Lima Pangeran

1.5K 80 5
                                    

   "Rumah lo luas juga ya, Steve." kata Rachel.

  "Bukan rumah gue, rumah orang tua gue."

Steve langsung mempersilakan kami masuk. "Oh ya, kakak gue udah pulang, jadi yah... jangan bikin dia ngamuk di rumah, ya. Dia sensi banget orangnya." jelas Steve dibalas anggukan oleh kami.

   "Emang dia pulang kapan?" tanyaku.

   "Kemarin sore, pulang-pulang langsung ke toko buku bareng temennya, temennya itu kakaknya Lev." jelas Steve. Aku hanya mengangguk paham.

   "Waah! Tante seneng banget temen-temennya Steve datang kesini. Ayo, ayo masuk." ujar Mamanya.

   "Makasih, Tanteeee"

Tante Elssa atau Mamanya Steve langsung menyuguhi kami dengan berbagai camilan juga minuman. Tante Elssa ternyata humoris juga. Dia santai banget, ga kayak Ibu-Ibu pada umumnya.

   "Sstt, yailah. Berduaan aja, daritadi." ledek Lev kepada Carion yang sedari tadi asyik ngobrol dengan Shann. Entah penglihatanku aneh, atau apa, yang kulihat disana Ashley menatap Shann dengan tatapan tidak suka. Ada apa dengan pertemanan sebangku ini?

Carion langsung menatap kesal kepada Lev.

   "Gue juga bisa," lanjut Lev sambil menarik pinggang Ivy agar lebih dekat dengannya.

Keliatan banget, Ivy langsung tersipu malu. Wajahnya merah padam membuat semuanya tertawa.

   "Gue bisa lebih romantis!" sahut Bryan tak mau kalah sambil merangkul Rachel. Duh, so sweet nyaaa.

   "Kita ngga?" bisik Steve membuatku mendorongnya untuk kesekian kalinya.

   "Awww, lagi-lagi" rintih Steve kesakitan.

Luka yang kemarin aja belum sembuh total, eh malah ada luka baru.

   "As your wish!" timpalku kesal.

   "Wish? Artinya harapan, dong? Kan emang berharap dulu baru bisa terka..."

   "Diem lo." potongku.

Sedangkan Cerish dan Ashley hanya duduk bersampingan, wajah Ashley terlihat gugup saat bersampingan dengannya. Entah gugup karena Cerish atau karena hanya Cerish yang berskap cuek diantara yang lainnya.

Tapi tiba-tiba, Cerish meletakkan tangannya diatas punggung tangan Ashley, menggenggamnya erat, lalu menunjukkannya pada kami.

   "Gue juga bisa, kok." katanya sambil tersenyum lebar penuh kemenangan. Wahai Cerish, senyuman macam apakah itu?

Sedangkan Steve langsung sibuk dengan ponselnya sejak aku dorong tadi.

   "Duh, kalian ini. Mentang-mentang masih pada muda, ya.." goda Tante Elssa yang sejak tadi hanya senyam-senyum melihat tingkah mereka.

   "Itu buku apa sih, Sar?" tanya Cerish membuatku - yah, sedikit kaget.

   "Ehm... buku karyanya Mr. S"

   "Hah? Siapa?"

   "Mr. S"

   "Lo tau ga, dia itu siapa?"

Aku menggelengkan kepalaku bingung.

   "Dia Steve."

   "Steve?" tanyaku sambil berbisik ke arah Cerish agar tidak mengganggu kefokusan Steve terhadap ponselnya.

Cerish mengangguk yakin.

   "Stevent? Yakin lo, ini bocah?" ulangku tak percaya. Tentu saja sambil berbisik.

Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang