35

465 60 78
                                    





Mijoo beneran masih ngambek ke gue, padahal ini udah 3 hari. Dia nggak mau jawab saat gue ajak bicara dan selalu berusaha menghindar di kesempatan yang mengharuskan kami bertemu. Sejujurnya kalau gini terus gue juga pengen marah balik.

Kenapa harus ngambek ke gue gitu loh? Kan gue nggak tahu apa-apa. Gue sama sekali nggak suka sama Nongnong. Selama ini juga gue selalu berusaha mendekatkan dia dengan Nongnong, semampu gue. Kalau memang Nongnong suka sama gue ya gue harus apa? Masa gue harus jahatin tuh adik kelas dan tetep maksa dia suka sama Mijoo aja gitu.

Tapi yasudahlah, mungkin Mijoo hanya terlalu kecewa karena selama ini cintanya nggak pernah bertepuk sebelah tangan. Nggak perlu lah gue menjelaskan semuanya dan minta maaf segala macam. Gue yakin nanti kalau perasaannya sudah stabil pasti hubungan kami membaik, tapi nggak tahu kapan.

Sujeong gue suruh untuk standby sama Mijoo sampai dia nggak ngambek lagi. Jadi gue sekarang kemana-mana sendirian aja. Nggakpapa.

"Zheyenk, roti bakar cokelat 3." pesan gue ke mas BuFan yang lagi sibuk cuci piring.

"Ada yang udah jadi noh, tapi cuma 2." ujarnya sambil menunjuk nampan di meja.

"Ogah ah, nggak anget. Bikinin yang baru aja, gue tungguin."

"Tapi jangan nyuruh cepet-cepet ya," Mas BuFan mulai menyalakan pemanggang rotinya.

"Iya-iya,"

Bocah-bocah betah banget sih di sekolah, padahal mereka nggak ada kegiatan apa-apa. Gue aja pengen cepet pulang tapi nggak bisa, harus balik ke sanggar. Soalnya gue minta tolong Woohyun ngerjain tugas menggambar bangun-bangun apaan tuh susah banget bikinnya, daripada pusing kan mumpung ada Woohyun si A1 gue. Tinggal kasih dia duit dan jajan, kelar kan.

"Nay,"

Ish, pake muncul lagi ni orang. Ngapain sih?

"Zheyenk udah belom?" tanya gue ke Mas BuFan. Sengaja biar seolah gue nggak menganggap kehadiran ni cowok.

"Belom lah, panggangannya aja belom panas." teriaknya dari dalam kantin.

Lama amat,

"Nay, mau sampai kapan lo diemin gue terus?"

"Lo tahu kan gue chat lo panjang, tapi sengaja nggak lo baca."

"Besok udah rapat dewan. Gue nggak mau suasananya jadi nggak enak karena lo masih marah ke gue."

Gara-gara Xukun nyerocos terus, banyak murid-murid di kantin yang penasaran dan memperhatikan kami. "Ssstttt, bisa diem nggak lo?"

Xukun melirik ke sekitar. "Gue nggak akan berhenti sampai lo maafin. Atau sekarang gue bakal teriak,-"

Dengan sangat terpaksa gue membekap mulut Xukun yang nggak berhenti bicara dan suaranya malah makin keras itu.

"Udah gue maafin,"

Mata cowok ini auto berbinar, lalu senyum lebar merekah di wajahnya. "Beneran?"

"Iya,"

Xukun sebahagia itu gue maafin, sampai tadi maksa-maksa bayarin roti bakar yang gue beli. Dan sekarang dia ngintilin di belakang gue menuju ke sanggar.

Yah, lagipula nggak ada yang bisa gue lakukan selain berbaikan lagi dengannya. Karena gue juga sedikit banyak merasa bersalah udah bersikap ketus dan sering menunjukkan ketidaksukaan gue terhadapnya, padahal dia nggak salah. Gue juga jadi inget dia orang yang dulu nyelametin gue waktu jatuh ke jurang, tapi gue malah menuduh dia celakain gue.

KAKAK PRADANA +Cai XukunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang