Perfect!

2K 86 4
                                    

Sarah's POV

   "Lo bisa gambar?" tanya suara seseorang yang akhir-akhir ini menggangguku.

Refleks, aku menoleh ke arah asal suara itu - Stevent - dengan posisi merunduk di belakangku, sambil menatapi buku sketsaku. Nafasnya terasa di tengkuk leherku. Sontak, aku mendorongnya sekeras mungkin agar dia bisa menjauh.

   "Wadaaww, gila. Lo cewek atau banteng, sih?" tanyanya kesal. Salahnya, 'kan?

   "Haha, rasain! Siapa suruh... - eh?!"

Aku langsung menghampiri Steve yang terpental jauh, dan tanpa kusadari telah menghantam kursi.

   "Sshhh," rintih Steve sambil memegangi lengannya.

   "Duh, maaf maaf! Gue ga sengaja, sumpah." ucapku berkali-kali sambil memeriksa lengannya.

   "Udah, udah. Gapapa"

Aku memperhatikan matanya dengan tajam, mencoba mencari titik kebohongan disana. Disisi lain, aku juga ga percaya bisa ngedorong dia sekeras ini. Sampe memar gitu, man. Benar saja, yang kudapatkan disana adalah raut wajah yang seolah mengatakan aku rapopo.

Oke, ini terlalu lebay mungkin.

   "Ngecoba godain gue?" tanyanya membuatku tersentak kaget.

   "Ih! Enak aja!" bantahku sambil berteriak dan mendorongnya (lagi).

   "Adaaw, sakit!" pekiknya.

   "Heh? Ah, makanya. Rese banget sih, lo" balasku sambil melihat lengannya lagi. "Duh, maaf maaf. Lo nya juga sih,"

   "Sebagai gantinya - argh. Lo harus jadi asisten gue sampe gue sembuh!" katanya sambil sesekali menahan sakit.

   "WHAT?! APA LO BILANG BARUSAN?!" ujarku tak terima.

   "Lo jadi asisten gue sampe gue sembuh, oke? Kalo ngga, gue bakalan nuntut lo."

   "Sialan." rutukku sambil memutar bola mata.

   "Jadi?"

   "Hhh, gue gatau ya seberapa nyebelinnya diri lo. Okelah, daripada gue dipenjara cuma gara-gara anak tokek kayak lo." balasku panjang lebar.

***

   "Katanya ada anak baru, ya?" tanya Ivy.

   "Iya? Denger dari mana lo?"

   "Tadi anak-anak pada ngomongin soal itu."

   "Oh.." kataku ber-'oh' ria.

Dan beberapa menit kemudian, keadaan kelas langsung tenang seketika pas guru masuk dengan seorang gadis cantik yang terlihat menunduk mengikutinya dari belakang.

   "Siang, anak-anak."

   "Siang, Buu..."

   "Kalian kedatangan teman baru sekarang, Ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya." jelas Bu Asti lalu menyuruh gadis itu memperkenalkan dirinya.

  

   "Nama gue Ashley, gue sangat berharap kalian bisa berteman baik dengan gue. Salam kenal!" ujar gadis berambut panjang itu diiringi cengiran lebar olehnya.

Aku mentautkan alisku saat melihat cengiran lebarnya. Entah kenapa, aku merasa dia adalah anak sejenis Rachel, Ivy, Shann, dan tentunya aku. Bukan, kami bukan cewek yang famous banget. Tapi kami adalah cewek dengan tawa setiap harinya.

   Kelas langsung dipenuhi dengan kasak-kusuk dari setiap mulut murid di kelas. Membicarakan Ashley, tentunya.

   "Kamu boleh duduk disana." ucap Bu Asti seraya menunjuk kursi kosong di sebelah Shann yang sedari tadi memangku dagunya - terlihat tak fokus. Shann terlihat kaget dan berusaha tersenyum saat berpapasan dengan Ashley.

Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang