2

1.1K 111 8
                                    




"Jahat banget lo ninggalin dia di kelas sendirian." ujar Sujeong.

"Nggak sendirian bego, udah kaya kacang goreng tuh fansnya. Mending makan bakso disini daripada mati kehabisan nafas disana."

Gue melahap bakso favorit gue ini sambil ngelihatin ke kanan kiri. Tumben sepi banget. Usut punya usut cewe-cewe nggak ngantin karena pada ngumpul di depan kelas gue. Ini pasti gegara mau ngelihat si Xukun Xukun itu. Hhhh.

"The Next Guanlin kali itu Cai Xukun." ujar Mijoo.

"Nah, gue juga mikir gitu." timpal gue.

Gue kasih tahu ya. Guanlin itu seonggok manusia dari China yang jadi pangeran berkuda putih di sekolah ini. Baru MOS aja nggak cuma seangkatan gue yang suka, kakak kelas juga pada nempel-nempel.

Kelas 10 dulu dia jadi temen sebangku gue. Bikin gue juga harus sabar menghadapi fans-fans nya yang suka cemburu ke gue. Untung femes gitu dia nggak songong orangnya, ya kadang songong sih tapi tetap asyique.

Sayangnya naik ke kelas 11 ini Guanlin harus balik ke negaranya karena bapaknya udah nggak tugas disini. Yha jadi kangen kan gue sama dia. Kangen gebukin dia, kangen ngambil foto-foto aib dia, kangen kerja kelompok bareng.

"Anehnya lo selalu kebagian duduk sama cowo-cowo kaya gitu ya Nay."

"Gue juga bingung kenapa bisa."

Mijoo menyentil dahi gue. "Harusnya lo tuh bersyukur dikelilingi cowok-cowok gans macam itu."

"Alah, bilang aja lo kepingin."

"Iya dong, siapa juga yang nolak?!"

Sahabat-sahabat gue ini ternyata juga nggak kebal sama pesona flower boy sekolah. Tapi gue bersyukur mereka nggak se lebay cewe-cewe yang masih setia berdiri di depan kelas gue. Coba mereka ikut-ikutan, bisa-bisa gue sendirian di kantin.

Lagipula sebenernya apa sih bagusnya cowo-cowo kaya gitu? Mau kak Qin Fen yang udah lulus, Lai Guanlin yang udah pindah, ataupun Cai Xukun yang baru dateng ini semuanya nggak ada istimewa istimewanya menurut gue.

Kecuali satu orang, dan orang itu baru saja masuk ke kantin melewati meja kami.

"Nay nay, Donghan tuh."

"Iya tahu jan keras-keras."

Gue langsung pura-pura makan pelan-pelan, jaim gitu. Eh eh dia malah mendekat ke meja kami.

"Hai Nay, hai Sujeong, hai Mijoo."

"Hai Donghan." sapa balik Sujeong dan Mijoo. Gue? Gue cuma bisa membeku di tempat.

"Wah, kangen sekelas sama kalian nih."

"Kita juga Han."

Hmmm, nggak kangen sama gue aja? Kangen sama Lee Naya gitu.

"Yaudah gue balik dulu ya, disuruh pak Aron ngurusin berkas lomba nih."

"Iya, Han. Tiati ya lo." ujar Mijoo.

"Traktir kita kapan-kapan."

Donghan tersenyum, manis banget sumpah. "Boleh deh, gue traktir ya besok-besok."

"Asik, baik banget lo Han."

Sekali lagi Donghan tersenyum lalu pergi dari kantin. Meninggalkan gue dengan jantung yang berdetak tidak karuan.

"Nay, nay sadar nay." Sujeong mengguncang bahu gue.

Gue mengelus-elus dada sambil masih melihati sisa-sisa kepergian Donghan.

"Makannya, kalo suka tuh ngomong. Kasih kode aja nggak pernah." cablak Mijoo.

"Woy, lo pikir ngomong atau kasih kode gampang? Gue ketemu kek gini aja udah pengen mampus."

"Yaudah Naya sayang, berarti lo harus sabar kalo emang dia nggak peka."

Ya gue strong kok.




***
-tbc-

***



Pramukanya agak nantian ya, kan aku dah bilang ini alurnya agak lama.
Jangan bosen-bosen :)

Manis ya masa depanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manis ya masa depanku

KAKAK PRADANA +Cai XukunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang