8

856 94 2
                                    




Mau nggak mau gue terpaksa menerima tawaran si adik ini. Lagian gue juga nggak tahu mau pulang gimana.

"Tapi ini nggak ngerepotin kamu kan?"

Adik itu menggeleng sambil tersenyum sampai matanya tinggal segaris. "Sama sekali enggak kak, anggap saja saya nebus tumpahan jus mangga di kantin."

Oh, masih ingat soal itu dia.

Sebenarnya gue nggak biasa dianterin pulang stranger begini. Tapi dia kelihatan anak baik-baik dan statusnya adik kelas gue, gampang dituntut kalo terjadi apa-apa. Gue menerima helm yang dia serahkan lalu naik ke boncengannya. Motor ini mulai melaju meninggalkan sekolahan.

Gue mengarahkan dia menuju jalan ke rumah gue sambil sesekali kita ngobrol.

"Kalo belok-belok kasih tahu ya kak."

"Iya, by the way makasih ya."

"Santai kak, saya seneng kok nganterin kak Naya."

Eh, dia hafal nama gue. "Siapa nama kamu?"

"Chen Linong, kakak lupa ya? Padahal kakak bilang inget nama saya untuk kasih hukuman."

"Ehehe, bercanda kali itu dek."

Lucu juga si adik ini. Tapi aksennya masih agak kaku, mungkin dia baru beberapa bulan disini. Langit mulai gelap, nggak kerasa motor ini udah sampai di depan rumah gue.

"Makasih ya dek,"

Dia mengangguk. "Hape kakak rusak?"

"Ah itu, kayaknya iya,"

"Pasti karena jatuh pas saya tabrak ya, duh kak saya ganti deh."

Gue menggeleng. "Nggak usah, nggak papa." Lagipula kayaknya gue yang nabrak dia duluan gara-gara nggak lihat jalan. Ini salah gue sendiri.

"Beneran?"

Gue mengangguk. Linong menggaruk-garuk kepalanya sambil nyengir. "Setelah ini, jangan hukum saya ya kak."

Ya ampun gue pengen ngakak. "Iya, makasih banyak ya udah nganterin. Pulangnya hati-hati."

Linong sudah memakai helm dan hendak menancap gas. Tapi gue menahannya sebentar.

"Satu lagi dek, jangan bilang siapa-siapa kalo aku pernah nangis-nangis kaya tadi ya."



***


Hape gue beneran nggak mau nyala. Tapi gue bersyukur punya papa Donghae. Dengan tangan ajaibnya, hape gue bisa nyala tanpa harus dibawa ke tempat service. Emang papah gue itu udah ganteng, baik hati, pinter benerin barang yang rusak juga, istimewa emang.

"Dek, itu bibir kamu kenapa?" tanya mama Jessica saat kami sekeluarga selesai makan malam.

Gue memegangi bibir gue bekas disikut Sana tadi. Mama papa nggak boleh tahu.

"Ng-nggak kenapa-kenapa ma."

"Nggak papa gimana, ini luka loh Nay." Mama semakin memperhatikan wajah gue. Gue menutupinya dengan tangan.

"Ini cuma kegigit ma."

"Kegigit siapa hayooo?" seru Yoo Seonho, adik sepupu gue yang tinggal disini juga. Dia itu emang nakal banget, tapi udah gue anggap adik sendiri.

"Ya kegigit gue lah."

"Ah masa? Jangan percaya tante Jes, siapa tahu itu kak Naya kegigit siapa gitu." Bacot emang ni bocah.

Gue menjejalkan sosis ke mulutnya. "Berisik lo makan aja nih." Gue langsung berlari masuk ke kamar gue untuk menghindari pertanyaan lanjutan.

"Aduh," erang gue sambil memegangi lengan yang tadi kena tonjok Jungyeon. Sialan, nyeri banget.



BACOT GENG (3)

Mimijoon
@LeeNaya gimana tadi latihannya pujaan hati lo?

RyuSujeong
Lihat hasilnya coba.

Hasilnya bibir gue luka,
lengan gue memar. Sialan!

RyuSujeong
Loh loh kenapa?

Mimijoon
Jatuh lo?

Jatuh di tangannya
pengabdi Xukun

Mimijoon
Ha?
Lo diapain coy?

3 lawan 1 di kamar mandi
Momo
Sana
Jungyeon
gue sendirian

Mimijoon
Sumpah?

RyuSujeong
Tuh kan Joo,
Coba kita nggak pergi
pasti kita bisa bantuin Naya

Mimijoon
Mana gue tahu
Trus luka lo gimana Nay?

Nggakpapa
Memar sih tapi
bisa dikompres

RyuSujeong
Lo harus lapor ke guru Nay
Ini tuh udah kekerasan loh

Mimijoon
Bener
Tumben lo nggak bego jeong

RyuSujeong
Asu

Nggak ah,
Lo tahu kan gue bukan
tukang ngadu?

Mimijoon
Tapi nanti kalo nggak lapor
bisa2 lo digituin lagi Nay.

RyuSujeong
Bisa lebih parah malah

Enggak, santai aja
Setelah ini mereka nggak akan
ngapa-ngapain gue lagi kok.

***


Bakal lebih slow pas puasa ya,
soalnya aku mulai kerja.

KAKAK PRADANA +Cai XukunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang