40

453 53 17
                                    






"Nay!" panggil cowok itu dari kejauhan.

"Anjir lo!"

Dengan cepat gue menepis tangan Xukun yang tanpa permisi langsung nemplok di bahu gue. Bukan apa-apa. Ini di koridor dan sudah pasti banyak pasang mata pengabdinya yang akan melihat adegan ini.

Bukannya gue takut sama mereka. Cuman kasihan aja ntar pada cemburu. HAHAHA.

"Gue mau kasih kejutan buat lo. Coba tebak."

Dahi gue otomatis mengernyit. Kejutan apa? Ada ada deh ni cucu adam. Kayaknya nggak meyakinkan pula.

"Paan?" balas gue ogah-ogahan.

"Ya tebak dulu."

"Males ah," gue melanjutkan langkah pelan. Lagi nggak mood sumpah.

Apa gue mau haid ya? Gini nih suka bikin bingung soalnya nggak pernah ngitungin periode menstruasi. Yang penting sebulan sekali deh pokoknya, tanggalnya maju atau mundur bodo amat.

Xukun yang berjalan di samping gue mendesah kecewa. "Lo nggak seru ah. PMS pasti."

"Emang."

Cowok itu menarik tangan kiri gue. Membuat gue mau nggak mau berhenti melangkah. Dia mengangkat tangan gue dan memperhatikan cincin yang melingkar di jari manis gue penuh selidik.

"Apa nih?"

Gue menarik tangan dengan cepat. "Kepo lu."

"Yayaya."

"Kalo cuma mau bikin gue emosi mending lo pergi aja." usir gue datar.

Tanpa banyak bacot Xukun menyerahkan selembar map yang langsung gue terima. "Ape nih?"

"Katanya nggak mood tebak-tebakan."

Gue mendengus sebal lalu membuka isinya. Proposal lomba pramuka penggalang untuk seluruh SMP di kota ini. Ini salah satu proker yang gue buat namun belum sempat terlaksana, bahkan gue rasa tidak akan terwujud. Karena satu dan dua hal yang menghambat, termasuk perijinan dan pencairan dana dari sekolah. Juga konsep yang masih kasar dan belum gue kaji lagi.

Mengingat tinggal beberapa bulan lagi masa bakti dewan ambalan angkatan kami akan berakhir, gue merasa lomba penggalang ini hanya akan menjadi satu proker besar yang gagal terlaksana. Hal ini juga yang menjadi lamunan gue saat tidak ada kerjaan. Bagaimana mempertanggungjawabkannya nanti.

Tapi hari ini saat ini juga proposal nya sudah di tangan gue dengan disertai rincian lengkao teknis kegiatan berikut dengan tanda tangan dari kepala sekolah dan pembina.

"Demi apa?!" heboh gue sambil masih membaca isinya. Xukun cuma cengar cengir bangga.

"Lo yang buat?" tanya gue lagi.

"Menurut ngana?"

"Ih sumpah?"

"Seneng kan lo?"

Nggak cuma seneng tapi seneng banget sampai rasanya gue pengen meluk Xukun saat ini juga. Tapi gue masih punya rasa malu dan rasa ingin hidup nyaman tanpa hujatan.

"Heh kok nangis?" panik Xukun saat mata gue mulai berkaca-kaca.

Gue hanya menggeleng sambil terus membaca rincian kegiatan yang entah bagaimana bisa mirip dengan apa yang selama ini gue rancang. Padahal gue belum pernah memberi tahu pada Xukun soal konsep-konsepnya. Kok bisa ya?

Xukun mendekatkan kepalanya, tangannya terangkat hendak mengusap air mata gue. Namun gue segera menunduk, membuatnya mengurungkan niat.

"Makasih ya,"

KAKAK PRADANA +Cai XukunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang