."

Bugh ....

satu tinjuan mengenai pipi kiri Farlan yang tak sempat dihindarinya.

Keduanya saling menyerang dan menghindar. Seperti dua lelaki yang tengah memperebutkan medali di atas ring boxing.

Hingga keduanya terduduk di atas sofa dengan nafas tersengal-sengal, "Apa yang terjadi, sun?" mata Wibisono masih tertutup karena rasa lelah yang menghinggapinya.

"Kenapa Dad menikahkan aku dengan gadis yang membenciku?" suaranya terdengar bergetar.

"Menangislah," bukan jawaban yang didapat, justru Wibisono menarik bahu putranya agar mendekat dan bisa menjadi curahan rasa sesak yang diderita Farlan.

Tanpa perlu komando dua kali, Farlan menangis dengan bahu sang ayah menjadi tumpuannya. Untuk sebagian orang, lelaki menangis adalah lelaki yang lemah. Namun, mereka tak tau jika lelaki yang menangis adalah lelaki yang memiliki kasih sayang yang besar.

"Dia tak mengenalmu, Sun. Jadi buatlah dia mengenalmu dan mencintaimu. Hingga ia tak mampu berpaling darimu." ucapan Wibisono terdengar sederhana. Namun, saat ucapan itu terdengar oleh Farlan. Ia langsung duduk tegap dan memandang ayahnya dengan pertanyaan yang saat jelas di matanya.

"Iya, dia tak mengetahui siapa kamu. Jadi jangan menyalahkannya, bahkan ia tak tau soal  pernikahan-"

"Kenapa Daddy tak memberitahu ku dari awal?" sebelum Wibisono menyelesaikan kata-katanya, Farlan langsung memberi pertanyaan yang justru membuat ayahnya itu tergelak tawanya.

"Kau ini lucu, ia kehilangan ingatan masa kecilnya. Jadi bagaimana ia tau siapa dirimu?" wajahnya menatap Farlan serius,

"jangan sakiti dia, dia gadis yang baik dan aku sangat menyayanginya," dengusan terdengar. Farlan merasa cemburu dengan kata-kata ayahnya.

"Apa kau cemburu padaku, Sun?" Farlan hanya diam tak menjawab pertanyaan ayahnya.

"Sekarang pergilah, kau datangi istrimu. Dia ada di rumah saat ini, minta maaflah karena sikap bancimu yang meninggalkan pengantinnya di saat honey moon-nya," tanpa berpamitan Farlan langsung berdiri dan berlari menuju pintu. Sedang Wibisono hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Farlan yang begitu mirip ia dahulu.

Seharusnya aku tak melakukan ini padamu, Sun. Tapi ia gadis yang baik. Ia patut menuntunmu menjadi lebih baik dalam semua hal. Dan daddy sangat tau, jika kamu begitu mencintainya sejak dulu. Maaf karena daddy baru mempertemukan kalian sekarang,

Ucap Wibisono dengan tangannya yang menyalakan sigaret.

Love In DubaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang